Fox

Fox Umumkan Layanan Streaming Baru

(Business Lounge-Global News) Fox Corporation mengumumkan akan meluncurkan layanan streaming baru pada musim gugur 2025, dalam sebuah langkah strategis yang bertujuan memperkuat pijakan perusahaan di tengah lanskap media digital yang semakin padat dan dinamis. Dalam pengumuman yang disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan kuartal ketiganya, perusahaan media yang terkenal dengan dominasi di segmen berita dan olahraga ini menyatakan bahwa layanan streaming tersebut akan memfokuskan diri pada konten langsung, menargetkan audiens yang masih menginginkan siaran real-time, tetapi dalam format on-demand.

Kabar ini muncul ketika industri hiburan digital global mengalami perubahan mendalam. Para pemain besar seperti Netflix, Disney+, Max, dan Amazon Prime telah memperluas definisi hiburan rumah menjadi mencakup segala bentuk konten: dari drama naratif berkualitas tinggi hingga siaran langsung olahraga, konser, dan berita. Fox, yang secara historis memiliki portofolio kuat di siaran langsung, tampaknya bersiap untuk mengkonsolidasikan keunggulan tersebut ke dalam satu platform digital mandiri (The Wall Street Journal, 2025).

CEO Fox, Lachlan Murdoch, menyampaikan bahwa layanan ini bukanlah sekadar ekspansi distribusi konten, tetapi pergeseran strategis dalam bagaimana Fox mendekati konsumen masa kini. Menurutnya, kebiasaan menonton televisi terus bergeser ke arah fleksibilitas, tetapi permintaan terhadap konten langsung tetap tinggi. Kombinasi keduanya adalah celah pasar yang ingin Fox masuki secara agresif (Reuters, 2025).

Layanan ini, yang hingga saat ini belum diumumkan nama resminya, akan menyatukan berbagai aset Fox seperti Fox News, Fox Business, dan siaran olahraga dari Fox Sports dalam satu ekosistem digital. Tidak seperti streamer hiburan tradisional, platform ini tidak akan mengandalkan katalog film atau serial, melainkan menekankan eksklusivitas pada konten yang sedang berlangsung secara langsung.

Strategi ini, menurut para analis media dari firma seperti MoffettNathanson dan Bernstein Research, merupakan respons logis terhadap tantangan yang dihadapi Fox. Di satu sisi, perusahaan kehilangan daya tarik pada penonton muda yang sudah meninggalkan televisi kabel. Di sisi lain, perusahaan memiliki portofolio konten live yang sulit ditiru oleh pesaing streaming. Dengan mengintegrasikan konten real-time ke dalam layanan streaming sendiri, Fox mencoba menyelamatkan nilai ekonomi dari aset broadcast yang perlahan memudar (Bloomberg, 2025).

Langkah Fox juga mencerminkan dinamika kompetitif yang berkembang antara pemain-pemain media besar. Warner Bros. Discovery, misalnya, telah menggabungkan Max dengan siaran olahraga langsung dari Bleacher Report dan CNN. Disney mencoba mengintegrasikan siaran ESPN ke dalam ekosistem digital mereka. Bahkan Netflix, yang lama menolak siaran langsung, mulai bereksperimen dengan siaran langsung acara komedi dan olahraga pertunjukan seperti gulat dan tenis ekshibisi (The New York Times, 2025).

Namun peluncuran layanan streaming Fox ini bukan tanpa risiko. Laporan keuangan kuartal ketiga menunjukkan pendapatan yang meningkat, tetapi juga dibayangi oleh naiknya biaya produksi dan distribusi. Total pendapatan Fox meningkat 5% dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh iklan politik menjelang pemilu 2026 dan pendapatan distribusi dari afiliasi kabel. Akan tetapi, biaya operasional juga naik sekitar 9%, terutama akibat investasi awal untuk infrastruktur streaming serta biaya konten langsung yang tinggi (Reuters, 2025).

Fox menegaskan bahwa profitabilitas tetap menjadi prioritas. Murdoch menyatakan bahwa tidak seperti para pesaing yang membakar uang selama bertahun-tahun untuk mengejar pertumbuhan pelanggan, Fox akan menekankan model yang berkelanjutan secara finansial sejak awal. “Kami tidak berniat menjadi Netflix berikutnya. Kami akan menjadi Fox, versi digital,” ujarnya (The Wall Street Journal, 2025).

Analis dari JP Morgan menilai peluncuran ini sebagai “berpotensi transformatif” selama Fox mampu menjaga disiplin dalam belanja modal dan tetap memanfaatkan keunggulan kompetitifnya di konten langsung. Mereka juga mencatat bahwa Fox memiliki kelebihan dibanding banyak pesaingnya dalam hal struktur biaya yang lebih ramping dan ketergantungan yang lebih rendah pada konten scripted mahal (Bloomberg, 2025).

Dari sisi teknis, Fox telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan backend layanan streaming ini selama dua tahun terakhir. Perusahaan telah bermitra dengan penyedia teknologi distribusi konten seperti Akamai dan AWS untuk memastikan kelancaran streaming secara simultan dalam skala besar, khususnya selama acara puncak seperti Super Bowl atau pemilihan umum.

