Bersepeda Itu Sebuah Seni Menikmati Kehidupan

(Business Lounge Journal – Culture)

Di tengah kebisingan jalan raya kota besar yang penuh dengan kendaraan bermotor yang saling berambisi mengejar waktu, masih tampak dua-tiga orang karyawan kantor yang lebih memilih mengendarai sepeda sport untuk menuju kantornya di daerah tengah kota. Kehadiran jalur khusus pengendara sepeda berwarna hijau itu sangat menolong bagi para penggemar sepeda untuk beraktivitas dengan kendaraan roda dua yang sangat praktis ini. Memang sangat praktis, tidak perlu memutar jalan dengan jarak yang cukup jauh. Para pengendara sepeda juga dapat menuntun kendaraannya melalui jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terdapat di tengah kota.

Salah satu pengendara sepeda itu bercerita, “Rasanya sangat bebas ketika berada di atas sepeda. Menapaki aspal jalan ibu kota dengan hembusan angin yang menerpa wajah menciptakan suatu perasaan percaya diri untuk menghadapi hari, dan ada perasaan berani yang terbit untuk memenangkan setiap tantangan pekerjaan.”

Seorang mahasiswa seni menggambarkan pengalamannya ketika bersepeda, “Rasanya segala sesuatu menjadi lebih rileks dan indah. Hembusan udara yang menerpa tubuh membuat hidup sangat nikmat dan selalu membuka pikiran, memberikan inspirasi baru untuk menulis naskah-naskah baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.”

Bahkan seorang penderita anxiety juga merasakan sensasi yang berbeda ketika mulai mengayuh sepedanya. “Bersepeda itu rasanya seperti terapi. Obat yang manjur bagi pikiran yang sedang dilanda rasa khawatir berlebihan. Ada sensasi perasaan tenang, nikmat, dan segala sesuatu menjadi lebih mudah ketika berada di atas dua roda sepeda yang sedang berputar.”

Apa yang dialami oleh para pengendara sepeda tersebut bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Ketika bersepeda, tubuh kita menghasilkan hormon yang membuat perasaan rileks, senang, dan bahagia, yaitu hormon endorfin, dopamin, dan serotonin. Bersepeda sangat baik untuk menjaga kesehatan mental.

Setiap orang pasti memiliki pengalaman berbeda ketika pertama kali belajar bersepeda. Sudah pasti perasaan pertama adalah rasa takut jatuh karena belum memiliki keseimbangan. Namun, di sinilah letak seni bersepeda: belajar menguasai perasaan takut dan mulai untuk percaya diri, bahwa pasti bisa. Kalau orang lain bisa bersepeda, pasti diri sendiri juga bisa. Duduklah di atas jok sepeda dengan rileks, tangan memegang stang, dan kaki menopang di tanah. Bantuan seorang teman dalam mendorong sepeda dari belakang sangat berarti dalam momen ini. Untuk pertama kali, bisa saja terjadi ketidakseimbangan. Namun, tubuh akan terus mencari keseimbangannya secara alami. Yang penting, jangan takut dan ulangi terus-menerus dengan perasaan senang. Ketika tubuh sudah mendapatkan keseimbangannya, maka dimulailah suatu kehidupan baru—kehidupan yang penuh dengan petualangan, kegembiraan, sekaligus kebahagiaan.

Bersepeda memiliki segudang manfaat kesehatan, di antaranya menyehatkan fungsi jantung. Pada saat bersepeda, jantung kita akan bekerja dengan baik memompa darah ke seluruh tubuh. Kalau kita bersepeda secara rutin, jantung akan menjadi kuat dan sehat. Otomatis, kita terhindar dari berbagai penyakit jantung yang menyengsarakan. Bersepeda juga dinamakan olahraga kardiovaskular. Selain itu, paru-paru kita akan terlatih baik untuk bekerja mengambil oksigen, apalagi saat bersepeda menghadapi tanjakan. Paru-paru turut berolahraga mengambil lebih banyak oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Tubuh bagian bawah sudah pasti berfungsi dengan baik. Dimulai dari kaki, paha, hingga bokong yang bergerak menggerakkan pedal akan menghasilkan otot-otot yang kuat dan sehat. Keseimbangan tubuh tetap terlatih, dan kesehatan prima didapatkan. Bersepeda juga bisa digolongkan sebagai olahraga aerobik.

Bersepeda bukan hanya penting bagi kesehatan fisik dan mental, namun juga penting untuk menjaga lingkungan hidup tetap bersih dan kondusif, karena bersepeda tidak menghasilkan polusi udara maupun suara.