Astronot

NASA Astronauts Menyesuaikan Diri Kembali ke Bumi Setelah Misi Orbital

(Business Lounge – Tech) Setelah menghabiskan waktu dalam kondisi tanpa gravitasi selama berbulan-bulan, para astronot NASA yang baru kembali dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan di Bumi. Barry Wilmore, salah satu astronot yang kembali, menyoroti pentingnya periode adaptasi ini serta perlunya evaluasi menyeluruh terhadap misi Starliner oleh NASA dan Boeing. “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan peningkatan dalam setiap penerbangan mendatang,” ujar Wilmore dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari The New York Times.

Menurut laporan The Washington Post, kembalinya astronot dari luar angkasa selalu menjadi tantangan fisik dan mental. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan akibat paparan lingkungan mikrogravitasi dalam waktu lama. Massa otot berkurang, kepadatan tulang menurun, dan sistem vestibular yang mengontrol keseimbangan harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi. NASA memiliki serangkaian protokol untuk membantu para astronot melewati fase pemulihan ini, termasuk latihan fisik intensif dan pemantauan medis berkala. Adaptasi ini sering kali memakan waktu beberapa bulan hingga tubuh sepenuhnya kembali ke kondisi normal. Bahkan setelah kembali ke Bumi, beberapa astronot masih mengalami kesulitan dalam koordinasi motorik dan tekanan darah yang tidak stabil, yang memerlukan rehabilitasi berkelanjutan.

Misi Starliner kali ini juga menjadi titik evaluasi penting bagi Boeing dan NASA. Seperti yang dilaporkan oleh BBC News, meskipun kapsul ini berhasil menyelesaikan misinya, ada sejumlah tantangan teknis yang harus diperbaiki untuk penerbangan mendatang. Boeing dan NASA akan bekerja sama dalam menganalisis setiap aspek penerbangan, termasuk performa sistem propulsi, kendali navigasi, serta keselamatan awak. Selain itu, NASA juga sedang mengevaluasi efisiensi sistem komunikasi dan respons darurat kapsul ini, mengingat pentingnya keandalan dalam kondisi darurat. Para insinyur akan membandingkan data misi ini dengan penerbangan sebelumnya guna menemukan area yang memerlukan peningkatan lebih lanjut.

NASA dan Boeing menghadapi tekanan besar untuk memastikan bahwa Starliner dapat menjadi alternatif yang andal bagi misi luar angkasa masa depan, terutama dalam program komersial awak NASA. Sejak SpaceX berhasil mengoperasikan kapsul Crew Dragon, kompetisi di sektor ini semakin ketat. Reuters melaporkan bahwa NASA menginginkan lebih banyak opsi transportasi ke ISS untuk mengurangi ketergantungan pada satu penyedia layanan. Dengan meningkatnya kebutuhan eksplorasi luar angkasa, termasuk rencana ekspedisi ke Bulan dalam program Artemis, penting bagi NASA untuk memiliki sistem transportasi yang fleksibel dan teruji. Selain itu, NASA juga harus mempertimbangkan aspek ekonomi dari pengoperasian Starliner untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang program ini.

Selain tantangan teknis, misi ini juga memberi wawasan lebih lanjut tentang dampak perjalanan luar angkasa terhadap manusia. Scientific American menyebut bahwa penelitian yang dilakukan selama misi ini dapat membantu mempersiapkan misi masa depan yang lebih panjang, termasuk eksplorasi Bulan dan Mars. Penelitian ini mencakup aspek biomedis, psikologis, serta adaptasi teknologi untuk lingkungan luar angkasa yang lebih ekstrem. Ilmuwan NASA mempelajari bagaimana tubuh manusia merespons radiasi kosmik dan gravitasi nol dalam waktu yang lama, yang menjadi faktor krusial dalam perencanaan perjalanan ke Mars yang diperkirakan akan memakan waktu lebih dari enam bulan.

Menurut The Guardian, Wilmore dan timnya menyatakan bahwa pengalaman mereka selama misi ini akan menjadi pelajaran berharga bagi pengembangan lebih lanjut kendaraan luar angkasa. “Kami telah belajar banyak dari penerbangan ini, dan semua pihak memiliki peran dalam memastikan penerbangan yang lebih baik di masa depan,” kata Wilmore. Dengan semangat ini, NASA dan Boeing akan terus bekerja sama untuk menyempurnakan teknologi mereka dan memastikan keselamatan serta kenyamanan astronot dalam eksplorasi luar angkasa mendatang. Selain itu, misi ini juga menjadi bagian dari upaya NASA untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam transportasi luar angkasa. Dengan semakin banyaknya perusahaan swasta yang terlibat dalam eksplorasi luar angkasa, standar keselamatan yang lebih tinggi harus diterapkan untuk menghindari insiden yang dapat menghambat perkembangan program luar angkasa global.