(Business Lounge Journal – Global News)
Dalam langkah signifikan menuju otomatisasi, Yum Brands—perusahaan induk dari Taco Bell, Pizza Hut, KFC, dan Habit Burger & Grill—mengumumkan kemitraan dengan Nvidia untuk memperkenalkan layanan berbasis kecerdasan buatan (AI) di seluruh restorannya. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengubah cara pelanggan memesan makanan dan bagaimana perusahaan mengelola operasionalnya, menandakan pergeseran menuju pengalaman restoran yang berfokus pada digital. Langkah pertama dari kemitraan ini adalah penerapan pemesanan suara berbasis AI di jalur drive-through dan melalui telepon. Dikembangkan menggunakan alat dan kerangka kerja dari Nvidia, teknologi ini akan diperkenalkan di 500 restoran pada kuartal kedua tahun ini. Tujuan jangka panjangnya adalah menghilangkan kebutuhan akan tenaga manusia dalam proses pemesanan dengan mengalihkan seluruh transaksi melalui platform digital. Yum Brands yakin bahwa pergeseran ini akan meningkatkan penjualan dengan memungkinkan upselling serta promosi yang dipersonalisasi melalui interaksi digital. Saat ini, lebih dari 50% pesanan perusahaan sudah berasal dari saluran digital, angka yang telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019. Dengan memanfaatkan AI, Yum berambisi untuk terus meningkatkan angka tersebut.
Penerapan AI di restoran tidak hanya terbatas pada pemesanan. Yum juga tengah mengeksplorasi berbagai aplikasi AI lainnya, termasuk penggunaan computer vision untuk memastikan keakuratan pesanan, analisis sentimen untuk menilai ulasan pelanggan secara daring, serta optimalisasi efisiensi operasional restoran. Peran Nvidia dalam inisiatif ini lebih dari sekadar penyedia perangkat keras. Perusahaan ini juga akan memberikan bimbingan kepada 2.000 teknolog Yum untuk mengembangkan aplikasi berbasis AI yang dapat diintegrasikan secara mulus dengan infrastruktur digital yang telah ada. Kemitraan ini juga mencerminkan pergeseran strategi Yum Brands. Alih-alih mengandalkan vendor pihak ketiga, perusahaan kini memilih untuk mengembangkan teknologi AI secara internal, memungkinkan mereka untuk memiliki hak kekayaan intelektual atas inovasi yang mereka buat. Joe Park, Chief Digital and Technology Officer Yum, menegaskan bahwa kepemilikan atas teknologi menjadi bagian penting dari strategi perusahaan di masa depan.
Meskipun AI semakin mendominasi operasional restoran, Yum Brands menegaskan bahwa pekerja manusia tidak akan sepenuhnya tergantikan. Sebaliknya, mereka akan beralih ke peran yang lebih berfokus pada layanan pelanggan, seperti membantu dalam proses pemesanan dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Dengan begitu, layanan dan keramahtamahan akan tetap menjadi bagian integral dari pengalaman restoran. Transformasi digital ini terjadi di tengah perubahan besar dalam industri restoran cepat saji secara keseluruhan. Banyak pesaing Yum Brands, termasuk McDonald’s, juga mulai bereksperimen dengan AI untuk meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan. Namun, hasilnya masih beragam, dengan beberapa pelanggan yang masih lebih memilih interaksi dengan manusia dibandingkan layanan otomatis. Dalam menghadapi tekanan inflasi dan perubahan kebijakan ekonomi, rantai makanan cepat saji mencari cara untuk meningkatkan efisiensi sambil tetap menjaga kepuasan pelanggan. Pemesanan digital berbasis AI dan peningkatan operasional yang didorong oleh teknologi dapat menjadi keunggulan kompetitif di tengah tantangan ekonomi yang ada. Kemitraan antara Yum Brands dan Nvidia menjadi langkah besar dalam mengintegrasikan AI ke dalam pengalaman restoran cepat saji. Dengan pemesanan berbasis AI, peningkatan operasional, dan penguatan infrastruktur digital, Yum menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam revolusi teknologi industri restoran. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, langkah ini mengisyaratkan masa depan di mana AI memainkan peran yang semakin penting dalam cara orang memesan dan menikmati makanan cepat saji.
Selain itu, Yum Brands juga berencana untuk meningkatkan penggunaan teknologi AI dalam aspek manajemen restoran. Sistem berbasis kecerdasan buatan dapat membantu dalam memantau kualitas makanan, memastikan ketersediaan bahan baku, dan bahkan menganalisis pola konsumsi pelanggan. Data yang diperoleh dari pemesanan digital dapat digunakan untuk memahami preferensi pelanggan secara lebih mendalam, memungkinkan restoran untuk menyesuaikan menu dan strategi pemasaran mereka dengan lebih efektif. Implementasi AI juga memungkinkan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan tenaga kerja. Dengan otomatisasi pemesanan, staf restoran dapat lebih fokus pada aspek lain seperti kebersihan, pelayanan pelanggan, dan pengalaman bersantap secara keseluruhan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi karyawan.
Yum Brands tidak hanya melihat AI sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga sebagai sarana untuk menciptakan pengalaman yang lebih menarik bagi pelanggan. Dengan adanya teknologi seperti pengenalan suara dan interaksi berbasis AI, pelanggan dapat menikmati layanan yang lebih cepat dan lebih personal. Bahkan, AI dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi makanan berdasarkan riwayat pesanan pelanggan sebelumnya, menciptakan pengalaman yang lebih disesuaikan dengan selera masing-masing individu. Peningkatan ini sejalan dengan tren global di industri makanan cepat saji, di mana semakin banyak perusahaan yang beralih ke solusi berbasis teknologi untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin tinggi. Dengan semakin banyaknya pesaing yang mengadopsi teknologi serupa, Yum Brands harus terus berinovasi agar tetap unggul dalam industri ini.
Meskipun ada banyak keuntungan yang ditawarkan oleh AI, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan bahwa teknologi ini dapat berjalan dengan lancar di berbagai lingkungan operasional. Faktor seperti kualitas jaringan internet, kondisi lingkungan restoran, serta kebiasaan pelanggan dapat mempengaruhi efektivitas AI dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, ada juga kekhawatiran mengenai dampak sosial dari otomatisasi. Dengan semakin banyaknya pekerjaan yang dialihkan ke AI, ada potensi pengurangan lapangan kerja di industri makanan cepat saji. Oleh karena itu, perusahaan harus menemukan keseimbangan antara inovasi teknologi dan keberlanjutan sosial.
Untuk mengatasi tantangan ini, Yum Brands berencana untuk terus melakukan uji coba dan pengembangan terhadap sistem AI mereka sebelum diterapkan secara luas. Dengan bekerja sama dengan Nvidia, mereka dapat memastikan bahwa teknologi yang digunakan benar-benar dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan maupun perusahaan. Selain itu, mereka juga akan terus mengevaluasi dampak dari implementasi AI terhadap tenaga kerja dan mencari solusi yang dapat mengakomodasi perubahan ini. Dalam jangka panjang, Yum Brands berharap bahwa AI tidak hanya akan meningkatkan efisiensi operasional mereka, tetapi juga menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan serta membuka peluang baru dalam industri makanan cepat saji. Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, Yum Brands berusaha untuk tetap menjadi pemimpin dalam industri ini dan memberikan layanan terbaik bagi para konsumennya.