Masa Depan Cerah Ekonomi Digital Indonesia

(Business Lounge Journal – News)

Google, Bain & Company baru saja merilis e-Conomy SEA 2021 yang menjelaskan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia melejit 49 % year-on-year sehingga sekarang bernilai USD 70 miliar per tahun 2021 dan tidak hanya itu, nilainya diperkirakan akan sampai pada USD 146 miliar per tahun 2025 nanti. Hal ini diprediksi sebagai dampak dari perubahan perilaku konsumsi para konsumen di Indonesiasejak pandemi. Hingga Januari 2021 jumlah konsumen digital di Indonesia meningkat menjadi 21 juta. Angka ini masih terus memiliki potensi seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital yang akan terus naik.

Namun demikian, kondisi ini diharapkan membuat Indonesia tidak saja hanya menjadi pemakai platform digital perusahaan multi nasional, namun juga menjadi developer bahkan sanggup memasarkan platform digital asli Indonesia ke luar negeri. Sebab kemampuan ekonomi digital saat ini haruslah dianggap sebagai sebuah kesempatan bagi kita untuk maju. Untuk itu pemerintah membangun Merah Putih Fund untuk mendukung pendanaan para tech startup yang diharapkan kelak akan menjadi cikal bakal unicorn dan decacorn asli Indonesia. Ini merupakan sebuah upaya terobosan yang amat penting untuk menumbuhkan dan membuat ekosistem digital kita makin kuat.

Dapat dikatakan bahwa besarnya potensi masyarakat Indonesia yang belum memakai platform digital serta besarnya jumlah penduduk kita, tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi para perusahaan teknologi dunia. Sebut saja Elon Musk yang baru-baru ini bertemu dengan Presiden Jokowi. Selain memiliki SpaceX, ia juga memiliki Starlink. Potensi pertumbuhan ekonomi global digital Nasional memang amat besar, juga potensi perusahaan startup dan perusahaan digital Nasional.

Tetapi tidak hanya perusahaan asing yang menilik potensi Indonesia, Telkom pun baru saja melakukan investasi pada GoTo. Telkom adalah perusahaan teknologi global yang terus mendukung pengembangan ekosistem digital, sehingga perusahaan telekomunikasi dapat terus mempertahankan pendapatannya dan sanggup meningkat di pasar digital yang makin berkembang. Patut diakui bahwa Telkom juga telah berpartisipasi dalam mendukung pembentukan para startup digital

Berinvestasi di GoTo, bukannya tidak mengalami tantangan. Seperti telah banyak diberitakan bahwa saham GoTo sedang mengalami koreksi yang amat drastis, namun bagi beberapa pihak, itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar terjadi karena harga saham perusahaan teknologi lainnya baik di BEI maupun di pasar global memang sedang tengah mengalami tekanan jual. Apalagi bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50 persen membuat indeks bursa global dan Indonesia mengalami tekanan. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi seperti bank digital dan market place inilah yang saat ini mengalami tekanan jual saham yang terbesar.

Namun demikian kita tetap optimis untuk melihat masa depan ekonomi digital Indonesia.