Menelusuri Jejak Romawi di Kota Pforzheim, Jerman

(Business Lounge Journal – Culture)

Kota kecil Pforzheim di Jerman, yang terletak di wilayah otonom Baden-Württemberg, memiliki sebuah museum arkeologi menarik bernama Archäologisches Museum Pforzheim (Museum Arkeologi Pforzheim).

Museum ini menyajikan bukti sejarah bahwa Pforzheim dulunya merupakan wilayah permukiman Romawi bernama Porta Hercyniae, sekitar 2.000 tahun yang lalu. Berbagai artefak dari masa Celtic dan Romawi dipamerkan dalam kondisi yang sangat baik dan terawat. Uniknya, museum ini terletak di tengah kawasan permukiman warga Pforzheim, bahkan beberapa bagiannya berada di bawah tanah—sesuai dengan lokasi penemuan aslinya pada tahun 1995.

Memasuki museum ini, pengunjung akan merasakan atmosfer menakjubkan dari kejayaan Romawi Kuno. Sisa-sisa peninggalan seperti tempat tinggal, jalan, makam, serta berbagai artefak rumah tangga dari keramik dan logam menyuguhkan gambaran kehidupan masa lampau yang begitu hidup.

Kemegahan budaya Romawi pernah mewarnai Pforzheim yang kala itu bernama Portus.

Beberapa pertanyaan yang kerap muncul di benak para pengunjung antara lain: Seperti apa rupa Portus yang dalam bahasa Latin berarti “pelabuhan”? Dari mana asal para penduduk Romawi yang bermukim di Pforzheim? Bagaimana kehidupan dan pekerjaan mereka kala itu? Apa penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi sekitar tahun 260 Masehi?

Museum ini mengisahkan sejarah Pforzheim sejak abad pertama, ketika bangsa Romawi mendirikan permukiman yang dinamakan Portus atau Forum Tiberii, yang berarti “pelabuhan”. Lokasi permukiman ini berada di pertemuan dua sungai, Enz dan Nagold—sebuah posisi strategis untuk perdagangan dan transportasi.

Berikut adalah kutipan informasi sejarah yang terdapat di dalam museum, ditulis dalam bahasa Jerman:

Pforzheim awalnya didirikan sebagai permukiman kecil di persimpangan Sungai Enz. Bangunan-bangunannya dibuat dari kayu. Penemuan keramik dari sekitar tahun 100 M menjadi saksi dekade pertama sejarah kota ini. Sekitar tahun 245 M, kebakaran besar melanda Portus. Penggalian di kawasan kota saat ini mengungkap lapisan arang yang menunjukkan kebakaran tersebut. Setelahnya, Portus dibangun kembali dengan batu. Sejak tahun 250 M, kota ini dibangun seperti yang dapat kita lihat dalam museum saat ini.

Pada masa Romawi, Portus berkembang pesat di bidang perdagangan dan industri perhiasan emas. Bangsa Romawi membangun infrastruktur kota guna mendukung perekonomian serta memperkuat koneksi dagang dengan bangsa lain seperti bangsa Latin, Yunani, dan Etruska—bangsa yang pernah menguasai Latium sebelum akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Romawi.

Peradaban masyarakat Portus pada masa itu sangat maju. Berbagai peralatan rumah tangga dari keramik berkualitas tinggi dipamerkan dalam keadaan terawat rapi, meskipun berusia sekitar 2.000 tahun.

Keramik memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Romawi. Fungsinya beragam, mulai dari alat memasak, wadah penyimpanan, alat makan dan minum, lampu minyak (lucernae), hingga wadah kosmetik dan elemen dekoratif seperti lantai mozaik Romawi.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa produksi keramik Romawi, selain sebagai kebutuhan rumah tangga, juga mencerminkan status sosial seseorang dalam masyarakat dan perdagangan.

Museum juga memamerkan patung kepala beberapa kaisar Romawi yang pernah berkuasa, di antaranya:

  • Kaisar Domitian – Di bawah pemerintahannya, wilayah sebelah kanan Sungai Rhine berhasil ditaklukkan. Pada tahun 83 Masehi, ia mendirikan provinsi Germania Superior (Jerman Hulu).

  • Kaisar Hadrian (117–138 M) – Di bawah kepemimpinannya dan penerusnya, Antoninus Pius, jalur pertahanan Limes diperluas dan diperkuat hingga ke daerah Ettlingen.

Info Praktis:

Museum Arkeologi Kappelhof, Pforzheim, Jerman
Buka setiap Rabu dan Minggu, pukul 10.00–17.00 waktu setempat.
Tiket masuk: Gratis

Alamat:
Altstädter Straße 26
75175 Pforzheim, Jerman

Kesan Pengunjung:

“Museumnya tersembunyi di bawah tanah, namun sangat menakjubkan!”
“Museumnya kecil, tapi benar-benar mengagumkan.”
“Rasanya seperti kembali ke zaman Romawi Kuno.”

Picts: Nikica Vukadinovic