(Business Lounge Journal – Medicine)
Industri kesehatan sedang mengalami banyak perubahan dan perkembangan, khususnya setelah pandemi. Memasuki 2025, memahami tren dan prediksi di bidang kesehatan dapat membantu untuk mengantisipasi perubahan dan tantangan yang akan datang, mengidentifikasi peluang dan inovasi yang muncul serta menyiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi 2025.
Kilas Balik
Mari kita melihat terlebih dahulu kilas balik sistem kesehatan dan kinerja pemerintah di bidang kesehatan pada tahun 2024. Pemerintah Indonesia memang terus berupaya agar kesehatan menjadi sesuatu yang tidak sulit diakses oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPOS maka persentase penduduk miskin (9,03%) di Maret 2024 dan memperkirakan kelas ekonomi menengah-bawah (30-40%), maka diperkirakan sekitar 40-50% penduduk Indonesia tergolong tidak mampu atau berada di kelas ekonomi menengah-bawah yang lebih sulit mengakses layanan kesehatan.
Melihat tahun 2024 yang telah berjalan, beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah secara internal antara lain adalah:
- Kebijakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan, seperti perluasan cakupan BPJS Kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
- Pengembangan infrastruktur kesehatan, seperti rumah sakit dan puskesmas, serta meningkatkan penggunaan teknologi digital.
- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
- Pengendalian Penyakit-penyakit menular dan tidak menular melalui vaksinasi, pengobatan, dan pencegahan.
- Kampanye kesadaran Masyarakat sebagai paya promosi tentang kesehatan dan pencegahan penyakit.
Secara eksternal, penggunaan teknologi digital, AI, dan IoT dalam layanan kesehatan meningkat.
Kerjasama global dan internasional untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan mengatasi tantangan global juga telah dilakukan. Walau terjadi perubahan demografi dan epidemiologi, yang mengubah komposisi penduduk dan pola penyakit serta perubahan iklim, namun sampai saat ini masih dapat teratasi dengan melibatkan sektor swasta dan masyarakat.
Tantangan yang Dihadapi Indonesia
Selama tahun 2024, kondisi kesehatan Indonesia tetap menghadapi tantangan yang sama dengan yang dihadapi pada tahun-tahun sebelumnya. Mari kita lihat tantangan tersebut satu demi satu yang antara lain adalah:
- Stunting dan Gizi Buruk: Masalah gizi yang mempengaruhi pertumbuhan anak.
Data resmi kasus stunting dan gizi buruk tahun 2024 belum dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau Kementerian Kesehatan. Namun, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Indonesia mencapai 21,6%, menurun dari 24,4% pada tahun 2021 ¹ ².
Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 ¹. SSGI 2024 dilaksanakan untuk mengukur status gizi balita, termasuk prevalensi stunting, wasting, underweight, dan overweight ³. Target penurunan angka stunting di Indonesia pada tahun 2025 adalah di bawah 14 persen. Target ini merupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting 2025-2029. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 24,4 persen. Pemerintah menargetkan penurunan sebesar 2,7 persen per tahun ¹ ² ³.
- Penyakit Tidak Menular: Diabetes, jantung, dan kanker yang masih merupakan tiga penyakit mematikan di Indonesia.
- Pada tahun 2021, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 19.465.102 kasus, dengan prevalensi sebesar 10,8% dari total populasi dewasa yang berjumlah 179.720.500 jiwa. Sayangnya, data tahun 2024 belum tersedia ¹ ².
Namun, berdasarkan proyeksi International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 23.328.000 kasus pada tahun 2030 dan 28.569.900 kasus pada tahun 2045 ¹.
- Data tentang jumlah penderita sakit jantung di Indonesia tahun 2024 belum tersedia. Namun, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah penderita sakit jantung di Indonesia berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut:
- Kelompok usia 25-34 tahun: 140.206 orang
- Kelompok usia 15-24 tahun: 139.891 orang
- Kelompok usia 35-44 tahun: 131.595 orang
- Kelompok usia 45-54 tahun: 113.367 orang
- Kelompok usia 55-64 tahun: 81.723 orang
- Kelompok usia 65-74 tahun: 44.881 orang
- Kelompok usia 75 tahun ke atas: 16.632 orang ¹
- Pada tahun 2024, jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 408.000 kasus, dengan 242.000 kasus kematian akibat kanker. Sementara itu, data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 20 juta kasus kanker baru tercatat di seluruh dunia, dengan 9,7 juta kasus kematian akibat kanker.
