10 Mitos Medis tentang Vegan dan Vegetarian (part-1)

(Business Lounge Journal – Medicine)

Mengikuti pola makan nabati semakin populer. Meskipun ini secara luas dianggap sebagai pilihan yang menyehatkan, banyak mitos yang beredar. Dengan menggunakan wawasan ahli dan penelitian yang ditinjau sejawat untuk membedakan fakta dari fiksi, temukan kejelasan mitos ini.

Tahun-tahun ini, vegetarianisme secara umum dianggap sebagai pilihan gaya hidup pinggiran di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Bahkan veganisme lebih dari itu. Selain itu, keputusan untuk menghindari produk hewani memicu kemarahan pada sebagian orang. Secara keseluruhan, vegetarianisme dan veganisme disalahpahami. Berikut ini adalah beberapa mitos yang paling umum.

1. Pola makan nabati selalu menyehatkan
Dalam beberapa dekade terakhir, semakin banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara konsumsi daging merah dan hasil kesehatan yang lebih buruk. Misalnya, asupan daging olahan dan daging merah dikaitkan dengan kanker usus besar, obesitas, penyakit jantung, dan diabetes. Masyarakat luas langsung berkesimpulan bahwa pola makan tanpa daging lebih baik bagi tubuh. Padahal, tidak semua daging berwarna merah dan tidak semua pola makan vegetarian atau vegan menyehatkan.

Untuk menggunakan contoh ekstrem, jika seseorang hanya makan keripik kentang, mereka akan menjadi vegan, tetapi tentu saja tidak penuh dengan vitalitas, energi, dan kesehatan yang tentunya sepenuhnya bergantung pada apa yang dikonsumsi seseorang.

Selain itu, daging putih tanpa lemak dan ikan tidak terkait dengan masalah kesehatan yang sama seperti daging olahan dan daging merah.

Dan beberapa produk pengganti daging mengandung kadar garam yang tinggi. Pada tahun 2018, Action on Salt, sebuah “kelompok yang peduli dengan garam dan dampaknya terhadap kesehatan,” melakukan survei terhadap pengganti daging.

Mereka menyelidiki produk dari beberapa pengecer besar di Inggris Raya. Ketika mereka mengamati burger, mereka menemukan bahwa kadar garam rata-rata burger daging sapi adalah 0,75 gram (g), dibandingkan dengan 0,89 g untuk burger vegetarian, termasuk burger kacang. Ternyata burger vegetarian memiliki “lebih banyak garam daripada sebagian besar kentang goreng Mc Donald’s.”

2. Vegetarianisme Menjamin Berat Badan Turun
Sayangnya jawabannya adalah TIDAK. Seperti yang dijelaskan di bagian di atas, tidak semua pola makan vegetarian dan vegan sama-sama menyehatkan. Sangat mudah untuk mengonsumsi ribuan kalori setiap hari tanpa ada makanan hewani.

Kunci untuk menurunkan berat badan adalah pola makan yang sehat dan olahraga teratur, dan keduanya tidak mengharuskan menghindari produk hewani.

Namun, perlu dicatat bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa mengikuti pola makan nabati dikaitkan dengan penurunan berat badan. Misalnya, ulasan yang diterbitkan dalam Translational Psychiatry Trusted Source yang menjelaskan bahwa mereka menemukan bukti kuat untuk bahwa pola makan nabati memiliki manfaat jangka pendek dibandingkan dengan pola makan konvensional pada status berat badan, metabolisme energi, dan peradangan sistemik. Temuan ini berlaku untuk peserta yang sehat, orang dengan obesitas, dan individu dengan diabetes tipe 2.

Sebagai contoh lain, BMJ Open Diabetes Research and Care, mengamati dampak pola makan nabati pada orang dengan diabetes justru meningkatkan berat badan.

3. Vegetarian dan vegan Tidak Bisa Mendapatkan Cukup Protein

Bagi orang yang mengonsumsinya, produk susu dan telur mengandung protein tinggi. Kaum vegan juga memiliki beragam pilihan, termasuk seitan, tahu, lentil, buncis, berbagai jenis kacang, spelt, spirulina, quinoa, oat, beras liar, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

Bahkan beberapa sayuran mengandung protein, termasuk bayam, asparagus, brokoli, artichoke, kentang, kacang polong, kubis brussel, dan ubi jalar.

4. Anda Tidak Dapat Membangun Otot Tanpa Daging
Mitos ini merupakan kelanjutan dari mitos protein di atas. Singkatnya, nutrisi terpenting untuk membangun otot adalah protein, yang dapat dengan mudah ditemukan dalam jumlah banyak di luar makanan hewani.

5. Produk Susu Penting untuk Tulang yang Kuat
Produk susu tidak penting untuk tulang yang kuat, tetapi kalsium memang benar penting untuk tulang yang kuat. Kalsium tidak hanya terdapat pada susu tapi juga pada makanan-makanan lainnya.