Sharing the Pain dan Inovasi Bisnis Hospitality Industry Indonesia

(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)

Pandemi memang membawa dampak bagi hospitality industry di Indonesia. Dalam sebuah wawancara dengan media, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, mengatakan bahwa di seluruh Indonesia, ribuan hotel harus menutup bisnisnya dan kebanyakan di Jawa Barat serta Bali. Industri perhotelan sempat kembali bangkit pada saat PSBB transisi, namun kembali mengalami penurunan saat Jakarta kembali memberlakukan PSBB. Diperkirakan juga ratusan ribu karyawan sudah dirumahkan, cuti di luar tanggungan dan ini lebih besar lagi jumlahnya bila melihat bisnis restoran. Ditanyakan kepada Hariyadi, apakah harapan pengusaha hotel saat ini, maka pengusaha menginginkan demand dapat kembali menjadi pulih. Memang protokol kesehatan membatasi occupancy rate hingga 50 persen.

Pemerintah tidak tinggal diam, berbagai stimulus sudah diberikan sejak awal pandemi. Pertengahan September lalu, Menkeu Sri Mulyani menyampaikan bahwa alokasi anggaran sebesar Rp. 3,5 triliun diberikan kepada BNPB, termasuk untuk penggunaan hotel-hotel untuk mengisolasi masyarakat yang positif Covid 19. Data PHRI menyatakan bahwa Jakarta memiliki 3,711 dengan 27 hotel. Sejumlah 1.605 kamar dari 11 hotel, Jakarta Selatan 557 kamar 5 hotel, Jakarta Timur 587 kamar dari 4 hotel, 602 kamar dari 5 hotel di Jakarta Barat, dan 360 kamar dari 2 hotel di Jakarta Utara. Hotel-hotel ini sudah disiapkan bila kondisi Wisma Atlet sudah tidak memadai lagi.

Inovasi & Sharing The pain
Strategi beberapa hotel bisa memberikan inspirasi bagi para pebisnis, seperti Artotel group memiliki strategi menarik dan inovasi yang jitu saat pandemi. Artotel bekerjasama dengan startup telemedicine Halodoc dengan menerapkan berbagai prosedur dari awal masuk (check in) hingga check out. Konsumen juga diberikan kesempatan untuk bisa berkonsultasi dengan Halodoc melalui voucher yang diberikan oleh pihak hotel. Halodoc memastikan bahwa hotel terjamin kesehatan, termasuk karyawan dan konsumen sendiri. Strategi yang dilakukan OYO Hotels juga menarik, OYO meluncurkan fitur check in tanpa sentuhan, dan bertemu dengan petugas hotel. Berbagai Inovasi memang diperlukan oleh industri perhotelan agar bisa memberikan rasa aman, nyaman kepada para pelanggan.

Pebisnis hotel pada saat ini juga tidak tinggal diam dengan kondisi yang ada. Sejumlah pebisnis memberikan dukungan dengan menyediakan kamar bagi tenaga medis. Hotel-hotel telah menjadi tempat bagi para medis. Kemenparekraf menyebutkan hotel-hotel seperti Novotel, Ibis, Mercure dan lainnya siap mendukung tenaga medis melalui penyediaan tempat penginapan.

Para pebisnis hotel sendiri, saling bergandengan tangan dengan pelaku bisnis yang lain dalam hospitality industry di Indonesia. Melalui joint sales team, mereka menawarkan bersama kepada konsumen yang tadinya terkotak sesuai kepemilikan bisnis. Event Organizer, MICE, dan pengusaha hotel melakukannya bersama. Tidak hanya dalam sales team, namun sharing the pain dilakukan juga join operation team. Waiter/Waitress, Guest Relations Officer, Front Office Agent, dan beberapa posisi general lainnya yang bagian operasional bisa diberdayakan bersama. Lebih dari itu dilakukan juga joint facilities, serta joint cost dan profit.

Sharing the pain seperti ini merupakan budaya Indonesia yang senang saling tolong menolong di masa yang sulit, dan dapat dipertimbangkan untuk memperluas kesempatan mendapatkan bisnis bersama, khususnya jika dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh masing-masing industri sendiri-sendiri. Bersama kita pasti bisa, teruslah berinovasi dan survei BPS menyatakan bahwa pengusaha yang melakukan inovasi dan adaptasi lebih memiliki keyakinan berhasil melewati pandemi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki inovasi dan sendirian menghadapinya.

Melsi Mike/BLJ/Contributor
Editor: Fadjar

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x