(Business Lounge – Empower People) Mari kita bayangkan suatu kondisi ketika Anda menjadi salah satu anggota team Basarnas (Badan SAR Nasional). Team yang sedang menjalankan fungsinya dalam suatu medan tugas untuk mencari seorang wisatawan yang hanyut di derasnya sungai Cisadane, Jawa Barat. Anda ikut dalam Helikopter untuk melakukan penyisiran alur sungai dari ketinggian. Sementara itu ada team penyelamat lainnya yang turut dalam usahan pencarian dengan menggunakan sekoci dengan mengikuti aliran arus sungai. Tim yang berada di helikopter tentu memiliki sudut pandang yang berbeda, mungkin ada yang melihat pada sisi kiri sungai dan Anda memperhatikan di sisi kanan sungai. Atau ada yang melihat skala yang lebih luas menjauh dari aliran sungai. Jadi kita lihat disini tiap orang di dalam tim tersebut akan memiliki sudut pandang atau perspektif yang yang berbeda. Sementara tim yang menyusuri aliran sungai, memiliki perspektif yang lebih berbeda lagi, karena bisa langsung melihat kondisi yang lebih detil. Jika demikian Anda dan tim, baik yang ada di Helikopter maupun yang ada di dalam sekoci, memerlukan komunikasi yang intensif. Pertukaran informasi diperlukan untuk dapak maksimal dalam mencapai tujuan yaitu penyelamatan korban.
Pentingnya Komunikasi Yang Efektif
Kasus di atas hanya sebagai salah satu contoh dari berbagai kondisi atau situasi dimana Anda perlu melakukan komunikasi intensif demi menyamakan perbedaan persepsi yang seringkali timbul. Bagaimana menyamakan persepsi maka disini perlu dilakukan melalui komunikasi yang intensif.
Lalu apa hubungannya dengan suatu organisasi bisnis, apa yang bisa dianalogikan. Tentu tidak sulit bagi Anda untuk kemudian membayangkan hal ini terjadi dalam suatu organisasi bisnis. Andakan orang-orang yang terlibat dalam misi penyelematan tersebut bekerja dalam satu perusahaan. Sehingga masing-masing orang dalam misi penyelamatan tersebut mewakili masing-masing divisi atau departemen dalam sebuat perusahaan.Ada banyak bagian atau departemen suatu perusahaan bisnis, misalnya divisi marketing, kemudian dari finance, legal, marcomm, IT dan lain sebagainya. Perusahaan yang Anda pimpin tentu memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dalam suatu dinamiki bisnis, interaksi antar bagian tidak mungkin berjalan tanpa adanya komunikasi. Perbedaan persepsi, perbedaan pendekatan sangat wajar terjadi misalnya dalam hal bagaimana memenuhi tuntutan kepuasan pelanggan sehingga tercapai kepuasan nasabah yang maksimal. Lalu bagaimana untuk menyamakan sebuah persepsi untuk menyamakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua bagian/divisi dalam sebuah perusahaan? Karena dalam sebuah bisnis, tentu saja tercapainya kepuasan pelanggan akan menjamin keberlangsungan bisnis baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian Dinamika bisnis perlu terus didorong demi pertumbuhan bisnis.
Pentingnya Visi dan Misi
Sebelum lebih jauh membicarakan tujuan bersama yang hendak dicapai, maka perlu diketahui pentingnya memiliki kejelasan visi dan misi. Visi dan Misi harus menjadi landasan yang kuat untuk menjalankan kegiatan bisnis. Untuk itu dengan visi dan misi yang kuat kita dapat mengembangkannya menjadi kegiatan bisnis dengan mengelaborasi nilai-nilai perusahaan. Untuk selanjutnya nilai-nilai perusahaan perlu dibuat interpretasi kedalam tindakan-tindakan bisni yang akan dilakukan. Kegiatan bisnis ini berhubungan untuk mencapai sasaran-sasaran bisnis yang sudah ditetapkan. Dengan demikian penting untuk menjadikan visi dan misi serta nilai-nilai perusahaan yang dimiliki dapat disosialisasikan kepada segenap jajaran karyawan perusahaan. Hal ini harus menjadi landasan bekerja bagi setiap karyawan.
