(Business Lounge Journal – Medicine)
Baru-baru ini peneliti mengumpulkan data dari 108.643 orang dewasa Prancis melalui kuesioner dan catatan diet 24 jam secara berkala selama sekitar 16 tahun. Pada akhir studi, ditemukan 1.131 kasus diabetes tipe 2.
Dengan catatan makanan dan menggunakan merek tertentu dari makanan olahan super yang dikonsumsi peserta, para peneliti mengidentifikasi lima campuran bahan tambahan utama dalam diet peserta dan menemukan kejadian diabetes yang lebih tinggi pada dua di antaranya: Campuran 2 dan Campuran 5. Makanan yang telah diproses secara intensif biasanya mengandung banyak tambahan, seperti pengawet, pewarna, pemanis, dan bahan sintetis lainnya. Contohnya meliputi makanan cepat saji, sereal berwarna cerah, makanan siap saji beku, camilan kemasan, minuman manis, dan makanan yang dikemas yang biasanya memiliki rasa, tekstur, dan umur simpan yang ditingkatkan melalui berbagai bahan tambahan.
Campuran 2 mengandung pati, pektin, guar gum, carrageenan, polifosfat, kalium sorbat, kunyit, dan xanthan gum, yang merupakan emulsifier, pengawet, dan pewarna yang biasa ditemukan dalam kaldu, makanan penutup susu, serta lemak dan saus. Campuran 5 mengandung asam sitrat, natrium sitrat, asam fosfat, karamel amonia sulfite, acesulfame-K, aspartame, sukralosa, arabic gum, asam malat, lilin carnauba, ekstrak paprika, antosianin, guar gum, dan pektin, yang merupakan pengatur asam, pewarna, dan pemanis buatan yang ditemukan dalam minuman manis dan soda. Secara umum, bahan tambahan ini sering ditemukan dalam makanan yang dipasarkan sebagai “bebas gula” atau “rendah kalori
Bagaimana bahan tambahan ini memengaruhi kadar gula darah?
Penelitian menunjukkan bahwa kedua campuran bahan tambahan ini meningkatkan risiko diabetes dengan berpotensi mengganggu mikrobioma usus, atau keseimbangan bakteri baik di usus Anda, yang dapat menyebabkan peradangan, resistensi insulin—dua aspek yang mempengaruhi gula darah. Gangguan ini secara medis dikenal sebagai disbiosis, tambahnya, yang dapat meningkatkan permeabilitas usus, memungkinkan endotoksin bakteri masuk ke aliran darah untuk memicu peradangan. Disbiosis adalah ketidakseimbangan atau gangguan pada mikrobioma usus, yaitu komunitas bakteri dan mikroorganisme lain yang hidup secara alami di saluran pencernaan. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti peradangan, gangguan pencernaan, dan resistensi insulin, yang berhubungan dengan berbagai kondisi metabolik dan penyakit kronis.
Studi ini juga mencatat bahwa bahan tambahan tersebut dapat memicu keinginan manis dan peningkatan nafsu makan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penambahan berat badan, faktor resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Pada akhirnya, lebih banyak penelitian diperlukan tentang topik ini. Kesimpulan tidak dapat didasarkan hanya pada satu studi observasional seperti ini. Juga, etnis dan agama tidak dicatat, ditambah lagi ada proporsi perempuan yang lebih tinggi dari populasi yang umumnya sadar kesehatan, sehingga temuan ini tidak dapat digeneralisasi langsung ke populasi yang lebih luas dengan demografi dan gaya hidup berbeda.
Saran dari para ahli adalah konsistenlah untuk mengutamakan diet dari makanan utuh dan minim proses guna mendukung pengendalian gula darah yang lebih baik, kesehatan usus, dan Batasi konsumsi makan olahan seperti sereal berwarna cerah, soda diet, dan makanan yang sudah diproses sebelumnya.
Walaupun bahan tambahan makanan secara umum diakui aman dalam jumlah yang diatur, studi ini menyoroti potensi efek kesehatan jangka panjang yang memerlukan investigasi lebih lanjut.