(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Prof. Gautam Raj Jain, Ph. D. adalah seorang professor yang telah memiliki 30 tahun pengalaman sebagai professor sekaligus direktur pada sebuah lembaga manajemen di India. Bagi Prof. Gautam, telah menjadi sebuah kebiasaan tertukarnya pengertian atas istilah bisnis, entrepreneurship, dan self-employment (usaha sendiri). Bagi pria yang memiliki spesialisasi di bidang entrepreneurship, inkubasi dan inovasi ini, entrepreneurship bukanlah semata-mata berarti memiliki usaha sendiri dan entrepreneurship bukanlah juga sekedar bisnis. Sebuah bisnis dapat saja entrepreneurial, orang yang memiliki usaha sendiri juga dapat sebagai entrepreneurial, bahkan orang yang bekerja dapat juga disebut entrepreneurial. Bagi Prof. Gautam, tidak harus dalam entrepreneurship seseorang itu memiliki bisnis. “Meskipun mereka memiliki bisnis, bukan berarti entrepreneurship,” demikian dikatakannya.
Lagi Prof. Gautam menjelaskan bahwa entrepreneurship itu memiliki esensi melibatkan inovasi, menghasilkan produk yang baru dan pasar yang baru. Sebagai contoh, ia menyebutkan bagaimana pada 30-40 tahun yang lalu, kita tidak menemukan handphone di pasaran, maka hal itu dapat disebut entrepreneursip. Contoh lain yang disebutkannya adalah Facebook. “Sebelumnya kita tidak memiliki ide bahwa melalui facebook kita dapat saling terhubung. Di seluruh dunia dalam beberapa detik kita dapat saling berbagi ide,” demikian dijelaskannya. Maka facebook pun menjadi suatu yang memungkinkan menjadi sebuah model bisnis dan itu disebutnya sebagai entrepreneurship.
Lebih lanjut Prof. Gautam menyebutkan bahwa baginya seseorang yang mulai mengulangi sebuah bisnis seperti farmasi, media cetak, itu bukanlah entrepreneurship. Ia pun mengatakan bahwa banyak orang menyebutkan angka persentase darig entrepreneurship tanpa memperhatikan bisnisnya dan pada kenyataanya bisnis tersebut belum tentu merupaka entrepreneurship.
Bagi Prof. Gautam, entrepreneurship berarti memberikan nilai tambah baru melalui orang-orang yang kemudian memperbaiki kehidupan melalui produk baru dan layanan baru. Bahkan secara jelas ia mengatakan bila itu tidak terjadi, maka jangan menggunakan kata ‘entrepreneurship’.
Namun ada satu hal yang menjadi perhatian Prof. Gautam bagaimana merupakan hal yang tidak mudah bagi para pelaku entrepreneur untuk mendapatkan dukungan dana investasi, oleh karena kebanyakan penyandang dana menjadikan acuan apakah produk yang ada sesuai pasar atau tidak. Baginya, sebuah ide yang baru, sudah tentu tidak memiliki pasar, seperti handphone, facebook, internet yang sebelumnya tidak memiliki pasar, namun menciptakan pasar. Sehingga hendaklah ketika seseorang mulai memikirkan sebuah ide baru atau prototype produk yang barutidak semata-mata apakah produk tersebut akan ditolak oleh konsumen atau apakah produk tersebut berdasarkan kebutuhan konsumen.
“Pada prinsipnya, persyaratan investasi adalah menciptakan pasar,” demikian jelas Prof. Gautam
Business Lounge Journal/VMN/BLJ