Ketika Kolaborasi Tak Sejalan: McDonald’s dan Krispy Kreme Akhiri Kemitraan

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Kemitraan antara dua merek besar Amerika, McDonald’s dan Krispy Kreme, resmi berakhir — bahkan sebelum benar-benar mengakar. Mulai Selasa lalu, Krispy Kreme mengumumkan bahwa produk donatnya tidak lagi akan tersedia di gerai-gerai McDonald’s di seluruh Amerika Serikat.

Kolaborasi yang semula dianggap sebagai langkah strategis untuk memperluas distribusi nasional ternyata tidak berjalan sesuai rencana. CEO Krispy Kreme, Josh Charlesworth, menyatakan bahwa meskipun tim dari kedua perusahaan telah bekerja keras untuk mengembangkan inisiatif ini, pada akhirnya “biaya yang dikeluarkan tidak sejalan dengan permintaan konsumen.”

Dari Optimisme ke Realita

Kemitraan ini diluncurkan pada Maret 2024, dimulai dari sekitar 2.400 lokasi McDonald’s dan direncanakan akan berkembang ke seluruh 13.500 gerai AS hingga akhir 2026. Kabar ini sempat menggairahkan pasar — saham Krispy Kreme melonjak lebih dari 39% pada hari pengumuman, menjadi kenaikan harian terbesar sejak IPO perusahaan pada 2021.

Namun realita bisnis berkata lain. Dalam kuartal pertama tahun ini, Krispy Kreme mencatat kerugian bersih sebesar USD 33 juta. Investasi besar untuk mempercepat kapasitas produksi membebani profitabilitas, dengan kerugian bersih tercatat selama tiga kuartal berturut-turut dalam setahun terakhir.

Perusahaan bahkan menarik proyeksi kinerja tahunan dan menghentikan pembagian dividen kuartalan — sebuah sinyal bahwa tekanan ekonomi dan tingginya biaya membuat model ekspansi ini sulit untuk dipertahankan.

Pelajaran dari Kemitraan yang Tak Berumur Panjang

Dalam keterangan resmi, McDonald’s menyatakan kepuasannya terhadap produk yang dihasilkan Krispy Kreme, tetapi juga memahami bahwa keberlanjutan finansial tetap menjadi syarat utama.

Dari sisi McDonald’s sendiri, donat hanyalah bagian kecil dari portofolio menu sarapan yang lebih luas. Raksasa makanan cepat saji asal Chicago ini menegaskan kembali fokusnya pada strategi sarapan sebagai motor pertumbuhan — dengan menitikberatkan pada value dan convenience untuk pelanggan pagi hari.

Sementara itu, Krispy Kreme mengalihkan fokusnya ke jalur distribusi yang lebih efisien dan menguntungkan: ritel bertrafik tinggi dan jaringan waralaba global yang membutuhkan investasi modal lebih rendah.

Apa yang Bisa Dipetik oleh Pelaku Bisnis?

  1. Sinergi Strategis Bukan Sekadar Kolaborasi Nama Besar
    Tidak semua kemitraan antara dua merek ternama otomatis sukses. Kesesuaian model ekonomi, logistik, dan perilaku pelanggan tetap menjadi fondasi utama.
  2. Uji Coba Pasar Harus Diiringi Uji Ketahanan Finansial
    Perlu kehati-hatian dalam ekspansi agresif — investasi besar tanpa kepastian demand bisa menekan kinerja keuangan dalam waktu singkat.
  3. Fleksibilitas adalah Kunci
    Kemampuan untuk cepat mengevaluasi dan mengubah arah strategi — seperti yang dilakukan Krispy Kreme — menunjukkan pentingnya kelincahan dalam pengambilan keputusan bisnis.
  4. Fokus pada Core Strength
    Krispy Kreme memilih kembali ke jalur ritel dan waralaba sebagai strategi yang lebih selaras dengan model bisnisnya. McDonald’s tetap konsisten dengan kekuatannya di menu sarapan. Ini pengingat bahwa pertumbuhan seringkali bukan tentang diversifikasi ekstrem, tapi tentang memperdalam keunggulan yang sudah ada.

Di balik bubarnya kolaborasi McDonald’s–Krispy Kreme, terdapat pelajaran penting tentang strategi ekspansi, manajemen risiko, dan disiplin finansial yang relevan bagi setiap pelaku bisnis — dari startup hingga korporasi mapan.