Happy Menjadi Seorang Follower

(Business Lounge – Lead and Follow) Berdasarkan pengalaman saya dalam berorganisasi maka semua bentuk organisasi mengedepankan konsep tentang kepemimpinan atau leadership. Tentu konsep ini menjadi penting karena adaptasi studi empiris yang sudah dilakukan oleh banyak pemerhati, akademisi, praktisi di bidang kepemimpinan. Sangat sedikit dari mereka yang memberikan tempat kepada followership atau kepengikutan sebagai konsep yang penting. Padahal menurut Bernhard Sumbayak, Leadership dan Followership adalah seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dimulai dengan menjadi seorang pengikut yang baik. Pentingnya kesadaran ini saya temukan juga saat mempelajari proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Saat organisasi adalah kumpulan para pemimpin, baik yang struktural maupun informal maka keputusan tidak akan mudah untuk diambil, sebab semua orang mengedepankan nalurinya untuk mempengaruhi kelompok. Memilih untuk menjadi pengikut dengan senang memberikan ruang bagi organisasi untuk bisa menghasilkan keputusan yang cepat. Menjadi seorang follower tidak berarti menjadi pasif namun mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan, dapat berdiri sendiri, cepat untuk belajar, dan memberitahu pemimpin hal yang benar bila mereka mulai kewalahan atau salah arah.

Terdapat tiga tipe menjadi pengikut yang harus dihindari, pertama adalah mengikut seperti domba yang pasif dan taat . Bagi seorang pemimpin yang benar tentu hal ini akan berbahaya sebab akan kehilangan kekuatan kreatifitas organisasi dan tidak memunculkan pemimpin-pemimpin yang baru. Tipe pengikut kedua yang tidak boleh ada di organisasi adalah yes people atau dikenal dengan pengikut asal bapak senang (ABS). Umumnya tipe pengikut ini adalah seorang penjilat yang akan mencelakakan pemimpin. Komponen yang penting untuk menjadi seorang pengikut yang baik adalah bersedia memberikan masukan kepada pemimpin dengan jujur, untuk bisa melakukan hal ini tentu penting untuk tidak menjadi yes people. Jenis pengikut ketiga yang harus dihindari adalah mereka yang memberikan masukan namun tidak secara langsung, namun membicarakannya di belakang si pemimpin. Bentuk kepengikutan seperti ini akan memperkeruh organisasi dan tidak memberikan dampak positif kepada seorang pemimpin. Saya alami sendiri tiga jenis pengikut seperti ini bukanlah seorang pengikut yang senang, ketiganya pengikut yang terpaksa dan mengalami tekanan dari diri sendiri saat bekerja dan tentunya membawa dampak yang negatif kepada kinerja mereka.

Penulis buku “The Courageous Follower”, Ira Chaleff a Huntly Va menuliskan, menjadi pengikut tidak berarti mendukung seluruh ide dari pemimpin. Seorang pengikut yang ahli dan memiliki pemikiran yang independen akan menjadi sahabat seorang pemimpin yang peka terhadap masalah yang ada terkait dengan ide seorang pemimpin. Dalam proses pencapaian tujuan maka dia akan menolong pemimpin mencapainya dan menyampaikan masukan tanpa canggung kepada pemimpin bila diperlukan. Ira menuliskan seperti seorang pemimpin bertanggung jawab membawa pengikutnya meraih hasil yang terbaik demikian sebaliknya, seorang pengikut bertanggungjawab mendukung seorang pemimpin meraih hasil yang terbaik. Hal ini akan membuat seorang follower melakukannya dengan senang (happy following) tanpa tekanan.

Fadjar Ari DewantoFadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center