(Business Lounge – Global News) PepsiCo menunjuk seorang eksekutif senior dari Walmart untuk menduduki posisi Chief Financial Officer (CFO) baru, langkah yang menandai upaya perusahaan minuman dan makanan ringan raksasa itu memperkuat tim keuangannya di tengah perlambatan pertumbuhan penjualan soda dan camilan globalnya. Penunjukan ini dilakukan bersamaan dengan laporan keuangan kuartal fiskal ketiga yang menunjukkan pendapatan meningkat, namun laba bersih menurun akibat penurunan volume penjualan.
Menurut laporan The Wall Street Journal dan Reuters, PepsiCo mengumumkan bahwa mantan eksekutif Walmart tersebut akan mengambil alih posisi CFO dari Hugh Johnston, yang telah lama menjadi salah satu arsitek keuangan paling berpengaruh dalam sejarah perusahaan. Johnston sebelumnya dikenal luas di pasar keuangan karena berhasil menjaga profitabilitas PepsiCo melalui strategi diversifikasi dan efisiensi biaya.
Langkah perekrutan dari Walmart dianggap sebagai sinyal bahwa PepsiCo ingin memperkuat disiplin keuangannya sembari mempercepat transformasi bisnis di tengah tantangan yang meningkat di sektor minuman ringan dan makanan kemasan. Sumber internal yang dikutip Bloomberg menyebutkan bahwa eksekutif baru tersebut memiliki rekam jejak kuat dalam mengelola rantai pasok global dan strategi harga, dua area yang kini menjadi fokus utama PepsiCo.
Dalam laporan kuartal fiskal ketiga, PepsiCo mencatat kenaikan pendapatan berkat harga jual yang lebih tinggi di hampir semua kategori produk. Namun, laba bersih turun karena volume penjualan global mengalami kontraksi, khususnya di segmen minuman ringan seperti Pepsi, Mountain Dew, dan Gatorade. Tekanan juga terlihat pada unit camilan Lay’s dan Doritos, yang menghadapi penurunan permintaan di Amerika Utara seiring dengan meningkatnya preferensi konsumen terhadap camilan alami dan rendah sodium.
CEO Ramon Laguarta mengatakan dalam pernyataannya bahwa perusahaan saat ini tengah memasuki fase penting untuk “menyeimbangkan pertumbuhan jangka pendek dengan investasi jangka panjang.” Ia menekankan bahwa CFO baru akan memainkan peran krusial dalam memperkuat arus kas dan membangun fondasi keuangan untuk strategi transformasi berikutnya. “Kami menghadapi perubahan signifikan dalam perilaku konsumen global, dan kami perlu memastikan model bisnis kami tetap tangguh dan adaptif,” ujar Laguarta.
Analis menilai pergantian CFO ini mencerminkan kebutuhan PepsiCo akan perspektif segar dalam manajemen modal dan strategi pengendalian biaya. “Perekrutan dari Walmart adalah langkah logis,” tulis CNBC dalam analisisnya. “Walmart memiliki reputasi kuat dalam efisiensi rantai pasok dan optimalisasi biaya operasional, sesuatu yang sangat dibutuhkan PepsiCo saat margin laba semakin ketat.”
Meski demikian, investor tetap menyoroti penurunan volume sebagai tanda bahwa strategi kenaikan harga yang agresif mulai kehilangan daya dorong. Dalam dua tahun terakhir, PepsiCo dan pesaingnya, Coca-Cola, menaikkan harga produk untuk mengimbangi inflasi bahan baku seperti gula, minyak nabati, dan aluminium. Namun, kini banyak konsumen beralih ke merek lokal atau produk generik yang lebih murah.
Data NielsenIQ menunjukkan bahwa volume penjualan minuman ringan PepsiCo turun sekitar 3% secara global, sementara unit makanan ringan turun 2%. Kenaikan harga yang rata-rata mencapai 12% per produk berhasil menahan penurunan pendapatan lebih dalam, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang terhadap loyalitas merek.
Dalam panggilan konferensi dengan investor, manajemen PepsiCo menegaskan bahwa perusahaan akan meninjau kembali strategi harga dan mengembangkan produk baru yang lebih relevan dengan preferensi kesehatan modern. Salah satu fokusnya adalah memperluas lini minuman rendah gula dan camilan berbasis bahan alami, sejalan dengan tren global yang menuntut transparansi dan keberlanjutan.
Selain itu, PepsiCo juga berupaya memperkuat jaringan distribusinya dan meningkatkan efisiensi logistik melalui investasi digital. Perusahaan telah mengimplementasikan sistem prediksi permintaan berbasis kecerdasan buatan di beberapa pasar utama, termasuk Amerika Serikat dan Meksiko. Langkah ini diharapkan dapat menekan biaya distribusi dan mempercepat waktu pengiriman produk ke pengecer besar seperti Walmart, Costco, dan Target.
Sementara itu, pergantian CFO diharapkan membawa pendekatan baru terhadap alokasi modal. Analis dari Morgan Stanley mencatat bahwa eksekutif baru kemungkinan akan fokus pada optimalisasi investasi dalam inovasi produk serta meninjau kembali struktur biaya pemasaran global PepsiCo. “Perusahaan menghadapi tekanan dari dua arah — perlambatan permintaan dan meningkatnya biaya bahan baku,” tulis laporan tersebut. “CFO baru akan memiliki tugas berat untuk menjaga keseimbangan antara ekspansi dan profitabilitas.”
Dalam jangka pendek, PepsiCo menargetkan pemulihan volume pada 2025 dengan mengandalkan kombinasi strategi harga yang lebih fleksibel dan diversifikasi produk. Fokus pada pasar negara berkembang juga menjadi kunci, karena wilayah seperti India dan Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan permintaan yang lebih tinggi untuk produk camilan ringan dan minuman rasa buah.
Meski laba turun, investor tampaknya menyambut positif arah baru perusahaan. Saham PepsiCo naik tipis 1,4% di perdagangan New York setelah pengumuman pergantian CFO, menunjukkan optimisme bahwa langkah ini dapat memperkuat fondasi keuangan perusahaan di tengah ketidakpastian global.
Pergantian CFO bukan sekadar rotasi jabatan bagi PepsiCo. Ini adalah sinyal perubahan budaya korporasi menuju disiplin keuangan yang lebih kuat dan fokus yang lebih tajam pada konsumen. Dengan latar belakang ritel skala besar, sang eksekutif baru diharapkan mampu membawa perspektif operasional yang segar dalam mengelola bisnis bernilai lebih dari 90 miliar dolar AS ini.
PepsiCo kini berada di persimpangan antara mempertahankan warisan merek global dan beradaptasi dengan tren pasar yang cepat berubah. Dengan kombinasi kepemimpinan baru, fokus keuangan yang lebih tajam, dan upaya menghidupkan kembali lini produk andalannya, perusahaan berharap dapat membalikkan arah perlambatan dan kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.

