(Business Lounge Journal – Human Resources) Kita sudah sering membahas bagaimana salah satu karakter para Gen Y yang selalu berupaya untuk mencari aktualisasi diri. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pencetus yang mendorong para Gen Y kemudian menjadi Job Hopper (kutu loncat). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa cara ini juga yang kemudian membawa para Gen Y dapat dengan segera menduduki posisi-posisi penting pada perusahaan-perusahaan. Bayangkan saja, setiap tahun dapat mencari perusahaan yang baru untuk mendapatkan tantangan yang baru. Bagi mereka yang memang selalu menyukai tantangan dan selalu berupaya mengembangkan diri mereka, maka hal ini menjadi sebuah nilai plus.
Lalu apakah semua Gen Y memiliki pola yang sama? Ternyata tidak juga. Apalagi jika sudah diperhadapkan dengan comfort zone.
Suatu kali saya mengenal seorang Gen Y dari sebuah universitas ternama dengan nilai kelulusan yang cemerlang. Sangat mudah untuk mendidiknya hingga ia pun dengan mudah pula menguasai pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Setelah satu tahun berlalu, setelah hasil Performance Appraisal-nya dinyatakan baik, maka ia pun mendapatkan kenaikan level. Tahun berikutnya, hasilnya Performance Appraisal-nya tetap menunjukkan nilai yang baik, namun dengan kondisi yang berbeda sebab tantangan yang diperolehnya sedikit banyak sama dengan apa yang dihadapinya pada tahun sebelumnya. Saya ingat sekali, setelah lebih dari dua tahun ia bekerja, maka saya memanggilnya khusus dan membicarakan dengannya kesempatan untuk pindah ke bagian lain supaya ia dapat berkembang. Namun ia katakan bahwa, ia masih mau bekerja pada bagiannya sekarang ini. Hmmm, comfort zone demikian saya mencetuskannya di dalam hati. Sebab semua pekerjaan telah dikuasainya, belum lagi sudah adanya jaminan bahwa setiap tahun akan naik gaji, akan ada bonus, serta semua benefit akan tetap diterimanya, sehingga apa lagi yang kurang? Ya, comfort zone!
Waktu terus berjalan, ia masih ada pada bagian yang sama. Saya sempat mengajaknya kembali bicara bahkan mendorongnya untuk mencoba mengajukan lamaran pada perusahaan lain, namun lagi-lagi dia menjawab bahwa belum saatnya. Ia masih mau menekuni pekerjaan yang sekarang. Waktu berlalu cukup lama, hingga sekarang ia sudah lebih dari lima tahun berada pada bagian yang sama. Pada waktu saya tanyakan mengapa ia tidak mencari tantangan yang baru? Bukan tidak mencari, namun tidak ada yang mau menerimanya. Bagi beberapa perusahaan, ada sebuah pandangan bagaimana bila seorang pelamar telah bekerja selama bertahun-tahun pada posisi yang sama maka pastilah ada sesuatu yang salah dengannya. Sehingga sekarang tidak mudah untuk mencari posisi yang baru dengan sebuah tantangan yang baru, kecuali secara berani mau melakukan sesuatu yang “radikal”. Misalnya saja, pindah ke bagian yang sama sekali bertolak belakang atau mengambil sertifikasi untuk menaikkan nilai jual.
Penting untuk menyadari bahwa berada di Comfort Zone sering kali bukan menyelamatkan, melainkan mencelakakan. Sebab Anda tidak akan melakukan sebuah tindakan apa pun guna menyelamatkan masa depan Anda.
Sementara generasi sekarangterus bergerak mencari tantangan, maka mereka yang tidak menyukai tantangan sudah dapat dipastikan akan segera tersingkir. Bagaimana dengan Anda?
Ruth Berliana/VMN/BL/MP Human Capital Development Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group