(Business Lounge – World News) – Para pekerja restauran cepat saji di Amerika Serikat telah melakukan protes dijalan selama dua hari ini terkait dengan kenaikan upah mereka. Protes tersebut di organisir oleh Service Employess International Union. Protes tersebut berlangsung di sekitar 150 kota di Amerika Serikat.
Pesan yang ingin disampaikan oleh para pekerja tersebut adalah adanya kenaikan upah yang mereka terima. Para pekerja restauran cepat saji di Amerika Serikat menerima gaji minimum sebesar $7,25 per jam. Sekitar 34 orang yang memprotes mengenai hal tersebut di Times Square ditahan oleh polisi dan di wilayah Detroit dilaporkan terjadi juga penangkapan.
Protes ini merupakan protes yang telah berlangsung hampir 2 tahun. Para pekerja dari restauran seperti McDonald, Burger King, dan Wendy’s telah ikut bergabung dalam aksi protes tersebut. Aksi tersebut merupakan langkah dari para pekerja untuk memberikan tekanan bagi setiap restauranr waralaba untuk menaikkan upah minimum para pekerja mereka.
Presiden Barrack Obama telah menyampaikan dukungannya terhadap kenaikan upah minimum para pekerja di restauran cepat saji. Dukungan tersebut disampaikannya pada pidato di Milwaukee, Winsconsin pada hari Senin kemarin.
Demo pekerja dengan tuntutan kenaikan gaji merupakan hal yang normal yang kadang terjadi di setiap negara tidak terkecuali. Para pekerja dengan adanya tekanan dari biaya hidup yang tinggi memerlukan insentif berupa gaji yang mencukupi bagi mereka.
Melihat suasana demo para pekerja di restauran cepat saji tersebut yang semakin memanas untuk beberapa wilayah di Amerika Serikat menunjukan keseriusan dari para pekerja tersebut mengenai rendahnya gaji minimum mereka. Sehingga berdampak terhadap beberapa negara bagian yang mulai mengubah aturan mengenai jumlah upah minimum mereka.
Dengan adanya beberapa negara bagian yang telah mengubah aturan jumlah upah minimum mereka maka dapat dikatakan jika para pekerja tersebut memiliki momentum yang baik. Seiring dengan semakin dekatnya mid-term election di Amerika Serikat, akan dilihat apakah para pekerja mampu menjaga momentum tersebut berada dipihak mereka atau tidak.
Afif Bahar/Analyst Vibiz Research/VM/BL