Memimpin Dengan Kerendahan Hati

(Business Lounge – Lead & Follow) Membangun sebuah kerendahan hati sebagai karakter seorang pemimpin tidaklah mudah. Banyak pemimpin besar gagal dalam hal ini. Kesombongan, entah dalam porsi kecil atau besar, sering kali menjadi bagian dari hidup pemimpin. Pada masa kini, melihat seorang pemimpin yang “true humble” itu merupakan suatu kelangkaan.

Kedudukan seorang pemimpin yang tinggi dan dihormati bagaikan suatu jerat bagi para pemimpin untuk jatuh pada ketinggian hati. Saya mendengar kisah seorang pemimpin di salah satu provinsi di Indonesia yang rela mengantri layanan bank dan tidak memanfaatkan fasilitas VIP yang diberikan Bank tersebut untuk melayani dirinya. Ia menempatkan dirinya sebagai nasabah saat ia datang ke Bank tersebut dan bukan sebagai seorang petinggi yang perlu dilayani secara istimewa. Apakah salah kalau seorang petinggi memanfaatkan kedudukan dan jabatannya untuk layanan VIP yang sejujurnya memang pantas diberikan baginya? Sebenarnya tidak ada yang salah tapi adalah pilihan tiap orang yang untuk memanfaatkan atau tidak fasilitas yang dimilikinya.

Jika petinggi itu adalah Anda, bayangkanlah! Apa yang Anda rasakan saat semua mata memandang Anda maju menerobos antrian untuk sebuah layanan umum lalu mendapatkan prioritas yang istimewa karena Anda aalah seorang petinggi? Jika hati Anda tidak enak terhadap orang banyak yang sudah mengantri berjam-jam lebih dulu dari Anda, maka Anda sendiri akan mulai mengambil posisi untuk menempatkan diri Anda bukan sebagai petinggi tapi sebagai nasabah Bank. Maka Anda pasti tidak akan memakai fasilitas Anda dan dengan rela hati mengantri bersama nasabah-nasabah lainnya. Sebaliknya beberapa orang justru dengan bangga memanfaatkan fasilitas yang diperoleh karena keistimewaannya. Beberapa pemimpin negara ini dikenal sebagai orang yang demikian, tidak memanfaatkan fasilitas yang seharusnya dan memilih untuk biasa saja. Bersyukur pada akhir-akhir ini tipe pemimpin yang seperti semakin banyak di Indonesia.

Berdasarkan kamus Merriam Webster, humble adalah:

  1. not proud or haughty : not arrogant or assertive
  2. reflecting, expressing, or offered in a spirit of deference or submission <a humble apology>

3 a :  ranking low in a hierarchy or scale :  insignificant, unpretentious

b :  not costly or luxurious <a humble contraption>

Beberapa kamus lain juga mengatakan humble adalah being modest (sederhana)

Dari beberapa definisi ini, mari kita menilai diri kita sendiri, apakah kita cukup rendah hati sebagai seorang pemimpin? Seringkali ketika kita ingin merendahkan hati, kita harus menanggalkan posisi, jabatan, nama besar kita dan meletakkan diri sama dengan orang-orang pada komunitas kita. Seringkali kita harus duduk sama rendah dan bersahabat dengan semua orang, menahan diri untuk menunjukkan kehebatan, kekayaan, keistimewaan, dan menunjukkan kesederhanaan. Acap kali kita perlu menyertai kerendahan hati dengan keramahan terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan. Menganggap diri sebagai orang yang memiliki mental melayani dan bukan dilayani, memberi dan bukan diberi, menyapa lebih dulu sebelum disapa, menerima pendapat orang lain daripada selalu merasa benar, mendengarkan dan mengerti orang lain daripada selalu ingin dimengerti. Semua adalah bagian dari praktek kerendahan hati dan masih banyak lagi. Pencitraankah ini? Bukan tentunya jika dilakukan dengan sepenuh ketulusan hati kita.

Mari menjadi pemimpin yang lebih baik hari ini dengan kerendahan hati yang kita miliki. Tidak ada yang perlu disombongkan, tanpa pengakuan orang lain pun, kita memang sudah berada di posisi yang tinggi sebagai pemimpin dan hal ini tidak dapat disangkali, sehingga yang diperlukan sekarang justru adalah kerendahan hati.

Vera Herlina Vera Herlina/VMN/BL/CEO of Management Soft Skill Academies Vibiz Consulting Group

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x