(Business Lounge – News) Semua mata masyarakat Indonesia sedang menantikan Indonesia Baru yang akan dijelang bersama dengan Jokowi-JK, presiden dan wakil presiden terpilih untuk 2014 – 2019. Semua berharap adanya perubahan yang lebih baik untuk masa depan yang lebih baik bagi Bangsa Indonesia. Sebuah perubahan yang besar dan menyeluruh bagi semua bangsa dapat diidentikkan dengan sebuah revolusi. Demikianlah Jokowi-JK mengusung sebuah revolusi di dalam revolusi mental yang telah diletakkan mereka sebagai pondasi untuk menuju Indonesia Baru.
Merealisasikan Revolusi Mental
Slogan revolusi mental tidak bisa tinggal slogan. Sebuah penjabaran harus diberikan untuk mendefinisikan apa itu revolusi mental dan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikannya. Tidak hanya itu, diperlukan rumusan detail dalam bentuk indikator-indikator yang jelas dan mendarat agar dapat menjadi kenyataan.
Namun ada yang menarik seperti yang diungkapkan oleh Fajar Ari Dewanto selaku Direktur Lembaga Pengembangan Manajemen dan Investasi Daerah (Lepmida), bahwa indikator yang paling penting untuk dimiliki dalam merealisasikan revolusi mental, adalah adanya agent of change dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya untuk menjadi penggerak roda perubahan mental di seluruh lapisan masyarakat.
Para agent of change
Beberapa contoh mereka yang dapat disebut sebagai agent of change, sebut saja dr. Lie A. Dharmawan, seorang dokter dengan 4 jenis spesialisasi dokter dari universitas di Jerman, yang membuat rumah sakit di atas kapal oleh karena sebuah pengalaman mengobati seorang anak yang terkena hernia di pelosok Maluku. Kemudian ia bermimpi membangun rumah sakit apung yang membuatnya diberikan predikat sebagai “dokter gila”. Tetapi pada Maret 2013, Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan pun mulai melakukan pelayaran medis ke berbagai daerah pesisir di Indonesia mulai dari Kepuluan Seribu, Ketapang, Bangka, Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, hingga Pulau Kei di Maluku. Ada 1.630 pasien umum yang ditanganinya, 60 bedah mayor dan 117 bedah minor juga telah dilakukannya dengan berhasil di atas RSA yang memiliki fasilitas selayaknya rumah sakit di darat ini. Semua pengobatan yang dilakukan di atas RSA dr. Lie Dharmawan ini tidak dipungut biaya alias GRATIS. Dr. Lie dengan rasa nasionalismenya yang tinggi telah menghantarnya menjadi agent of change di tanah airnya setelah 18 tahun tinggal di Jerman.
Agent of Change lain seperti contoh yang diberikan oleh Fajar Ari Dewanto adalah Prof Yohanes Surya, seorang fisikawan yang berjuang untuk mengentaskan anak Papua yang sering dianggap terbelakang. Dengan visinya tersebut Yohanes berhasil menghantarkan anak Papua menjadi juara Olimpiade Fisika. Yohanes Surya kemudian mendorong pemda Papua untuk memiliki visi ke depan dengan program 1.000 doktor dari putra daerah Papua. Yohanes juga mendirikan sekolah guru, yang diikuti ribuan calon guru Papua dan sekarang diikuti provinsi lain, karena untuk Yohanes keterbelakangan terjadi karena guru yang salah mengajar. Yohanes telah membawa perubahan besar bagi bangsa Indonesia, ia pun tidak berhenti berkreasi, melalui Surya University yang didirikannya ia bercita-cita mencetak banyak doktor dibawah usia 20 tahun.
Indonesia Membutuhkan Para Agent of Change
Indonesia menantikan agent of change yang akan hadir menggerakkan roda perubahan secara menyeluruh. Mereka yang mau menjadi agent of change pastilah orang-orang yang memiliki visi dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga ia pun akan menerapkan disiplin yang tinggi, ketekunan dan seorang pekerja keras yang berkeyakinan kuat bahwa perubahan yang akan ia capai itu bisa terjadi. Tidak akan ada perubahan tanpa sebuah ketekunan.
Kerja keras dan berani membuat perubahan adalah ciri khas dari seorang agent of change, ini dapat menjadi benang merah yang menghubungkan para penggerak perubahan. Siapakah lagi para agent of change ini? Inilah yang harus didaftarkan dari seluruh lapisan masyarakat yang ada, serta dibangkitkan. Pasti banyak orang sudah memiliki lebih dari satu agent of change yang bisa dijagokan untuk menjadi pemimpin revolusi mental di kelompoknya. Juga masih banyak mereka yang dapat menjadi agent of change bagi kelompoknya.
(back to Jokowi : Re-Think Indonesian Leadership)
Ruth Berliana/Managing Partner Human Capital Development/VMN/BL