Amazon Lanjutkan Pengajuan Green Card di Tengah Kebijakan Tenaga Kerja Era Trump

(Business Lounge Journal – Global news)

Amazon dilaporkan telah memulai kembali proses pengajuan green card bagi pekerja asing, setelah sebelumnya menghentikan program ini selama dua tahun. Kabar tersebut pertama kali diungkap oleh Business Insider, yang mengutip sebuah memo internal dari tahun lalu. Program ini dilanjutkan pada 6 Januari, dengan fokus utama pada penyelesaian pengajuan melalui sistem PERM (Program Electronic Review Management).

Langkah ini dilakukan setelah Amazon menangguhkan pengajuan baru untuk sistem PERM sejak dua tahun lalu. Meskipun perusahaan tidak memberikan alasan jelas terkait keputusan ini, banyak pihak menduga bahwa hal ini merupakan langkah strategis Amazon untuk menghadapi pasar tenaga kerja global yang semakin kompetitif.

Proses PERM: Panjang dan Mahal

Program PERM adalah mekanisme formal di AS yang digunakan oleh pekerja asing untuk mendapatkan green card. Melalui proses ini, perusahaan wajib membuktikan kepada otoritas bahwa mempekerjakan pekerja asing tidak akan mengancam peluang kerja atau menekan upah tenaga kerja lokal. Proses ini terkenal memakan waktu yang panjang, yakni antara dua hingga tiga tahun, serta membutuhkan biaya signifikan yang berkisar antara $2.500 hingga $20.000 untuk setiap kasus.

Bagi Amazon, yang merupakan pemberi kerja terbesar kedua di AS setelah Walmart, proses ini bisa menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan talent global guna memenuhi target pertumbuhan bisnisnya. Walaupun berisiko memicu perdebatan terkait proteksi tenaga kerja dalam negeri, strategi ini mencerminkan fokus Amazon dalam menjaga daya saingnya di industri teknologi.

Pemangkasan Operasional di Kanada

Keputusan Amazon untuk memulai kembali program PERM ini juga bertepatan dengan langkah besar perusahaan dalam merestrukturisasi operasinya di kawasan Amerika Utara, khususnya Kanada. Awal minggu ini, Amazon mengumumkan penutupan tujuh gudang penyimpanan di Quebec. Dampaknya, sekitar 2.000 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kebijakan ini.

Tidak hanya di Kanada, Amazon juga telah memangkas total lebih dari 27.000 posisi sejak akhir 2022 di berbagai departemen. Pada awal bulan ini, perusahaan memberhentikan sekitar 200 karyawan dari divisi Fashion dan Fitness. Keputusan ini menggambarkan langkah perusahaan dalam menyelaraskan struktur organisasi dengan tujuan efisiensi operasional.

Namun demikian, meski terjadi pengurangan besar dalam jumlah pekerja, keputusan untuk melanjutkan pengajuan green card mengindikasikan bahwa Amazon berupaya mendiversifikasi tenaga kerja dengan merekrut talenta terbaik dari pasar global. Langkah ini diyakini penting untuk mendukung ambisi pertumbuhan jangka panjang perusahaan di sektor teknologi dan perdagangan elektronik.

Pengaruh Kebijakan Era Trump terhadap Perekrutan Talent Global

Keputusan Amazon ini juga memiliki hubungan erat dengan salah satu kebijakan yang diajukan oleh mantan Presiden Donald Trump. Dalam kampanye pemilihannya, Trump pernah berjanji untuk memberikan green card kepada semua mahasiswa asing yang lulus dari perguruan tinggi di AS. Janji tersebut bertujuan untuk mempertahankan para lulusan internasional berbakat agar mereka tetap bekerja di AS daripada kembali ke negara asal mereka.

Bagi Amazon, kebijakan ini tentu menjadi peluang untuk memperluas basis talent global mereka, khususnya di bidang teknologi dan inovasi. Kombinasi antara lulusan asing berbakat dan investasi dalam rekrutmen tenaga kerja global dapat memberikan keuntungan besar bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar yang terus berkembang.

Dorongan untuk Kembali ke Kantor

Di sisi lain, keputusan Amazon untuk kembali mengaktifkan pengajuan green card terjadi di tengah tantangan besar terkait kebijakan perusahaan untuk mengembalikan pekerjanya ke kantor (return-to-office atau RTO). Kebijakan ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan kolaborasi di lingkungan kerja. Amazon telah mewajibkan karyawan untuk kembali bekerja di kantor selama lima hari dalam seminggu mulai 2 Januari 2025.

Namun, rencana ini tidak lepas dari kendala. Beberapa lokasi kantor Amazon dilaporkan belum siap untuk menampung seluruh karyawan yang kembali. Selain itu, perusahaan telah memperingatkan bahwa kegagalan mematuhi kebijakan RTO dapat berujung pada pemecatan, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan tenaga kerjanya.

Pandangan Masa Depan

Langkah Amazon untuk melanjutkan pengajuan green card di tengah berbagai tantangan internal dan eksternal menegaskan ambisi besar perusahaan dalam mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri teknologi global. Kebijakan ini bukan hanya menggambarkan strategi rekrutmen tenaga kerja global, tetapi juga menunjukkan adaptasi Amazon terhadap dinamika pasar kerja yang terus berubah.

Walaupun Amazon menghadapi kritik atas pemangkasan tenaga kerja dan kebijakan RTO yang kontroversial, inisiatif untuk menarik talent dari pasar internasional menunjukkan bahwa perusahaan tetap berfokus pada tujuan jangka panjangnya.