(Business Lounge Journal – Medicine)
Dalam lima tahun terakhir, terdapat peningkatan kasus penyakit difteri di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, tren ini dapat bervariasi di setiap negara. Tahun 2018 menjadi tahun merebaknya difteri di Indonesia dan masyarakat diminta agar melakukan vaksin difteri kembali. Namun demikian sampai hari ini kasus difteri tetap ada dan perlu diwaspadai, khususnya bagi anak-anak dibawah lima tahun dan orangtua usia 60 tahun ke atas.
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Penyakit ini biasanya menyerang sistem pernapasan dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati. Difteri dapat menyebar melalui udara saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin atau melalui kontak langsung dengan benda atau luka yang terkontaminasi oleh bakteri difteri.
Gejala umum difteri termasuk demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening leher, kelelahan, dan pembentukan plak berwarna abu-abu di tenggorokan dan amandel. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2-5 hari.
Diagnosis difteri biasanya dilakukan dengan mengambil sampel dari plak yang terbentuk di tenggorokan atau amandel. Plak ini seperti selaput berwarna putih. Sampel tersebut kemudian diperiksa dengan dilakukan kultur di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan bakteri difteri.
Toksin difteri adalah senyawa yang diproduksi oleh bakteri difteri dan merupakan salah satu penyebab kerusakan jaringan pada penyakit ini. Toksin difteri dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan jantung, gagal napas, dan syok. Hal ini yang menyebabkan difteri dapat mengakibatkan kematian.
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat difteri meliputi gagal napas, gagal jantung, kerusakan saraf, infeksi sekunder, dan gangguan pada sistem pernapasan. Penting untuk memonitor saturasi O2 pada pasien.
Tujuan pemberian serum difteri adalah untuk memberikan perlindungan jangka pendek bagi individu yang terpapar bakteri difteri dan belum mendapat imunitas yang cukup. Serum difteri mengandung antibodi yang dapat melawan efek toksin difteri pada tubuh.
Vaksin untuk difteri tersedia dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lainnya, seperti :
1. DT (difteri-tetanus)
2. DTaP (difteri-tetanus-pertusis).
Vaksin difteri diberikan melalui suntikan intramuskular pada paha atau lengan. Untuk bayi dan anak-anak, vaksin difteri biasanya diberikan dalam beberapa dosis pada jadwal yang ditentukan oleh program imunisasi nasional. Vaksin ini juga dianjurkan untuk orang dewasa, terutama untuk yang belum pernah menerima vaksin difteri sebelumnya atau yang membutuhkan penyegaran imunitas. Vaksin dapat bertahan untuk sepuluh tahun dan setelah itu dapat diulang.
Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter anak untuk mengetahui jadwal imunisasi yang tepat dan mendapatkan informasi yang akurat tentang perlindungan terhadap difteri.