(Business Lounge – News & Insight) Rabu (1/10) pagi ini ribuan demonstran pro-demokrasi tetap memadati jalan-jalan di Hong Kong walaupun semalaman hujan deras mengguyur Hong Kong. Mereka tetap bertahan tanpa mengabaikan peringatan dari pemerintah pro-Beijing yang menyebut aksi unjuk rasa ini sebagai tindakan illegal. Memasuki hari ke-5 bertepatan dengan peringatan ulang tahun Partai Komunis Republik Rakyat Tiongkok, maka para pengunjuk rasa kuatir akan adanya upaya polisi untuk membubarkan mereka dengan menggunakan kekerasan demikian dilansir oleh Reuters. Apalagi sebuah upacara akan diselenggarakan di Bauhinia Square. Para pengunjuk rasa akan ikut menyaksikan upcara tersebut tanpa melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan.
Para pengunjuk rasa telah bertekad untuk menempati bagian-bagian dari kota sebagai cara mengekspresikan kemarahan mereka pada keputusan Tiongkok yang membatasi pilihan para pemilih dalam pemilu 2017.
Mereka menyebar termasuk ke area Tsim Sha Tsui, salah satu pusat perbelanjaan paling populer di kota ini yang biasanya ramai dengan aktifitas perdagangan terutama selama liburan Hari Nasional tahunan. Mereka juga mendirikan barikade darurat untuk mengantisipasi kemungkinan bentrokan.
Aksi unjuk rasa ini memang yang terburuk di Hong Kong sejak Tiongkok kembali berkuasa pada tahun 1997. Ini juga merupakan salah satu tantangan politik terbesar bagi Beijing yang pernah menumpas para pengunjuk rasa pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989. Tiongkok sangat berhati-hati sebab memberika tindakan yang sangat keras pasti akan mempengaruhi kepercayaan para pelaku pasar uang. Namun jika tidak bereaksi cukup tegas, pemerintah pun kuatir akan dianggap memberi semangat para pengunjuk rasa.
Pesan dari Beijing
Wakil direktur National People’s Congress Internal and Judicial Affairs Committee Tiongkok, Li Shenming, menulis dalam Harian Rakyat: “Di Tiongkok saat ini, terlibat dalam sistem pemilihan one-man-one-vote yang mengikat dan menyebabkan gejolak, kerusuhan dan bahkan situasi perang saudara. “
Tiongkok memang menyadari apa yang mereka hadapi saat ini.
Sementara negara-negara lain tetap menyerukan agar Tiongkok mencari jalan keluar dan memberikan aksi damainya. Kepala keuangan Inggris George Osborne mendesak Tiongkok untuk mengadakan perdamaian dan kemakmuran. Sedangkan Washington mendesak pemerintah Hong Kong untuk menahan diri sedangkan para demonstran untuk dapat mengekspresikan pandangan mereka secara damai.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry juga akan mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di Washington pada hari Rabu (1/10) untuk membahas apa yang terjadi di Hong Kong saat ini.
Peristiwa ini juga telah diikuti di Taiwan, yang memiliki demokrasi penuh tetapi dianggap oleh Beijing sebagai provinsi yang membangkang yang pada satu hari nanti ditargetkan untuk bersatu kembali dengan Tiongkok daratan.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara