Strategi Unilever Di Pasar Negara Berkembang

(Business Lounge – Business Insight)-Bagaimanakah strategi Unilever di negara berkembang? Perlu kita pahami bahwa staf pemasaran berharap konsumen di negara berkembang adalah konsumen yang setia dan akan tetap membeli apapun yang terjadi. Selama puluhan tahun, perusahaan barang konsumsi berekspansi di negara berkembang dengan menawarkan produk berharga murah dengan ukuran kecil yang terjangkau.

Jaman berganti dan semua pun berubah.. Setelah melewati beberapa dekade maka sekarang, di negara-negara yang relatif miskin, perusahaan justru memakai strategi yang dipakai di negara maju: menambah lebih banyak fitur dalam produk dasar dan menaikkan harganya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, penerapan strategi ini diterapkan di tengah melambannya ekomomi global dan menurunnya pertumbuhan penjualan di negara berkembang

Untuk konsumennya di Brasil, Unilever beriklan online untuk shampo TRESemmé berharga tinggi dan tak terduga maka hasilnya adalah jutaan like di Facebook. Sementara di India, Unilever mengembangkan sabun cuci tangan Lifebuoy yang berganti warna setelah 10 detik untuk menandakan tangan yang sudah bersih.

Usut punya usut strategi ini juga dijalankan oleh Procter & Gamble, pesaing global Unilever yang hendak mengajak pria India mengganti silet tanpa pengaman ke produk Gillette dengan fitur pengaman tambahan. Tak ketinggalan, Colgate-Palmolive Co menjual cairan pencuci mulut (mouthwash) rasa teh di Tiongkok. Perusahaan Jerman Henkel AG fokus menjual produk lokal berharga premium di negara-negara Timur Tengah, seperti sampo untuk perempuan berjilbab atau deterjen untuk pakaian hitam.

Tak dapat dipungkiri lagi, peluncuran produk baru, atau perbaruan desain produk lama, turut membantu Unilever meraih pangsa pasar dalam 60% kategori yang diselaminya, kata perusahaan. Faktor ini juga menjadi alasan kenaikan harga meski pendapatan per kapita di banyak negara berkembang besar telah stagnan atau jatuh.

Seperti yang dikutip oleh The Wall Street Journal, bagi Unilever, mereka bisa menaikkan harga di seluruh dunia sebesar 1,8% pada kuartal III 2014, dengan “kontribusi yang kian positif dari negara berkembang.” “Inovasi kami menguntungkan perusahaan,” kata CEO Paul Polman beberapa bulan lalu.

Produk baru dan perbaikan tidak hanya dijual dengan lebih mahal, tapi juga menguntungkan perusahaan. Unilever mengatakan 75% inovasinya mengangkat margin laba kotor perusahaan keseluruhan.

Di Brasil, harga-harga naik 3% pada kuartal yang sama meski negara itu tengah dilanda resesi. Harga-harga Unilever juga naik 5% di Indonesia. Namun demikian, perusahaan masih belum mau sebutkan harga-harga di India.

 

Febe/Journalist/VMN/BL

Editor: Tania Tobing

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x