Satelit Kayu: Alternatif Ramah Lingkungan untuk Luar Angkasa?

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Dunia luar angkasa memiliki masalah besar terkait keberlanjutan. Satelit yang kebanyakan terbuat dari aluminium, ketika mati dan jatuh kembali ke Bumi, akan terbakar dan menghasilkan bahan kimia berbahaya yang disebut aluminium oksida. Zat ini dapat merusak lapisan ozon. Parahnya lagi, semakin banyak satelit yang diluncurkan ke orbit.

Namun, apakah kayu bisa menjadi solusinya? Sebuah satelit mungil asal Jepang bernama LignoSat baru saja tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada hari Selasa untuk menguji konsep tersebut. Menurut Space.com, satelit ini berbentuk kotak kecil dengan sisi berukuran 10 cm dan seluruhnya terbuat dari kayu. LignoSat akan menjalankan uji coba untuk melihat kemampuan kayu bertahan di luar angkasa.

“Mungkin beberapa orang menganggap kayu di luar angkasa terdengar tidak masuk akal,” kata Meghan Everett, Wakil Kepala Ilmuwan NASA untuk program ISS. “Namun, para peneliti berharap penelitian ini dapat menunjukkan bahwa satelit kayu bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan menghasilkan polusi lebih sedikit dibandingkan satelit konvensional.”

Pengembangan LignoSat melibatkan peneliti dari Universitas Kyoto bersama dengan perusahaan pembangunan rumah, demikian yang dilaporkan Reuters.

“Dengan kayu, bahan yang bisa kita produksi sendiri, kita bisa membangun rumah, tinggal, dan bekerja di luar angkasa selamanya,” ungkap Takao Doi, seorang astronot yang kini mendalami aktivitas manusia di luar angkasa di Universitas Kyoto, kepada Reuters. Tim Doi bahkan memiliki mimpi untuk menanam pohon di Mars dan menggunakannya sebagai bahan bangunan. Doi melihat adanya kemungkinan pelarangan penggunaan satelit logam di masa depan.

Profesor ilmu kehutanan Universitas Kyoto, Koji Murata, mengingatkan Reuters bahwa pesawat terbang awal pada tahun 1900-an juga terbuat dari kayu.

“Seharusnya satelit kayu juga bisa diterapkan,” kata Murata. Ia menambahkan bahwa kayu justru bisa lebih awet di luar angkasa karena tidak adanya oksigen dan air.

LignoSat dijadwalkan mengorbit Bumi selama enam bulan, demikian yang dilaporkan Reuters.

LignoSat: Pionir Satelit Kayu

LignoSat yang adalah sebuah satelit eksperimental yang seluruh bodinya terbuat dari kayu dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mengumpulkan data tentang kondisi di luar angkasa, seperti suhu, radiasi, dan perubahan bentuk kayu akibat paparan lingkungan luar angkasa. Data-data ini akan sangat berharga untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan satelit kayu di masa depan.

LignoSat diharapkan akan membuka jalan bagi penelitian baru tentang penggunaan bahan alami di luar angkasa. Data yang diperoleh dari satelit ini akan sangat berguna untuk memahami perilaku kayu dalam kondisi ekstrem. Jika penelitian ini berhasil, maka para ahli akan mengembangkan teknologi baru untuk membuat satelit yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, penggunaan kayu bisa membuka peluang baru untuk eksplorasi luar angkasa, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur di luar Bumi.

Meskipun LignoSat merupakan langkah maju yang signifikan, masih banyak tantangan yang harus diatasi dalam pengembangan satelit kayu, misalnya: Kayu harus mampu menahan suhu yang sangat dingin di luar angkasa, serta panas yang dihasilkan saat memasuki atmosfer Bumi. Selain itu radiasi kosmik juga dapat merusak struktur kayu dari waktu ke waktu. Karena itu perlu dikembangkan teknologi peluncuran yang khusus untuk satelit kayu agar tidak mengalami kerusakan selama proses peluncuran.

LignoSat adalah bukti bahwa inovasi dalam bidang teknologi luar angkasa terus berkembang. Dengan memanfaatkan bahan alami seperti kayu, kita bisa membuka jalan menuju masa depan eksplorasi luar angkasa yang lebih berkelanjutan. Meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi, proyek ini memberikan harapan bahwa kita bisa membangun masa depan yang lebih baik di luar Bumi.