(Business Lounge Journal – News and Insight)
Bagaimana perusahaan dapat beradaptasi dengan teknologi telah menjadi sebuah keharusan. Jika tidak, maka tentu saja akan mengalami kesulitan. Mungkin kesulitan yang saat ini dihadapi tidak dapat langsung dirasakan, tetapi pada suatu hari, mereka yang tidak dapat mengikutsertakan teknologi dalam bisnisnya, cepat atau lambat akan tersingkir juga.
Dalam acara Fortune Indonesia Summit 2023 minggu lalu, Tony Wenas, President Director Freeport Indonesia juga menyampaikan bahwa perusahaan pertambangan di Tembagapura itu senantiasa giat membangun sistem digitalisasi pada operasional perusahaannya sejak sekitar 20 tahun lalu.
Salah satu yang dicontohkannya bagaimana para penambang Freeport sudah menggunakan dispatching system melalui sistem transmisi saat melakukan penambangan terbuka. Sehingga para supir mengetahui ke mana mereka harus mengambil dan mengantar bijih. Teknologi ini sebenarnya sejak awal tahun 2000 sudah mulai dikembangkan. Namun tentu saja tidak secanggih sekarang. Dua puluh tahun yang lalu, teknologi yang digunakan masih ala kadarnya. Hanya ada titik-titik pada semacam denah.
Pada tahun 2004, Freeport kemudian membangun tambang bawah tanah. Namun bersamaan dengan itu, Freeport memikirkan bagaimana caranya menambang dengan lebih produktif, lebih efektif, dan lebih aman. Hal ini disebabkan risiko menambang di bawah tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan tambang terbuka. Karena itu Freeport pun mengembangkan sebuah sistem, dengan harapan kelak akan dapat mengendalikan tambang secara tertutup.
Karena itu Freeport pun mengutus para ahlinya untuk belajar dari beberapa tambang di luar negeri, dengan bantuan Freeport McMoran. Maka dibangunlah sebuah sistem yang namanya advanced digital technology. Termasuk saat Freeport mulai membangun tambang bawah tanah yang terbesar di dunia. Demikian seperti dijelaskan Toni.
Advanced Digital Technology Freeport
Teknologi yang dikembangkan Freeport terus bertambah maju. Sistem advanced digital technology ternyata dapat menemukan cara yang paling efektif dan efisien yang dapat diterapkan dalam dunia pertambangan. Sebuah teknologi yang berbasis fiber optik. Bahkan terakhir, Freeport dapat mengimplementasikan 5G di tambang bawah tanah.
Tony menuturkan bahwa semua dilakukan dengan advanced digital technology. Mulai dari penambangannya, pengambilan material yang dilakukan secara otomatis, dan pengangkutnya yang menggunakan kereta listrik yang unmanned. “Semuanya kita lakukan dengan advanced digital technology,” tutur Tony.
Kerennya lagi, Freeport juga mempunyai infrastruktur yang terintegrasi, mulai dari eksplorasi, ekstraksi, pengangkutan ke pabrik, pada waktu di pabrik, sampai dengan penjualan. Semua itu sudah hampir selesai pada tablet phase. Jadi semua dapat diselesaikan dengan menggunakan tablet dan smartphone. “Saya di Jakarta dapat melihat langsung apa yang dilakukan di sana. Semuanya berbasis teknologi yang dilakukan dari mining,” papar Tony.
Sistem advanced digital technology Freeport ini juga dapat mengendalikan infrastruktur 900 sensor yang tersebar di area penambangan, antara lain sensor banjir, gempa, longsor, dan cuaca. Bukan hanya itu saja, sistem ini dapat mengendalikan kendaraan tambang Freeport serta dapat mendeteksi kemiringan juga apakah pengendaranya melakukan suatu kesalahan.
Upaya Sosialisasi
Freeport memang akan terus mengembangkan sistem teknologi terdepan dengan tujuan agar tata kelola pekerjaan pada pertambangan menjadi semakin efektif, lebih produktif, dan lebih aman. Namun di sisi lain, pihak management akan memastikan penerapan dan penggunaan teknologi ini dapat diterima oleh karyawan.
Tidak berhenti pada sosialiasi, namun pengenalan serta memberi contoh merupakan hal yang baik dan benar. Sebab ini akan sangat berguna untuk keselamatan mereka sendiri, termasuk keselamatan pertambangan. Salah satu budaya yang sangat penting yang terus diterapkan di Freeport adalah budaya antre. Ini merupakan sesuatu yang besar di Freeport. Semula orang tidak mau untuk antre, tetapi berjalannya waktu, mereka yang tidak mau antre akan terpinggirkan. Mereka tidak hanya mendapatkaan teguran dari atasan, melainkan benar-benar terpinggirkan karena semua budayanya antre. Sebagai contoh, untuk naik bus ke tempat bekerja harus antre satu per satu, tidak bisa berdua.
Tonny juga menyampaikan bahwa penerapan budaya seperti ini awalnya bukanlah suatu hal yang mudah. Namun, dengan melakukan dan mengingatkan terus, serta contoh dari para pemimpin, maka karyawan pun akan mengikuti.