(Business Lounge – Empower People) Siapa yang tidak kenal dengan Google dan tidak tahu bagaimana perusahaan raksasa mesin pencari tersebut membangun lingkungan kerjanya? Bukankah apa yang telah Google terapkan pada lingkungan kerjanya sering kali menjadi acuan bagi perusahaan-perusahaan lainnya. (Baca: Cara Google Memanjakan Karyawannya).
Membangun lingkungan kerja yang menyenangkan demi mendukung timbulnya kreatifitas bukanlah hal yang baru. Bagi banyak perusahaan, hal ini merupakan suatu hal yang terus menerus dipikirkan dan diupayakan agar tercapailah apa yang diharapkan para pekerjanya. Tidak heran bila hal ini menjadi salah satu yang diutamakan oleh perusahaan-perusahaan global sebab lingkungan kerja yang nyaman akan menjadi salah satu bagian persaingan bagi mereka. Namun kini apa yang disebut oleh Harvard Business Review (HBR) sebagai creative discomfort, merupakan sebuah hal yang dapat dikondisikan untuk memancing timbulnya kreatifitas. Creative discomfort merupakan sebuah strategi yang sering kali diabaikan padahal hal ini dapat memicu inspirasi jangka panjang. Strategi tersebut meliputi sebuah keadaan yang dikondisikan ‘tidak nyaman’ untuk merangsang timbulnya kreativitas sehingga para pekerja dapat keluar dari pola pikiran mereka yang sudah ada dan mendorong para pekerja untuk berani memiliki pemikiran asli mereka serta berani mengambil risiko.
Menciptakan Creative Discomfort
Mengapa perlu menciptakan creative discomfort? Seperti telah diketahui bahwa segala sesuatu yang telah nyaman atau pun apa yang disebut sebagai comfort zone merupakan ‘musuh’ bagi para pekerja yang masih ingin berkembang. Memasuki comfort zone akan membuat seseorang cenderung untuk bersikap pasif bahkan berhenti untuk berkembang, dan segala sesuatu yang tidak berkembang, maka pada suatu hari akan menemui kematian.
Karena itu, selaku pemilik bisnis atau pun sebagai seorang pemimpin, penting untuk menciptakan dan mengkondisikan adanya creative discomfort bagi orang-orang atau tim yang Anda anggap memiliki potensi untuk terus berkembang, sehingga setiap orang memiliki kesempatan untuk terpancing memiliki pemikiran-pemikiran yang baru. Namun hal yang perlu untuk diperhatikan adalah bagaimana dalam setiap creative discomfort yang ada, Anda dapat memastikan bahwa hal ini tidak menimbulkan suatu kekuatiran yang berlebihan, melainkan membangkitkan rasa juang yang akan membawa para pekerja kepada keberhasilan. Adanya rasa kuatir yang berlebihan sering kali mengaburkan tujuan bisnis atau visi yang ada sehingga langkah yang diambil dapat bertentangan dengan tujuan dan visi bisnis. Rasa kuatir yang berlebihan akan dapat melumpuhkan, tetapi ketidaknyamanan akan membuat seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menciptakan creative discomfort adalah dengan memberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi, misalnya dalam mengambil keputusan, dalam pencapaian taget, dalam keterlibatan lebih dalam lagi, dalam pemberian assignment dan sebagainya.
Mempertahankan Creative Discomfort
Berikut adalah hal-hal yang dapat Anda lakukan sebagai seorang pemimpin pada saat tim Anda ada dalam Creative Discomfort.
1. Mulailah dengan komunikasi.
Komunikasi yang terbuka dan jujur pada semua lini akan membawa pemahaman dan konteks untuk setiap individu. Jika semua orang tahu apa yang diharapkan dari anggota tim mereka dan bagaimana hal ini memainkan peranan pada tujuan akhir, mereka akan diberdayakan untuk menjadi proaktif, bukan reaktif. Mereka memahami bagaimana pekerjaan mereka cocok menjadi tujuan yang lebih besar dari perusahaan.
2. Rangkullah semua orang yang terlibat.
Penting bagi Anda untuk mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam penugasan yang telah diberikan. Sebagai contoh ketika sebuah kelompok bekerja bersama-sama untuk merancang produk atau fitur baru, maka kelompok tersebut dapat memilih untuk melibatkan siapa saja yang dapat mendukung kelompok tersebut, baik itu seorang desainer, insinyur, eksekutif atau seorang tenaga penjualan. Dengan bergabungnya lebih banyak tenaga ahli maka akan semakin banyak masukan yang tidak hanya membantu untuk mengembangkan produk terbaik, tetapi juga menempatkan orang yang tepat di posisi terbaik.
3. Trust.
Meningkatkan keterlibatan karyawan dengan menciptakan rasa percaya. Untuk memungkinkan karyawan untuk mengambil risiko yang lebih besar dan dapat bekerja secara kreatif, Anda harus memberikan mereka ruang untuk mengerjakannya sambil tetap meminta untuk tim tersebut dapat memberikan pelaporan secara berkala.
4. Lakukan review, penilaian ulang, dan demikian seterusnya.
Lakukanlah review untuk setiap assignment yang diberikan sambil terus menciptakan sebuah Creative Discomfort yang dipantau sehingga tidak menimbulkan kekuatiran atau ketakutan oleh karena tidak dapat menyelesaikannya. Lakukanlah evaluasi secara berkala dan diskusikanlah apa yang telah berhasil dan apa yang belum.
5. Jadilah kreatif.
Tujuan akhir dari sebuah review yang Anad lakukan adalah untuk terus memancing terciptanya kreativitas dari tim tersebut dan seluruh anggotanya.
Pada akhirnya, Anda harus mengidentifikasi jumlah creative discomfort yang bekerja untuk Anda dan tim Anda. Ini mungkin memerlukan beberapa trial and error, tetapi hasil akhirnya akan menjadi tim yang lebih produktif dan keseluruhan tempat kerja yang lebih baik.
Ruth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development