(Business Lounge – Business Insight)-Seperti kisah yang berulang, sekitar enam tahun lalu, pesawat berjenis A320 produksi Airbus Group menjadi sorotan dunia dalam hal keselamatan penerbangan.
Mengingat kembali apa yang terjadi pada hari itu yaitu tepatnya 15 Januari tahun 2009, pesawat yang setipe dengan AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang hilang pada Minggu, 28 Desember 2014 lalu, bertolak dari Bandar Udara La Guardia, New York, dan mengalami mesin mati setelah bertumbukan dengan sekawanan angsa Kanada. Pilot bernama Chesley “Sully” Sullenberger mendaratkan pesawat di Sungai Hudson. Semua penumpang dan awak selamat. Peristiwa itu akhirnya dikenang sebagai “Mukjizat di Sungai Hudson.”
Bagi Airbus, keberhasilan A320 telah mengangkat posisinya sebagai pesaing utama Boeing. Dalam catatan perusahaan maka Airbus telah menjual lebih dari 11.000 pesawat dalam keluarga A320.
Sekitar dua tahun lalu, AirAsia memesan 100 pesawat berjenis A320. Kesepakatan ini telah mempererat kemitraan antara maskapai bujet dengan tingkat perkembangan paling pesat sedunia dengan Airbus yang merupakan produsen pesawat asal Eropa.
Hingga saat ini maka AirAsia menjadi pembeli tunggal terbesar A320. Sementara untuk keseluruhan, pada akhir November 2014, Airbus mengatakan bahwa 6.000 pesawat lorong tunggal miliknya digunakan oleh 319 operator. A320, dengan jumlah tempat duduk yang sanggup mengakomodasi hingga 180 penumpang, adalah versi paling dicari perusahaan penerbangan. Sampai akhir bulan lalu, ada 3,606 unit A320 yang beroperasi.
Kecelakaan fatal terakhir yang melibatkan A320 terjadi pada 2008 saat XL Airways Jerman yang disewa dari Air New Zealand jatuh ke Laut Tengah pada 27 November. Seluruh tujuh awak di dalam pesawat yang sedang melakukan pengujian tewas.
Menurut para penyelidik kecelakaan dari Perancis, serangkaian faktor menjadi penyebab kecelakaan itu, termasuk terhalangnya sejumlah sensor dan pengambilan keputusan oleh awak.
Setahun sebelumnya, A320 yang dioperasikan oleh TAM Linhas Aereas, Brasil, gagal mendarat dengan sempurna di bandar udara Sao Paolo. Insiden tragis ini menewaskan 187 penumpang pesawat serta 12 orang lain di darat.
Seperti yang dilansir The Wall Street Journal, menurtu data AirSafe.com, pesawat jet lorong tunggal Airbus yang berbadan sedang adalah salah satu jenis pesawat dengan tingkat kecelakaan terkecil dalam jagat penerbangan komersial. Tingkat kecelakaan keluarga A320 adalah 0,08 per sejuta penerbangan.
Sukses besar A320 membuat Airbus memutuskan untuk melakukan ekspansi global. Pembuat pesawat itu, yang membangun 42 jet berbadan sedang dalam sebulan, merakit pesawat di Hamburg, Jerman; Toulouse, Perancis; dan Tianjin, Tiongkok. Perusahaan pun memiliki fasilitas perakitan akhir di Mobile, Alabama, Amerika Serikat.
Demi memenuhi tingginya permintaan, Airbus akan mendorong produksi jet berbadan sedang itu hingga 46 unit per bulan pada 2016. Angka itu masih akan berubah. Dikabarkan model terbaru, A320neo bermesin baru, akan diperkenalkan tahun 2015 ini.
Febe/Journalist/VMN/BL
Editor: Tania Tobing