(Business Lounge Journal – Medicine)
Harapan dunia untuk terbebas dari pandemi COVID-19 sangatlah besar. Banyak orang yang sudah menanti-nantikan vaksin dan menaruh harapan pada vaksin. Namun sebenarnya sangat membutuhkan waktu yang panjang untuk suatu negara tervaksinasi seluruhnya. Sementara menunggu masa itu, tetap diperlukan obat untuk menangani penyakit ini.
Setelah Lopinavir, Ritonavir, Remdesivir, Ribavarin, dan Interferon-1Beta menjadi obat bagi yang terkena COVID-19 maka saat ini perkembangan terbaru yang menjadi buah bibir adalah Molnupiravir, yang baru saja dipublikasikan dalam jurnal Nature Microbiology pada tanggal 6 Desember 2020. Molnupiravir atau MK-4482/EIDD-2801 adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh DRIVE (Drug Innovation Ventures at Emory) di Institue of Biomedical Sciences di Georgia State University, Atlanta. Obat ini dilisensikan oleh Ridgeback Biotherapeutics yang mengusung kerjasama dengan perusahaan obat terkenal Merck & Co.
Sebenarnya Molnupiravir diciptakan untuk menjadi obat influenza tapi pada akhirnya berkembang untuk melawan COVID-19. Penelitian dilakukan terhadap hewan terlebih dahulu, yaitu musang dan ternyata didapati sangat efektif. Obat yang diminum secara oral ini memiliki cara kerja memblokade total transmisi dari COVID-19 dalam waktu hanya 24 jam. Sangat cepat bukan?
Josef Wolf, pemimpin utama dalam penelitian ini mengatakan “Ketika kami menampung musang yang terinfeksi lalu merawatnya bersamaan dalam satu kandang dengan musang yang tidak terinfeksi, tidak satupun musang sehat yang kontak dengan musang terinfeksi menjadi sakit.” Musang memang adalah hewan yang sangat popular untuk menjadi model penelitian pada influenza dan penyakit-penyakit pernafasan lainnya karena paru-paru musang mirip dengan paru-paru manusia. Kondisi yang terjadi pada musang yang menderita SARS-COV2 adalah mirip dengan manusia dewasa muda, dimana bila terkena COVID-19 walau dapat menjadi penyebar penyakit tapi penyakit itu sendiri tidak menjadi parah pada penderita.
Menurut para peneliti, hal yang sama dapat terjadi pada manusia yang terkena COVID-19 bahwa pasien akan menjadi non-infeksius, tidak lagi dapat menginfeksi orang lain dalam 24 jam setelah memulai terapi dengan Molnupiravir. Hal ini akan sangat bermakna dalam menekan penyebaran penyakit. Obat yang kini sudah memasuki fase 2/3 percobaan klinis pada manusia dan dibagi dalam 3 dosis berbeda setiap 12 jam dalam lima hari untuk pasien-pasien SARS-COV2. Merck & Co melakukan penelitiannya secara global dengan beberapa pusat penelitian.
Jika obat ini berhasil maka obat ini akan menjadi obat yang sangat bermanfaat untuk tiga tujuan, yaitu:
-
Menghambat keparahan penyakit dan dengan demikian menurunkan angka kematian akibat SARS-COV2
-
Memperpendek fase infeksi dan dengan demikian berarti juga memperpendek masa isolasi
-
Mengatasi penularan wabah lokal dengan cepat
Uji fase 3 rata-rata memang memerlukan waktu tiga tahun dan setelah itu diajukan untuk FDA Approval. FDA sendiri memiliki prosedür khusus untuk mengakselerasi approval obat baru, khususnya obat yang dianggap sebagai breakthrough therapy yang dianggap suatu terobosan yang memberikan perbaikan yang substantial dibandingkan obat yang telah tersedia. Bisa juga dengan fast track/ jalur cepat bagi obat untuk kondis medis yang serius serta FDA juga dapat memberikan tinjauan prioritas dimana obat yang seharusnya ditinjau dalam sepuluh bulan setelah pengajuan dipercepat menjadi enam bulan. Kita harapkan obat ini segera dapat menjadi solusi bagi penderita SARS-COV 2 di seluruh dunia.
dr. Vera Herlina,S.E.,M.M/VMN/BL/Senior Editor, Coordinating Partner of Management & Technology Services, Vibiz Consulting