(Business Lounge – Global News) Salah satu eksekutif paling berpengaruh di lingkar dalam Elon Musk, Omead Afshar, resmi meninggalkan Tesla setelah bertahun-tahun memegang peran strategis dalam penjualan dan operasi manufaktur raksasa otomotif tersebut di Amerika Utara dan Eropa. Kepergian Afshar menandai mundurnya salah satu figur kunci yang selama ini dikenal sebagai “fixer” Musk—orang yang menyelesaikan masalah-masalah kompleks dengan cepat, sekaligus menjembatani visi Musk yang sering tidak konvensional dengan realitas operasional di lapangan.
Afshar telah bekerja dalam berbagai peran lintas perusahaan Musk, dan belakangan ini memimpin sebagian besar aktivitas Tesla di pasar barat. Dia memegang kendali atas penjualan, distribusi kendaraan, dan pengelolaan manufaktur untuk kawasan AS dan Eropa. Menurut The Wall Street Journal, pengunduran dirinya telah dikonfirmasi oleh sejumlah sumber internal Tesla, meskipun tidak diumumkan secara luas oleh perusahaan.
Dikenal sebagai tangan kanan yang dipercaya sepenuhnya oleh Elon Musk, Afshar bukan sekadar manajer operasional. Ia memainkan peran krusial dalam sejumlah proyek Musk yang sensitif, termasuk peluncuran Gigafactory di Texas, perluasan kapasitas produksi di Jerman, serta sejumlah proyek logistik dan rekayasa organisasi yang bersifat rahasia. Ia juga sempat ditugaskan di SpaceX dan mendampingi Musk dalam urusan pribadi, yang membuatnya menjadi sosok yang sangat dekat dengan pusat kekuasaan korporasi Musk.
Menurut sejumlah karyawan saat ini dan mantan eksekutif Tesla yang dikutip oleh Bloomberg, Afshar dikenal memiliki gaya manajemen yang cepat, langsung, dan tidak jarang menabrak hierarki internal perusahaan. Keefisienannya membuatnya menjadi salah satu figur paling efektif di Tesla, tetapi juga sosok yang menimbulkan ketegangan di kalangan manajemen menengah dan staf teknis karena ekspektasi kerjanya yang ekstrem.
Kepergian Afshar terjadi di tengah gelombang perubahan struktural besar-besaran di Tesla. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan menghadapi penurunan volume penjualan global, persaingan yang semakin ketat dari merek-merek kendaraan listrik asal China, serta tekanan investor atas kinerja saham yang stagnan. Musk sendiri disebut semakin banyak mengalihkan fokusnya ke proyek-proyek AI dan robotika, termasuk pengembangan Optimus dan sistem FSD (Full Self Driving) generasi baru.
Belum ada kejelasan resmi mengenai alasan Afshar mundur. Beberapa laporan menyebutkan bahwa ia akan beralih ke peran strategis di luar Tesla, sementara sumber lain menyatakan bahwa keputusan itu datang dari Musk sendiri sebagai bagian dari perampingan lini eksekutif dan konsolidasi kontrol. Afshar sebelumnya juga sempat terseret dalam investigasi internal terkait penggunaan sumber daya Tesla untuk kepentingan pribadi Musk, termasuk pembelian peralatan khusus untuk mansion pribadi sang CEO. Namun tidak ada tuduhan resmi yang mengarah pada pelanggaran hukum.
Di dalam Tesla, kepergian Afshar menciptakan kekosongan di posisi yang sangat operasional dan strategis sekaligus. Ia dikenal sebagai eksekutor proyek-proyek besar yang tidak banyak dibicarakan di depan publik tetapi berdampak besar secara internal. Tanpa kehadirannya, sejumlah tim produksi dan distribusi kemungkinan harus menyesuaikan ulang pola koordinasi langsung dengan kantor pusat atau bahkan dengan Musk sendiri.
Afshar bergabung dengan lingkaran Musk sejak sekitar 2018, dan reputasinya sebagai penyelesai masalah cepat membawanya ke posisi-posisi yang tidak biasa bagi eksekutif selevelnya. Ia kerap muncul di lokasi proyek-proyek penting saat krisis muncul, dari keterlambatan pengiriman hingga ketidakseimbangan kapasitas produksi. Ia juga dikenal sebagai salah satu dari sedikit orang yang dapat langsung melaporkan ke Musk tanpa melalui rantai birokrasi internal.
Perannya di Tesla juga melibatkan kerja sama dengan berbagai entitas eksternal, termasuk pemerintah negara bagian, pemasok besar, dan mitra logistik global. Dalam konteks perluasan Gigafactory Berlin dan pengadaan bahan baku baterai, Afshar memainkan peran negosiator yang vital, memastikan proyek tidak tertunda karena kendala administratif atau diplomatik.
Dari sisi internal, kepergian Afshar dipandang sebagian sebagai peluang bagi restrukturisasi organisasi agar tidak terlalu bergantung pada figur-figur informal yang dekat dengan Musk. Namun tidak sedikit yang khawatir bahwa absennya tokoh sekuat Afshar akan memperlambat pengambilan keputusan dalam proyek yang memerlukan kecepatan dan improvisasi tinggi—dua hal yang selama ini menjadi ciri khas Tesla di bawah Musk.
Perubahan ini juga terjadi dalam iklim perusahaan yang sedang mengalami ketidakpastian arah. Tesla tengah berusaha mendefinisikan ulang dirinya di luar kendaraan listrik, beralih menuju perangkat lunak otonom, robotika, dan bahkan energi terbarukan. Musk sendiri dalam berbagai pernyataan publik telah menyiratkan bahwa masa depan Tesla terletak pada “AI-driven robotics company” dan bukan sekadar “EV manufacturer”.
Dengan latar belakang tersebut, kepergian Afshar bisa ditafsirkan sebagai pergeseran fase perusahaan: dari ekspansi agresif dan improvisasi manajemen ke fase stabilisasi struktur dan fokus pada core innovation. Namun mengingat sifat Tesla yang terus berubah dan terkadang tidak terduga, sulit memastikan apakah ini awal dari keteraturan atau justru pembuka dari fase reorganisasi besar berikutnya.
Bagi banyak pengamat industri otomotif dan teknologi, nama Omead Afshar mungkin tidak setenar Musk atau jajaran eksekutif lain, tetapi kontribusinya tidak bisa disepelekan. Ia adalah bagian dari generasi manajer ultra-loyal yang mendampingi Musk mengeksekusi ambisi besar dengan kecepatan ekstrem. Dan seperti banyak tokoh semacam itu, ia keluar dari panggung tanpa gembar-gembor, tetapi meninggalkan jejak yang sulit digantikan.