Kontribusi Bisnis Keluarga Terhadap Perekonomian dan Bela Negara

(Business Lounge Journal – General Management)

Prof. Dr. A.B. Susanto dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar pada 7 November 2019 di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dalam orasi ilmiahnya antara lain menyampaikan bagaimana kontribusi bisnis keluarga terhadap perekonomian dan negara dari sudut manajemen stratejik.

Dalam terminologi bisnis ada dua jenis bisnis keluarga, pertama adalah Family Own Enterprise yaitu bisnis yang dimiliki oleh keluarga tapi dikelola oleh professional yang berasal dari lingkungan keluarga. Pemilik bisnis tidak terlibat dalam operasional namun dalam pengawasan. Jenis bisnis keluarga yang kedua adalah Family Business Enterprise yaitu bisnis yang anggota keluarganya memiliki dan mengelola bisnis terlibat dalam bisnis. Di Indonesia, bisnis keluarga yang dibangun memilih bentuk yang kedua yaitu Family Business Enterprise, dimana para anggota keluarga juga menjadi pengelolanya.

Bisnis keluarga adalah salah satu entitas terbanyak dan hadir nyaris di seluruh sektor industri dan jasa. Meski demikian isu kepemilikan, manajemen, dan komposisi keluarga telah menciptakan kompleksitas tersendiri sehingga diperlukan pengetahuan serta ketrampilan khusus untuk memahami serta mengelolanya.

John Davis dari Harvard Business School menyatakan sekitar dua pertiga bisnis di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga. Sekitar 70 hingga 80 persen PDB di seluruh dunia disumbangkan Bisnis Keluarga. Sekitar 85 persen bisnis rintisan dunia dimodali dari uang milik keluarga. Demikian pula, 50 hingga 80 persen lapangan pekerjaan di sebagian besar Negara di dunia disediakan oleh keluarga. Sedangkan di Indonesia, bisnis keluarga mencakup 72 persen dari sektor usaha. Secara umun, perkembangan bisnis keluarga di Indonesia dimulai dari lingkaran terdekat keluarga. Selain kontribusinya yang bermakna terhadap PDB dan penciptaan lapangan kerja.

Selain kontribusinya yang bermakna terhadap PDB dan penciptaan lapangan pekerjaan, bisnis keluarga juga memberikan sejumlah kontribusi positif. Pertama, bisnis keluarga meraih tingkat profitabilitas yang lebih tinggi serta menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi pemerintah dalam bentuk pajak. Kedua, bisnis keluarga secara konsisten mempertahankan dan merekrut karyawan bahkan saat-saat ekonomi mengalami resesi. Ketiga, bisnis keluarga aktif terlibat dalam tanggung jawab sosial. Keempat, bisnis keluarga bersifat inovatof dan menerapkan strategi sebagai cara mempertahankan bisnis mereka dari generasi ke generasi. Kelima, bisnis Keluarga lebih berhati-hati dalam mengelola keuangannya.

Di berbagai belahan dunia bisnis keluarga mendominasi perekonomian karena kekuatan bisnis keluarga dalam hal independensi, kecepatan, fleksibiilitas dalam pengambilan keputusan, orientasi jangka panjang, dan tingkat kepercayaan yang tinggi antar anggota keluarga.

Kebanyakan kelemahan atau  kegagalan bisnis keluarga adalah karena konflik dan suksesi. Di Indonesia sendiri bisnis keluarga yang berlanjut ke generasi kedua hingga 61 persen namun yang dipegang generasi ketiga hanya 24 persen dan generasi keempat hanya 5 persen yang bertahan. Kondisi ini masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi di Amerika yang bertahan sampai generasi ketiga dan keempat tinggal 12 persen dan 3 persen.

A.B. Susanto juga mengambil pemikiran yang unik bahwa bahwa bisnis keluarga karena kontribusinya yang besar dalam perekonomian memiliki peran dalam manajemen bela negara melalui fungsinya sebagai pengungkit kesejahteraan masyarakat. Bisnis keluarga melalui penerapan manajemen stratejik dapat membawa masyarakat untuk mencintai NKRI menurut pendapat A.B. Susanto. Untuk hal ini A.B. Susanto mengambil contoh bisnis keluarga Astra International yang secara manajemen stratejik memiliki peran yang besar dengan penerapan “Catur Dharma” yang berisi; bermanfaat bagi bangsa dan negara, pelayanan terbaik bagi pelanggan, saling menghargau dan membina kerjasama, berusaha mencapai yang terbaik. Melalui Catur Dharma Astra International dengan jumlah karyawan sekitar 225 ribu orang bertumbuh sebagai bisnis keluarga yang mencintai negara.

A.B. Susanto menyimpulkan melalui semangat kewirausahaan secara secara berkesinambungan serta berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Bisnis keluarga harus berkelanjutan sehingga perencanaan suksesi yang matang menjadi mutlak demikian juga penerapan Governance Manajemen Resiko dan Kepatuhan. Selamat Prof. Dr. A.B. Susanto.

Fadjar Ari Dewanto/VMN/BL/Partner of Business Advisory Services, Vibiz Consulting