Asal-Muasal Jawa Suriname

(Business Lounge – Culture) Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis menggelar Suriname Java Festival untuk mengingat kembali bahwa sebenarnya ada bagian dari bangsa ini yang kini berada terpisah “nun jauh di sana”.

Ketika perbudakan dihapuskan di Suriname pada tahun 1863, maka semua bidak pun pergi meninggalkan perkebunan. Maka terjadilah krisis tenagakerja di Surnime dan kekosongan tersebut diisi oleh para pekerja kontrak India-Britania. Namun sebuah permasalahan terjadi pada para pekerja di Suriname yang menentang kondisi kerja dengan upah yang rendah. Gerakan nasionalis di India pun berupaya memperoleh kemerdekaan. Akhirnya penjajah Suriname memutuskan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah. Belanda yang saat itu menjajah Suriname sekaligus menjajah Indonesia, memutuskan memindahkan sekelompok masyarakat Jawa ke Suriname untuk bekerja di Marienburg, perkebunan tebu terbesar di negara itu.

IMG_3240

Para pekerja kontrak asal Jawa saat itu menandatangani kontrak untuk masa lima tahun. Dengan upah rata-rata sebesar 60 sen bagi lelaki dan 40 sen untuk perempuan. Dengan upah sebesar itu, mereka harus bekerja di lahan yang telah ditentukan. Setelah masa kontrak berakhir, para imigran berhak mendapatkan tiket kapal untuk pulang kembali ke Tanah Air, tetapi mereka juga boleh untuk tinggal di Suriname dengan mendapatkan uang sebesar 100 gulden dan sebidang lahan pertanian.

Secara keseluruhan, sekitar 30 ribu orang Jawa telah dibawa ke Suriname antara 1890 dan 1930. Sebanyak 7.684 kembali ke Jawa hingga pecahnya Perang Dunia II. Pada 24 September 1947 kapal terakhir berangkat ke Jawa. Dengan menumpang Kapal Tabian, 769 orang melakukan perjalanan pulang ke Jawa. Para imigran yang pulang kembali tahun-tahun berikutnya harus membeli tiket kapal sendiri.

IMG_3241

IMG_3242

IMG_3243

IMG_3244

IMG_3245

IMG_3246

IMG_3247

Itulah gambaran nasib para imigran Jawa yang pindah ke Suriname. Sebagian merasa betah hingga beranak cucu di sana, sebagian menetap di Belanda. Namun juga sebagian memilih untuk pulang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

 

Sonang Elyas/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Sonang Elyas

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x