Jenis kanker yang paling banyak diderita di Indonesia adalah:
- Kanker payudara, dengan 66.200 kasus atau 16,2% dari total kasus kanker di Indonesia.
- Kanker paru-paru, dengan 38.900 kasus atau 9,5% dari total kasus.
- Kanker saluran rahim atau serviks, dengan 36.000 kasus atau 9% dari total kasus.
- Kanker usus besar, dengan 35.600 kasus atau 8,7% dari total kasus.
- Kanker hati, dengan 23.800 kasus atau 5,8% dari total kasus ¹ ².
3. Penyakit Menular: HIV, TB, dan malaria.
Pada tahun 2023, jumlah penderita HIV di Indonesia diperkirakan sebesar 515.455 orang. Ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun 2022 yang berjumlah 526.841 orang. Sementara itu, kasus baru AIDS di tahun 2023 mencapai 16.410 kasus. Belum ada data resmi untuk tahun 2024. Untuk informasi terkini, Anda dapat mengunjungi situs resmi Kementerian Kesehatan atau UNAIDS ¹ ².
- Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia. Pada tahun 2022, Indonesia berada di posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India. Jumlah kasus TBC di Indonesia diperkirakan mencapai 1.060.000 kasus per tahun, dengan 134.000 kematian akibat TBC, yang berarti 17 orang meninggal akibat TBC setiap jamnya ¹.
Sayangnya, data tahun 2024 belum tersedia. Namun, berdasarkan data Global TB Report 2023, TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia, dengan lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit TBC setiap tahunnya. Tanpa pengobatan, angka kematian akibat penyakit TBC tinggi (sekitar 50%). Secara global pada tahun 2022, TBC menyebabkan sekitar 1,30 juta kematian ¹.
- Pada tahun 2024, jumlah kasus malaria di Indonesia diperkirakan mencapai 443.530 kasus, dengan 89% kasus positif malaria dilaporkan dari Provinsi Papua ¹. Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus malaria tertinggi di dunia, menempati urutan kedua di Asia setelah India, dengan 1,1 juta kasus pada tahun 2023 ² ³. Provinsi dengan kasus malaria tertinggi adalah Papua, Papua Tengah, dan Papua Selatan, yang menyumbang 86% dari total kasus malaria di Indonesia ² ³.Hingga tahun 2024, sebanyak 398 kabupaten/kota telah menerima sertifikat eliminasi malaria, yang berarti mereka telah berhasil mengendalikan penyakit ini ⁴. Pemerintah menargetkan Indonesia bebas malaria pada tahun 2030 ⁴.
4. Penyakit Mental yang Semakin Bertambah
Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2024, beberapa informasi mengenai kesehatan mental di Indonesia adalah sebagai berikut:
- Prevalensi Gangguan Mental Pascapemilu: Setelah pemilu 2024, prevalensi gangguan kecemasan di Indonesia meningkat menjadi 16%, dan depresi menjadi 17,1%. Ini adalah data yang dihimpun oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.
- Masalah Kesehatan Mental yang Dikhawatirkan: Survei Asia Care Survey 2024 menunjukkan bahwa stres atau burnout menempati urutan pertama sebagai masalah kesehatan mental yang dikhawatirkan oleh masyarakat Indonesia, diikuti oleh gangguan tidur, kecemasan, dan gangguan kognitif.
- Masalah Kesehatan Mental di Kalangan Remaja: Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) menyebutkan bahwa 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
- Peningkatan Kasus Bunuh Diri: Pada tahun 2024, tema Hari Kesehatan Mental Sedunia menyoroti pentingnya kesehatan mental di tempat kerja, dengan penekanan pada stres dan kondisi kerja.
- Data dari X: Beberapa pengguna X menyebutkan bahwa menurut Menteri Kesehatan saat itu, Budi Gunadi Sadikin, sekitar 32 juta masyarakat Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Juga disebutkan bahwa 1 dari 10 orang Indonesia mengalami gangguan jiwa, dengan 60% dari kasus ini terjadi akibat tekanan lingkungan sosial.
5. Keterbatasan Akses ke Layanan Kesehatan: Keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan, di daerah-daerah terpencil dengan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
6. Kualitas Pelayanan Kesehatan: Kualitas pelayanan yang belum memadai.
Bersambung ke bagian 2
Sumber:
- Kementerian Kesehatan RI: Profil Kesehatan Indonesia 2023
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
- Badan PBB untuk Kesehatan (UNICEF)
- Laporan Kesehatan Global
- Juknis ILP di Puskesmas terbaru tahun 2024