Menurunnya Konsumsi Minuman Soda Perlemah Bisnis Coca Cola

(Business Lounge – Business Today) Bisnis Minuman Soda Coca Cola mengalami tekanan yang membuat keuntungan usaha ini semakin berkurang. Coca Cola melaporkan pendapatan bisnisnya pada kuartal terakhir 2013 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2012.  Pendapatan kuartal keempat 2013 lalu dilaporkan turun 3,6 persen menjadi USD 11,04 miliar dengan laba bersih yang merosot 8,4 persen menjadi USD 1,71 miliar dari tahun sebelumnya.

Perusahaan yang berpusat di Atlanta-Georgia ini juga melaporkan volume penjualan global Coca-Cola hanya meningkat 1%  dan pendapatan penjualan yang naik 4 % pada kuartal IV/2013 dari tahun sebelumnya. Dan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang naik 4% dan juga pertumbuhan tahunan 3% tampak penjualan Coca-Cola drop sekali.

Pendapatan Coca Cola yang berkurang banyak ini sebagian besar masih disebabkan proses restrukturisasi operasi pengemasan botol di Brasil dan Filipina. Selain itu juga penurunan pendapatan ini dikarenakan melemahnya penjualan minuman soda di Amerika yang telah turun 3% sedangkan penjualan minuman soda berkalori rendah di AS jauh lebih cepat dari penjualan soda biasa pada tahun lalu, karena konsumen cemas tentang keamanan pemanis nol kalori yang digunakan minuman itu.

Konsumsi minuman bersoda di AS terus menurun sejak akhir tahun 1990-an, karena masyarakat terbebani oleh kekhawatiran obesitas. Seperti kota New York yang baru-baru ini mencoba untuk menempatkan minuman bersoda sebagai penyebab masalah kesehatan. Bahkan, pekan lalu anggota parlemen negara bagian California mengusulkan menambahkan label peringatan untuk minuman bersoda dan minuman manis lainnya yang dianggap sebagai sumber diabetes dan kerusakan gigi.

Permasalahan penjualan berikutnya adalah dengan melemahnya nilai tukar uang negara-negara konsumsi terhadap dolar AS yang membuat konsumen mengurangi kebutuhan akan minuman soda. Perusahaan minuman terbesar di dunia ini melihat bahwa melemahnya mata uang asing akan menurunkan laba usaha hingga 7 persen tahun ini.

Melihat kondisi ini Coca Cola tidak mundur dari tujuannya untuk meraih rekor pendapatan dalam dua dekade ini, karenanya perusahaan ini akan mengurangi biaya untuk manajemen suplai dan data, serta memacu program pemasaran untuk meraih US$1 miliar sebagai simpanan pada 2016.  Untuk itu juga manajemen akan memangkas biaya operasional senilai US$1 miliar setelah keuntungan pada kuartal terakhir 2013 tergerus 8,4%.

Untuk pemasaran Coca cola juga berencana untuk meningkatkan pengeluaran iklan hingga USD 1 miliar selama tiga tahun ke depan. Dana itu berasal dari keuntungan produktivitas produk Sprite dan Fanta. Kedua produk ini menghabiskan dana pemasaran hingga USD 3,3 miliar pada tahun 2012, dan pengamat mengatakan pengeluaran akan tetap datar dalam beberapa tahun mendatang.

Untuk permasalahan kandungan kalori yang tinggi, Coca Cola meluncurkan versi rendah kalori Coca Cola di Argentina dan Chile tahun lalu yang dimaniskan dengan bahan gula dan stevia. Awal bulan ini, Coke juga menandatangani kemitraan 10 tahun untuk menjual minuman dingin melalui sistem pembuat kopi yang dikembangkan oleh Green Mountain Coffee Roasters Inc. Itu merupakan Innovasi yang radikal bagi Coke yang selama beberapa dekade terakhir mengandalkan sistem air mancur di restoran dan pembotolan.

Dan jika dilihat dari kinerja sahamnya, saham Coca – Cola dalam 12 bulan terakhir sudah naik 5,6 persen namun penutupan perdagangan akhir pekan lalu saham ini anjlok 3,8 persen dan perdagangan kemarin saham ini turun kembali hingga 4,3 persen.

(ja/IC/bl)

pic: www.enet.gr

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x