(Business Lounge – Achievement) Penduduk Indonesia terus bertambah sedangkan luas wilayahnya tetap sama, Jikalau kita berpikir ke depan, bahwa kita ingin bertahan hingga tahun 2045 saat usia kemerdekaan kita mencapai yang ke-100 tahun, maka kita harus memikirkan pentingnya melakukan resources efficiency yaitu melakukan efisiensi didalam menggunakan sumber daya yang ada. Sehingga harus ada perubahan di dalam pola pembangunan yang tidak lagi kepada resources exploitation tetapi kepada resources enrichment.
Resources Enrichment
Resources exploitation yaitu ketika kita mengambil batubara, ketika kita menanam kelapa sawit yang kemudian minyaknya kita ekspor. Sedangkan resources enrichment adalah ketika kita memberikan nilai tambah kepada hutan kita. Hutan itu bukan sekedar hutan tetapi kita melihat apa saja yang ada di dalamnya yang dapat menjadi nilai tambah. Sebagai contoh, Emil Salim menyebutkan lintah yang kalau menggigit akan mengeluarkan suatu zat yang dapat menyebabkan rasa gatal. Tetapi ternyata zat itu adalah obat yang dapat mencairkan darah yang kental. Zat ini ternyata dapat dijadikan obat untuk mengatasi penyakit stroke. Dalam resource enrichment maka perlu dipikirkan bagaimana mengubah zat yang ada pada lintah yang terdapat di dalam hutan Indonesia ini menjadi obat untuk mengatasi penyakit stroke.
Contoh lainnya yang Emil Salim berikan adalah melakukan resources enrichment terhadap hutan sagu yang ada di Papua. Sampai hari ini seluruh hutan sagu yang ada di Papua apabila ditebang sekali pun, hutan itu akan tumbuh lagi tanpa ditanam. Sesungguhnya hutan sagu di Papua akan dapat mencukupi keperluan karbohidrat dari seluruh penduduk Indonesia yang sudah melebih 240 juta orang. Mungkin orang akan berkata bahwa ia tidak terbiasa makan sagu, rata-rata orang Indonesia terbiasa dengan makan nasi. Tetapi dengan resurces enrichment maka dapat dipikirkan bagaimana mengubah sagu menjadi butiran beras sebagai virtual rice.
Brain Power and Value Added
Apa yang menjadi poin bagi Emil Salim adalah apabila kita dapat membuat zat makanan, zat obat, zat pembangunan yang banyak sekali tanpa melakukan penebangan atau membuat habis sumber-sumber yang ada maka akan lahirlah pola pembangunan yang memperhitungkan daya dukung alam.
Pembangunan mula-mula akan memperhitungkan tata ruang. Kita lihat seluruh tata ruang tanah dan air. Di mana ada sagu maka jangan dibongkar, di mana ada hutan maka jangan dibongkar. Apa saja yang merupakan daya dukung alam jangan dilewati tetapi tetap dijaga kelestariannya.
Jika dilewati, maka alam akan menghantam balik sebagai bencana sebagai contoh terjadinya banjir yang merupakan bentuk amarah dari alam yang telah over eksploitasi. Oleh karena itu sangat perlu adanya keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan, itulah yang disebut dengan sustainable development. Dengan demikian proses pembangunan pun akan terus berlanjut dan masyarakat pun menjadi lebih maju tetapi hal ini tidak menimbulkan kerusakan alam.
Kuncinya adalah mengandalkan brain power, bukan muscle power. Sehingga melakukan pembangunan dengan selalu menimbulkan value added.
Kembali Emil Salim memberikan contoh pada perkebunan kepala sawit Indonesia. Mengapa kita mengekspor minyak kelapa sawit mentah? Seharusnya kita dapat mengolahnya terlebih dahulu menjadi produk untuk wewangian, produk kosmetika baru diekspor. Padahal Belanda atau Perancis mengolah minyak kelapa sawit mentah itu menjadi parfum, menjadi kosmetik dan mengekspornya kembali dengan harga yang dapat beratus kali lipat.
Intinya adalah dengan menggunakan brain power maka kita dapat menciptakan banyak added value yang akan menguntungkan kita.