Kenapa sih Negara Mengganti Namanya?

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Negara mengganti nama? Apakah bisa?

Baru-baru ini saja, India mengabarkan bahwa negara dengan populasi terbanyak di dunia ini akan mengganti namanya menjadi Bharat. India bukanlah yang pertama, sebab sederet nama negara lain pun sudah berganti.

Ada banyak alasan mengapa pemerintah atau otoritas setempat mengganti nama negaranya, mulai dari alasan perubahan geografis atau pemisahan dari wilayah lain. Misalnya, ketika dua negara bersatu atau memisahkan diri, mereka mungkin memilih untuk mengganti nama mereka agar mencerminkan perubahan ini.

Ada juga beberapa negara mungkin mengganti nama mereka untuk tujuan pemasaran dan branding. Nama negara yang lebih mudah diingat, dieja, atau yang lebih menarik oleh turis tentu akan membantu mereka dalam usaha menarik pengunjung dan memperkuat citra mereka di mata dunia.

Berikut beberapa negara yang sudah mengganti namanya dan alasan mengapa mengganti namanya :

-Rhodesia Selatan menjadi Zimbabwe:
Pada tahun 1980, setelah perang kemerdekaan Rhodesia, negara tersebut mengubah namanya menjadi Zimbabwe untuk mencerminkan kemerdekaan dari pemerintahan minoritas kulit putih di bawah rezim apartheid.

-Ceylon menjadi Sri Lanka:
Pada tahun 1972, negara ini mengubah namanya dari Ceylon menjadi Sri Lanka untuk menekankan identitas Sinhala-Buddha yang lebih inklusif dan mencerminkan keanekaragaman budaya di dalam negara.

-Zaire menjadi Republik Demokratik Kongo:
Pada tahun 1997, nama negara tersebut diganti dari Zaire menjadi Republik Demokratik Kongo setelah penggulingan President Mobutu dan perubahan politik yang signifikan.

-Persia menjadi Iran:
Pada tahun 1935, pemerintah Persia secara resmi mengganti nama negara menjadi Iran untuk mencerminkan identitas nasional yang lebih kuat dan menghapus asosiasi dengan kekuasaan imperialis.

-Kampuchea menjadi Kamboja:
Pada tahun 1990, setelah kemunduran rezim Khmer Merah, nama negara ini kembali diubah dari Kampuchea menjadi Kamboja untuk menghilangkan hubungan dengan pemerintahan komunis sebelumnya.

-Siam menjadi Thailand:
Pada tahun 1939, nama negara ini diubah dari Siam menjadi Thailand untuk menegaskan kesatuan nasional yang lebih luas dan menghilangkan asosiasi dengan nama-nama etnis minoritas di dalam negara.

-Burma menjadi Myanmar:
Pada tahun 1989, pemerintah militer mengubah nama negara dari Burma menjadi Myanmar untuk menegaskan identitas nasional dan menunjukkan penghargaan terhadap keberagaman etnis di negara tersebut.

-Bechuanaland menjadi Botswana:
Pada tahun 1966, setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris, negara ini mengubah namanya menjadi Botswana untuk memperkuat identitas nasionalnya dan menghindari kesamaan dengan nama pemerintahan kolonial sebelumnya.

-Upper Volta menjadi Burkina Faso:
Pada tahun 1984, nama negara ini diubah dari Upper Volta menjadi Burkina Faso untuk mencerminkan semangat revolusi negara itu dan mendorong kesatuan nasional yang lebih kuat.

-Nyasaland menjadi Malawi:
Pada tahun 1964, Nyasaland menghapus hubungannya dengan Inggris dan memperoleh kemerdekaan sebagai Malawi, yang berarti “api” dalam bahasa Chichewa.

Setiap negara memiliki alasan uniknya sendiri untuk mengganti nama mereka dan keputusan tersebut biasanya merupakan hasil dari proses politik, historis, sosial, dan budaya yang kompleks.