(Business Lounge Journal – Human Resources) FEUI memiliki kebiasaan yang unik untuk membuat pendidikan berhasil di sana, yaitu mentoring. Saya tidak ingat kapan hal ini dimulainya, namun semasa saya mahasiswa saya memiliki mentor, setidaknya selama masa persiapan awal di kampus. Dinasti pemimpin keuangan Indonesia dari FEUI seperti Soemitro, Wijoyo Nitisastro, Sri Mulyani, Chatib Basri, Bambang Brodjonegoro, dan pemimpin lainnya semua pernah memiliki mentor. Mentor memang merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh seorang pemimpin untuk dapat berhasil. Pemimpin seperti Bill Gates memiliki mentor Paul Allen atau Warren Baffet memiliki mentor Benjamin Graham.
Kriteria seorang mentor tentu bukanlah mereka yang setingkat namun yang lebih berpengalaman dari seorang calon pemimpin itu. Kualitas keterampilan dan pengetahuan menentukan juga dalam memilih seorang mentor. Ada peribahasa mengatakan tidak dapat seorang buta akan memimpin orang buta sebab keduanya akan terperosok, demikian juga dalam hal seorang mentor, diperlukan mereka yang lebih ahli daripada seorang calon pemimpin. Mentor memiliki ketekunan untuk mengajar, kesabaran untuk mendidik, namun juga kedisiplinan dan kesungguhan untuk mendidik. Mentoring yang berhasil memerlukan waktu rutin untuk belajar secara pribadi dan kembali lagi setelah melakukan apa yang diajarkan dengan lesson learn yang didapatkan. Albert Einstein bertemu dengan mentornya setiap Kamis dalam seminggu, membuat dia berjalan dalam ketekunan.
Mentor juga tidak berarti harus mereka yang masih hidup, melainkan dengan mereka yang sudah lama tidak ada seperti Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, Napoleon, Mother Teresa, dan lain-lain bisa menjadi mentor, melalui buku yang mereka tulis. Seorang muda yang memiliki ambisi untuk berhasil, Tai Lopez mendapatkan banyak buku dari kakeknya ketika dia ingin memiliki hidup yang baik, dan Lopez membacanya setiap hari hingga saat ini. Kebiasaan membaca buku sudah banyak dilupakan dengan kuatnya era digital, namun untuk berhasil dalam mentoring, membaca buku diperlukan. Seorang mentor mendidik tidak harus berbentuk pertemuan dalam kelas, malahan berbeda dengan seorang guru, mentor menggunakan waktunya lebih sebagai role model yang kaya dengan pengalaman dan bukti perjalan keberhasilan dalam hidupnya. Mentor akan menjadi sahabat yang baik bagi seorang calon pemimpin, seringkali waktu yang sulit diperlukan seorang sahabat untuk menghadapinya
Siklus regenerasi dalam kepemimpinan memerlukan mentoring, seorang pemimpin wajib melakukan mentoring. Dalam mentoring dikenal juga dengan istilah 33% rule, mentoring perlu dilakukan malah merupakan kewajiban yang harus dikerjakan oleh seorang pemimpin dengan membagi waktunya 33 persen pada mereka yang lebih muda, 33 persen pada teman sejawat mereka dan 33 persen pada mereka yang lebih dewasa. Kebiasaan ini akan memberikan dampak keberhasilan memunculkan pemimpin yang terus menerus membawa visi dari generasi ke generasi seperti tradisi FEUI hingga sekarang.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group