Namun seringkali pernyataan visi yang dibuat justru berkesan abstrak dan jauh dari nilai-nilai yang dapat dilaksanakan dalam aktiftas bisnis sehari-hari. Mungkin hal ini sebagai suatu yang wajar terjadi di perusahaan Anda atau kurang mendapatkan perhatian. Setiap bagian atau divisi berjalan sendiri-sendiri, sehingga berakibat tiap-tiap karyawan tidak merasakan perlunya suatu sinergi. Sementara itu terjadi juga kondisi dimana karyawan yang masih baru atau karyawan yang kurang menjalani nilai-nilai perusahaan cenderung tidak mau atau kurang memiliki sikap yang terbuka memberikan informasi. Lebih jauh lagi ternyata dalam lingkungan kerja berkembang mentalitas tidak mau disalahkan, bahkan menomorsatukan kepentinga individu atau divisinya.
Sinergi Sebagai Nilai Positif Perusahaan
Untuk mengantisipasi hal ini, salah satu nilai perusahaan yang sangat penting dikembangkan adalah “Sinergi”. Salah satu definisi penting untuk menghidupkan nilia sinergi adalah bagaimana menjadikan perbedaan sebagai suatu kekuatan bersama untuk mencapai hasil yang terbaik.
Dalam sebuah organisasi, kerugian signifikan akan dialami ketika antarbagian tidak merasa sebagai mitra yang setara dan butuh saling mendukung. Jika dibiarkan, maka pertumbuhan perusahaan tidak akan terjadi karena sulit mengambil keputusan yang tepat akibat terjadinya penolakan terus-menerus antara satu pihak (atau bagian) dengan pihak lainnya.
Sebuah kelompok kerja (bisa divisi ataupun tim) terbaik hanya bisa mencapai puncak prestasinya apabila setiap anggota kelompoknya memahami bahwa mereka semua melangkah menuju tujuan yang sama, dan dalam upaya untuk mencapai sasaran bersama. Masing-masing mereka juga perlu dan harus mengerti peran serta kontribusinya bagi keberhasilan kelompok.
Dalam tim yang bersinergi, semua anggota tim berkontribusi sehingga biasanya ketika ada satu ide brilian yang bisa diimplementasikan dengan baik, anggota-anggota tim tidak lagi memperdebatkan siapa yang paling berjasa dengan mencetuskan ide tersebut. Mengapa demikian? Karena pada akhirnya, ide brilian tersebut sudah diolah secara bersama-sama menjadi rencana kongkrit, dan pada akhirnya menjadi tindakan nyata. Semua orang berkontribusi, dan setiap anggota mengetahuinya.
Dalam pelatihan tim, perlu ditekankan bahwa sinergi harus dicapai melalui kontribusi dari setiap orang yang menjadi anggota dari sebuah tim, dan setiap tim yang membentuk satu divisi, serta setiap divisi yang membentuk satu institusi yang sama.
Bangunlah situasi kondusif yang mendukung terciptanya sinergi. Salah satunya adalah dengan menciptakan diskusi positif. Namun bukan berarti kita tidak bisa mengingatkan kepada sesama anggota tim agar perbedaan pendapat bukanlah hal yang terlarang. Kita tentu harus selalu mendapatkan informasi dari pihak lain sebelum bisa mengambil keputusan.
Perbedaan perlu diterima sebagai masukan dan kekuatan, bisa juga sebagai kritik. Dengan demikian, kita menjadi semakin mawas diri mengenai perbedaan-perbedaan yang dapat memicu terjadinya ketidakharmonisan dalam tim. Sama seperti hubungan interpersonal di antara dua orang, sinergi pun perlu dilihat sebagai sesuatu yang harus dijaga terus.
P. Adi/Contributor/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana