Lima Miliarder yang Lahir di Tengah Pandemi

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Pandemi ini memang telah memukul perekonomian dunia dan juga banyak kelompok perusahaan di dunia. Namun demikian tetap ada kelompok perusahaan atau individu yang justru menjadi “orang kaya baru dunia” yang muncul di tengah pandemi ini dan tercatat mengalami peningkatan kekayaan yang cukup significant. Mereka adalah perusahaan yang memproduksi fasilitas kesehatan untuk Covid-19.

Pada Kamis (9/7), Forbes pun melansir daftar miliarder pada bidang kesehatan yang mengantongi lebih dari USD 7 miliar (Rp 105 triliun).

Stephane Bancel (naik 109 persen)

Bancel telah menjadi CEO Moderna sejak 2011 setelah meninggalkan jabatannya sebagai CEO BioMerieux. Dia memegang 9 persen saham di Moderna.

Belum lama ini, perusahaan farmasi yang berbasis di Amerika Serikat ini memperoleh hibah hingga USD 483 juta (Rp 7,25 triliun) dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, untuk mempercepat pengembangan vaksin Covid-19. Kekayaan bersih pun menjadi USD 1,5 miliar (naik 109 persen).

Gustavo Denegri (naik 32 persen)

Denegri yang terlatih sebagai ahli kimia, sekarang memiliki 45 persen saham di perusahaan biotek Italia DiaSorin, yang membuat kekayaan bersihnya mencapai USD 4,5 miliar (Naik 32 persen).

DiaSorin yang diakuisisi Denegeri pada tahun 2000 meluncurkan tes diagnostik berbasis swab dan alat tes darah antibodi untuk Covid-19. Itu merupakan tes antibodi baru, yang sedang didistribusikan ke beberapa pemerintah daerah di Italia.

Seo Jung-Jin

Seo salah satu pendiri perusahaan biofarma asal Seoul Celltrion pada 2002, hingga saat ini kekayaan bersih Seo naik 22 persen mencapai USD 8,4 miliar (Rp 126 triliun).

Perusahaan tersebut telah bekerja keras pada kedua alat pengujian dan pengobatan potensial untuk Covid-19, dengan uji coba manusia terhadap pengobatan antivirus. Sementara itu, tes diagnostik cepat yang dikelola Celltrion sendiri yang diklaim perusahaan dapat memberikan hasil dalam lima belas hingga dua puluh menit.

Alain Meìrieux

Mérieux mendirikan BioMérieux pada tahun 1963 sebagai cabang pengujian diagnostik dari Institut Mérieux, sebuah konglomerat medis yang didirikan kakek Mérieux, Marcel, pada tahun 1897.

Saat ini, tercatat Mérieux memiliki total pendapatan bersih selama pandemi naik 25 persen menjadi USD 7,6 miliar (Rp 114 triliun).

Maja Oeri

Maja Oeri adalah keturunan Fritz Hoffmann-La Roche, yang mendirikan perusahaan farmasi Swiss Roche pada tahun 1896. Tercatat, selama pandemi dia meraup kenaikan pendapatan bersih 10 persen menjadi USD 3,2 miliar (Rp 48 triliun) dari Roche.

Roche mengumumkan pada 19 Maret sedang memulai uji klinis fase tiga dari obat radang sendi tocilizumab sebagai pengobatan untuk pasien COVID-19 di Amerika Serikat.

Mereka yang berkecimpung pada dunia kesehatan memang memiliki kesempatan untuk terus berkiprah di tengah pandemi ini.

Rut Shinta/VMN/BLJ