iPhone

iPhone dan Mac dengan Fitur Baru, Tapi Ada yang Masih Hilang

(Business Lounge – Technology) Apple kembali menyegarkan ekosistem perangkatnya dengan pengumuman berbagai fitur baru yang akan tiba di iPhone, iPad, dan Mac musim gugur ini. Dalam gelaran tahunan Worldwide Developers Conference (WWDC), raksasa teknologi asal Cupertino ini memperkenalkan pembaruan visual yang mencolok, peningkatan sistem deteksi panggilan spam, serta sejumlah kemampuan baru yang memperluas personalisasi dan produktivitas pengguna. Namun, sebagaimana dicatat oleh sejumlah analis dan pengamat teknologi, masih ada kekosongan besar—terutama di ranah kecerdasan buatan (AI) generatif—yang membuat peluncuran kali ini terasa seperti transisi, bukan lompatan.

Menurut laporan The Wall Street Journal, fitur paling mencolok dari sistem operasi iOS 18 adalah desain ulang tampilan antarmuka yang kini lebih halus dan dinamis. Elemen visual yang dijuluki “glassy” ini memberikan nuansa transparan dan reflektif di layar, menghadirkan kesan modern yang mirip dengan tampilan macOS awal era 2010-an, namun dengan pendekatan yang lebih lembut dan intuitif. Pengguna kini dapat mengatur ikon aplikasi di lokasi mana pun di layar utama, bukan hanya mengikuti kisi-kisi standar, sebuah fitur yang telah lama diminta pengguna iPhone.

Di sisi fungsionalitas, Apple menghadirkan sistem pendeteksi panggilan spam baru berbasis on-device intelligence. Fitur ini memungkinkan iPhone mengenali dan menandai panggilan berbahaya secara otomatis, sekaligus memfilter pesan suara mencurigakan tanpa harus mengirim data ke cloud. Dalam pernyataan yang dikutip Bloomberg, Apple menegaskan bahwa fitur ini dirancang untuk melindungi privasi sekaligus meningkatkan keamanan komunikasi pengguna, mengikuti tren kekhawatiran publik atas meningkatnya penipuan via telepon.

Pembaruan juga hadir untuk iPadOS dan macOS, dengan fokus pada sinkronisasi lintas perangkat yang lebih mulus. macOS Sequoia, versi terbaru untuk Mac, menambahkan fitur mirroring iPhone langsung ke layar Mac, memungkinkan pengguna mengakses dan mengendalikan iPhone secara penuh tanpa perlu menyentuhnya. Fitur ini sangat berguna dalam konteks kerja jarak jauh, seperti dikutip oleh The Verge, karena memungkinkan multitasking tanpa kehilangan koneksi antarlayar.

Di sisi lain, iPadOS 18 akhirnya memperkenalkan aplikasi kalkulator resmi—fitur sederhana yang selama ini absen dari perangkat tablet Apple. Namun versi ini tidak sesederhana yang dibayangkan: Apple membekalinya dengan kemampuan handwritten math, di mana pengguna dapat menulis rumus secara langsung dan iPad akan menyelesaikannya secara otomatis menggunakan Apple Pencil. Menurut TechCrunch, fitur ini merupakan bagian dari upaya Apple untuk memperkuat posisinya di dunia pendidikan dan produktivitas, segmen yang selama ini didominasi oleh Chromebook dan perangkat Windows.

Namun, di balik segala peningkatan itu, satu pertanyaan besar tetap menggantung: Di mana AI generatif Apple? Dalam laporan Financial Times, sejumlah pengembang yang hadir di WWDC menyatakan kekecewaan atas absennya produk AI besar seperti asisten cerdas baru atau integrasi ChatGPT kelas Apple. Meskipun Apple menjanjikan “AI pribadi” akan diumumkan lebih luas pada akhir tahun, pembaruan saat ini dinilai belum menyamai gebrakan yang telah dilakukan oleh pesaingnya seperti Google dengan Gemini atau Microsoft dengan Copilot.

Menurut Mark Gurman dari Bloomberg, Apple memang tengah bersiap untuk peluncuran AI besar dalam pembaruan iOS 18 akhir tahun ini. Proyek internal yang disebut “Apple Intelligence” dikabarkan akan membawa fitur-fitur seperti peringkasan email otomatis, penjadwalan cerdas, dan pengolahan bahasa alami pada Siri. Namun dalam pengumuman resmi minggu ini, hanya sedikit yang ditampilkan kepada publik, membuat sebagian pihak melihat ini sebagai langkah konservatif Apple untuk menunggu hingga produknya benar-benar siap.

Apple tampaknya memilih pendekatan perlahan tapi pasti. Daripada terburu-buru mengikuti tren AI generatif yang sering kali membawa risiko privasi dan bias algoritmik, Apple lebih memilih untuk menanamkan AI ke dalam fitur-fitur spesifik yang bisa dijalankan di perangkat (on-device), tanpa mengorbankan keamanan pengguna. “Kami percaya bahwa AI harus dipersonalisasi, privat, dan di bawah kendali pengguna,” ujar Craig Federighi, VP Senior Rekayasa Perangkat Lunak Apple.

Namun, absennya kejutan AI dalam WWDC kali ini menimbulkan pertanyaan tentang posisi Apple di tengah persaingan teknologi yang semakin cepat. Google, Microsoft, dan bahkan Samsung telah meluncurkan produk-produk berbasis AI yang menciptakan gelombang baru dalam cara orang bekerja dan berinteraksi dengan perangkat. Apple yang biasanya menjadi pionir, kini terlihat lebih sebagai pengamat yang hati-hati.

Meski demikian, pasar tetap menanggapi pembaruan ini secara positif. Saham Apple naik sekitar 2% usai pengumuman, menandakan bahwa investor masih percaya pada strategi jangka panjang perusahaan. Menurut CNBC, sebagian besar investor menantikan potensi monetisasi AI Apple di masa depan, khususnya lewat integrasi dengan ekosistem App Store, Health, dan layanan cloud berbayar.

Secara keseluruhan, pembaruan perangkat lunak yang diumumkan Apple menawarkan peningkatan nyata bagi pengguna sehari-hari, dari tampilan yang lebih fleksibel hingga fitur keamanan yang lebih kuat. Namun, ketidakhadiran lompatan AI besar menegaskan bahwa Apple masih bermain aman di era teknologi yang semakin didominasi oleh kecerdasan buatan. Musim gugur nanti mungkin akan menjadi panggung sebenarnya untuk melihat apakah Apple mampu mengejar—atau bahkan melampaui—para pesaingnya dalam revolusi AI berikutnya.