Strategi Merchandise dalam Bisnis Ritel

(Business Lounge Journal – Marketing and Service)

Dalam bisnis ritel, penting untuk memperhatikan merchandise. Di perusahaan ritel besar seperti Carrefour maka merchandise atau barang dagangan dikumpulkan menjadi  lima golongan yaitu: textile untuk barang dagangan jenis pakaian, grocery untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti kosmetik dan lainnya. Fresh untuk barang dagangan jenis sayuran, daging, dan ikan, bazaar untuk pengelompokan barang, alat tulis kantor, dan mainan anak-anak. Appliance adalah golongan untuk barang perlengkapan rumah dan elektronik. Perusahaan ritel besar lainnya seperti Wal-Mart membagi pengelompok merchandise menjadi lebih banyak lagi. Wal-Mart mengelompokan merchandise menjadi 13 kelompok. Electronics & Office, Movies, Music & Books, Home, Furniture & Appliances, Home Improvement & Patio, Clothing, Shoes & Jewelry, Baby & Toddler, Toys & Video Games, Food, Household & Pets, Pharmacy, Health & Beauty, Sports, Fitness & Outdoors, Auto & Tires, Photo, Gifts & Personalized Shop, Sewing, Crafts & Party Supplies.

Pengelompokan merchandise ini berguna untuk perusahaan namun juga untuk konsumen. Bagi perusahaan tentulah akan mempermudah dalam mengelola bisnis ritel, bila tanpa penggolongan atau pengelompokan maka akan sulit menghitung jumlah barang, penguasaan karyawan penjualan akan produk yang jumlah ribuan akan lebih mudah dengan pengelompokan ini. Bagi konsumen pengelompokan ini tentu mempermudah dalam menemukan barang yang dibutuhkan, selain dapat langsung membandingkan antara satu merek dengan merek untuk sebuah produk yang sama. Membandingkan dalam merek yang sama untuk produk dengan tingkatan kualitas yang berbeda, juga dapat dilakukan jika ada pengelompokan merchandise.

Pengelompokan merchandise hal yang wajar dilakukan dalam sebuah bisnis ritel, pengalaman saya membantu mengelola bisnis ini, perusahaan ritel juga bisa menggunakan penggolongan ini untuk menarik orang datang dan saat bersamaan mengambil keuntungan dari produk-produk yang memiliki margin yang besar. Pebisnis ritel umumnya selalu menggunakan promosi potongan harga, atau beli satu dapat dua, belanja Rp 200 ribu mendapatkan voucher Rp 50 ribu, dan cara lainnya yang bertujuan mengundang konsumen berdatangan ke toko. Kelompok produk yang bisa menarik jumlah pengunjung ini, biasanya adalah produk yang mungkin sudah mendekati batas kadaluarsa, atau yang modelnya mulai ketinggalan. Pada kelompok merchandise seperti ini maka tidak diharapkan ada keuntungan, bahkan penerapan negative margin dilakukan tujuannya adalah menarik pengunjung sebanyak-banyaknya.

Seperti sedang menangkap ikan, umpan melalui merchandise yang seperti ini, pastinya akan mengundang banyak pelanggan akan datang, khususnya di Indonesia, masyarakat akan senang dengan produk yang harganya lebih murah. Ketika pengunjung sudah berada di dalam toko maka bisa dibayangkan bagaimana yang terjadi. Mereka akan tertarik melihat merchandise yang lain, disinilah para pebisnis ritel menempatkan merchandise yang mempunyai margin yang cukup untuk menutupi kerugian yang lain. Mengelola merchandise dalam bisnis ritel harus dilakukan setiap hari dengan teliti dan memahami keinginan konsumen, seperti pepatah dalam bisnis ini retail is detail.

Fadjar Ari DewantoFadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x