(Business Lounge – Business Today) – China Central Television atau CCTV, lembaga penyiaran televisi pemerintah di Cina, mengkritik Starbucks Corp karena menetapkan harga kopinya di Cina lebih mahal daripada negara lain seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan India. Ini menjadi satu dari serangkaian kritik media pemerintah terhadap perusahaan asing di negara Tirai Bambu itu.
Dalam laporan CCTV yang ditayangkan Minggu kemarin, disebutkan bahwa ukuran sedang minuman kopi latte di Beijing dihargai 27 yuan atau sekitar Rp48.000, sepertiga lebih banyak ketimbang harga yang sama di Starbuck di Chicago.
“Starbucks menikmati harga yang tinggi di Cina, terutama karena kepercayaan buta dari konsumen lokal pada Starbucks dan merek Barat lainnya,” kata Wang Zhendong, direktur Asosiasi Kopi Shanghai kepada CCTV.
Starbucks sendiri beralasan harga yang mereka patok ini disebabkan oleh harga pangan dan biaya logistik yang tinggi di Cina.
Di balik harga segelas Starbucks di Cina
CCTV juga mengklaim margin keuntungan Starbucks di Cina terlalu tinggi, dengan margin di Cina dan wilayah Asia Pasifik mencapai 32%. Ini lebih tinggi dari margin 21,1% di AS dan 1,9% di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Starbucks dalam pernyataannya mengatakan perusahaan “memahami kekhawatiran yang dilaporkan media Cina.” Menurut Starbucks, angka yang dikutip CCTV bukan hanya berasal dari gerai-gerai Starbucks di Cina, namun juga dari negara Asia Pasifik lainnya. Starbucks sendiri tidak menjabarkan informasi finansial per negara.
Dalam pernyataannya, Starbucks mengatakan harga produknya bervariasi di setiap negara tergantung pada beberapa faktor seperti investasi infrastruktur, upah pegawai, harga komoditas, dan real estate.
Selain mengutip media setempat dan pengamat dari Cina, CCTV juga mengutip sebuah artikel The Wall Street Journal September lalu soal harga-harga produk di Cina, salah satunya kopi Starbucks.
Kepada WSJ saat itu, seorang humas Starbucks mengatakan kegemaran pelanggan di Cina atas toko besar dengan jumlah tempat duduk yang banyak telah berpengaruh pada pengeluaran perusahaan untuk properti. Ongkos ini berdampak langsung pada harga kopinya. “Bagi banyak konsumen di Cina, gerai-gerai kami adalah tujuan sosial tempat mereka kerap duduk-duduk, menikmati minuman dan makanan favoritnya bersama teman dan keluarga,” ujarnya.
Harga produk sejak dulu menjadi topik sensitif di Cina. Pertumbuhan yang pesat dalam 10 tahun terakhir memicu lonjakan inflasi yang terkadang berujung pada protes dan gejolak sosial.
(ic/ic/bl-wsj)