Distribusi layanan ini juga dirancang untuk menghindari friksi. Fox berencana untuk meluncurkan aplikasi mandiri di semua platform utama — termasuk iOS, Android, Roku, dan smart TV seperti Samsung dan LG. Namun yang menarik, layanan ini juga akan disediakan secara freemium, yakni dengan model dasar gratis yang didukung iklan, dan versi berbayar dengan fitur tambahan seperti DVR cloud dan akses eksklusif ke konten analisis pasca-acara.

Model hybrid ini merefleksikan arah yang semakin populer dalam industri streaming. Banyak konsumen mulai merasa lelah dengan terlalu banyak langganan, dan layanan gratis dengan iklan (AVOD) telah mendapatkan momentum. Peacock dan Tubi, misalnya, telah mencatat pertumbuhan signifikan di segmen AVOD dalam dua tahun terakhir (Bloomberg, 2025).

Fox pun tampaknya ingin mereplikasi kesuksesan Tubi, layanan streaming iklan gratis miliknya yang telah menjadi andalan pertumbuhan digital. Tubi sendiri mencatat pertumbuhan penonton sebesar 25% secara tahunan, dengan total waktu tonton yang menyaingi beberapa platform langganan besar. Kombinasi Tubi dan layanan streaming live ini bisa menjadi mesin pertumbuhan digital Fox selama dekade mendatang (The Wall Street Journal, 2025).

Namun demikian, tantangan utama akan datang dari monetisasi. Menjual iklan pada konten live secara digital sangat berbeda dengan televisi konvensional. Pengiklan membutuhkan jaminan brand safety, data yang presisi, dan kontrol terhadap konteks penayangan. Fox harus membangun sistem manajemen iklan dan pelaporan yang dapat memuaskan kebutuhan pengiklan premium tersebut (Reuters, 2025).

Dari sisi pelanggan, loyalitas terhadap merek Fox bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, basis penonton Fox News dan Fox Sports terkenal setia. Di sisi lain, identitas ideologis yang melekat pada Fox News bisa membuat sebagian penonton ragu untuk menggunakan layanan yang menyatukan semuanya dalam satu platform. Oleh karena itu, pemasaran layanan ini akan menjadi ujian strategis tersendiri bagi Fox.

Fox sendiri tidak secara terbuka menyebut target jumlah pelanggan atau pendapatan untuk layanan ini, tetapi menegaskan bahwa evaluasi keberhasilan akan didasarkan pada engagement dan monetisasi jangka panjang, bukan hanya akuisisi pelanggan di awal (The Wall Street Journal, 2025).

Dari perspektif yang lebih luas, langkah Fox menandai transisi besar industri media yang mulai menerima bahwa masa depan adalah digital, tetapi tidak semua konten cocok untuk strategi yang sama. Sementara banyak studio hiburan mengandalkan serial naratif dan film blockbuster untuk menarik pelanggan, Fox menggandakan investasinya pada appointment viewing — jenis konten yang harus disaksikan langsung agar relevan (Bloomberg, 2025).

Fenomena ini didukung oleh pergeseran minat konsumen yang, meskipun semakin menyukai fleksibilitas, juga masih mencari pengalaman real-time yang tidak bisa direplikasi oleh katalog tayangan lama. Olahraga, berita besar, dan peristiwa budaya langsung menjadi semacam “penyatu” sosial di era media yang terfragmentasi. Fox ingin memanfaatkan ruang ini dengan positioning yang tajam.

Jika berhasil, Fox bisa menjadi contoh bagaimana perusahaan media lama tidak harus sepenuhnya meniru Netflix atau Disney+, tetapi bisa menemukan jalannya sendiri dengan memanfaatkan kekuatan warisan dan kekuatan teknologinya. Namun jika gagal, Fox bisa bergabung dalam daftar panjang perusahaan media yang mencoba tetapi tidak mampu menjembatani dunia lama dan dunia digital.

Para pemegang saham tampaknya menyambut pengumuman ini secara positif. Saham Fox naik lebih dari 4% di perdagangan setelah laporan keuangan dan pengumuman layanan streaming disampaikan. Para investor menilai bahwa strategi ini memberikan kejelasan arah pertumbuhan digital Fox yang sebelumnya terlihat pasif dibandingkan para pesaingnya (Reuters, 2025).

Peluncuran layanan ini direncanakan menjelang akhir kuartal keempat 2025, tepat sebelum musim kampanye pemilu AS yang biasanya menarik minat tinggi terhadap konten berita dan debat langsung. Momen tersebut diperkirakan menjadi ujian perdana terhadap skala dan kapasitas platform streaming Fox.

Jika semua berjalan sesuai rencana, layanan streaming baru Fox bisa menjadi pilar utama dari transformasi digitalnya selama satu dekade ke depan. Tetapi dalam dunia streaming yang penuh volatilitas dan persaingan harga agresif, keunggulan teknologi, konten, dan strategi harga semuanya akan diuji secara bersamaan.