Pameran Prangko Ungkap Kegiatan Surat Menyurat Sebelum Adanya Email

(Business Lounge – Culture) Melihat amplop berprangko ini membawa ingatan saya ke beberapa tahun yang silam pada masa kanak-kanak saya. Paling tidak setiap bulan, tukang pos mengantarkan sepucuk surat untuk ayah dari kakek yang tinggal nun jauh di sana. Atau bila hari raya besar tiba maka setumpuk kartu ucapan akan bertengger di meja kerja ayah.

Tetapi sekarang kemajuan teknologi telah membuat kebanyakan masyarakat sudah tidak menggunakan surat menyurat untuk berkomunikasi dengan kerabat atau keluarga. Bahkan banyak generasi muda sekarang tidak merasakan bagaimana berkomunikasi dengan cara surat menyurat ini. Walaupun tidak sedikit masyarakat masih menggunakan surat untuk berkomunikasi, tetapi mayoritas masyarakat pada umumnya saat ini lebih memilih menggunakan telepon genggam atau email karena kedua ini merupakan cara berkomunikasi paling praktis dan cepat.

Ada satu yang wajib tidak boleh dilupakan pada kegiatan surat menyurat, yaitu pengirim harus membubuhkan prangko pada setiap amplop yang digunakan sebagai bukti pembayaran untuk jasa pos atau mengirim surat.

Prangko 2

Prangko 3

Prangko 4

Pekan lalu, Museum Prangko Indonesia yang terletak di kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur mengadakan sebuah pameran prangko dan kartu pos koleksi Christine Damayanti yang telah memulai koleksi prangko dan kartu pos sejak usia belia bersama sang ibunda. Bukan hanya mengoleksi prangko Indonesia tetapi ia juga mengumpulkan prangko-prangko dari luar negeri bahkan prangko-prangko yang sudah langka. Salah satunya adalah prangko yang diterbitkan pada jaman Hindia Belanda. Prangko cetakan Indonesia yang sudah langka pada jaman kemerdekaan, pembacaan naskah kemerdekaan, serta kembali ke UUD 1945 pun dimilikinya. Bagi Christine, prangko merupakan salah satu karya seni yang dibuat oleh seniman-seniman berbakat di seluruh dunia.

Prangko 5

Walaupun dengan kemajuan teknologi membuat banyak orang meninggalkan cara berkomunikasi surat-menyurat tetapi dengan adanya pameran dan museum tentang prangko membuat generasi muda mengetahui bagaimana perkembangan komunikasi sebelum teknologi mengambil alih yaitu dengan cara surat-menyurat.

Prangko 10

Tentang Prangko

Pembayaran menggunakan Prangko (Latin: franco) pertama kali diperkenalkan di Britania Raya pada tanggal 1 Mei 1840 sebagai bagian dari reformasi pos oleh Rowland Hill. Itulah sebabnya, hingga hari ini Britania Raya mendapat perlakuan khusus menjadi satu-satunya negara yang tidak perlu mencantumkan nama negara di atas prangko. Perlu dicermati bahwa kata yang benar adalah prangko, bukan perangko. Kata ini telah diresmikan pada tahun 1985 dan diseragamkan jadi prangko oleh Richard Yani Susilo pada buletin Berita Filateli.

Dengan menempelkan prangko pada sepucuk surat berarti biaya pengiriman surat tersebut telah dilunasi oleh pengirim surat, dan sebagai imbalannya pos berkewajiban menyampaikan surat tersebut kepada alamatnya di tempat tujuan.

Kegiatan surat-menyurat dan sistem perposan sebenarnya sudah dikenal manusia sebelum dikenalnya prangko. Dan setiap pemerintahan membangun sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan sistem perposan. Sebagai contoh, Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibangun oleh gubernur jenderal Hindia Belanda (Herman Willem Daendels), dikenal dengan nama Jalan Pos Raya.

Prangko 81

Ammy Hetharia/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: Ammy Hetharia

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x