(Business Lounge Journal – Global News)
Pemerintah Australia telah menyatakan kesiapan untuk mengambil alih Rex Airlines, maskapai penerbangan terbesar ketiga di negara tersebut, jika upaya menemukan pembeli oleh administrator kepailitan tidak berhasil. Langkah ini bertujuan untuk memastikan kelanjutan layanan penerbangan regional yang disediakan oleh Rex.
Rex Airlines memasuki masa administrasi pada Juli 2024 setelah menanggung utang lebih dari $500 juta, terutama akibat ekspansi ke operasi jet di kota-kota besar. Sejak itu, beberapa aset perusahaan telah dijual, namun administrator dari EY belum berhasil menemukan pembeli untuk maskapai regional ini, yang memiliki 57 pesawat Saab 340 dengan usia rata-rata 30,6 tahun. Lebih dari setengah armada tersebut saat ini tidak beroperasi dan menunggu perbaikan serta perawatan di berbagai bandara di seluruh negeri.
Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan bahwa pemerintah bekerja sama dengan administrator Rex untuk memastikan layanan regional tetap beroperasi setelah Juni 2025, termasuk mempertimbangkan dukungan yang dapat diberikan oleh pemerintah federal. Namun, rencana pemerintah ini mendapat kritik dari CEO Hinterland Aviation, Andrew Clair, yang menyebutnya sebagai “pemborosan besar uang pembayar pajak”. Clair berpendapat bahwa armada Rex yang sudah tua dan beban utang yang signifikan membuat maskapai tersebut tidak layak secara finansial.
Sebelumnya, pemerintah federal telah memberikan pinjaman sebesar $80 juta kepada EY untuk membantu pendanaan perbaikan dan keahlian teknik, dengan tujuan meningkatkan kondisi armada agar lebih menarik bagi calon pembeli. Pada Januari 2025, pemerintah mengambil langkah lebih lanjut dengan membeli utang Rex sebesar $50 juta dari kreditor utama PAG Asia Capital untuk mencegah likuidasi.
Serikat Pekerja Transportasi (Transport Workers Union) mendukung potensi akuisisi oleh pemerintah, dengan menekankan manfaatnya bagi penumpang dan pekerja. Namun, beberapa pemimpin industri penerbangan menyarankan bahwa investasi pada maskapai regional yang sudah ada mungkin merupakan strategi yang lebih efektif.
Situasi ini semakin rumit dengan adanya tindakan hukum yang sedang berlangsung terhadap mantan direktur Rex atas dugaan perilaku menyesatkan. Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC) menuduh mereka gagal memberikan informasi yang akurat kepada pasar mengenai posisi keuangan Rex, setelah sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan berada di jalur untuk meraih keuntungan pada tahun 2023.