Kendala Keberhasilan HR Transformation

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Untuk pertama kalinya, Dave Ulrich mengusulkan transformasi HR pada tahun 1995 yang kemudian usul itu pun menjadi sebuah ide revolusioner. Ada 4 peran HR yang dicetuskan Ulrich, meliputi: Strategic Partner, Change Agent, Administrative Expert, dan Employee Champion, yang kemudian menjadi dasar penyusunan struktur HRD (Departemen SDM).

Kendala Keberhasilan Transformasi HR

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah struktur yang telah disusun sesuai dengan transformasi Ulrich menjadi sebuah jaminan keberhasilan perusahaan dalam mencapai keuntungan? Jangan lupa, bahwa bagi perusahaan, keberhasilan tentu saja berbicara masalah material. Saya rasa para pemilik usaha pun tidak mau berinvestasi besar-besaran dalam bidang HR sementara perusahaan belumlah jelas dalam hal perolehan keuntungan. Inilah yang dapat menjadi penghalang keberhasilan sebuah transformasi HR, yaitu ketika HRD hanya fokus pada pelaksanaan fungsi-fungsinya secara internal. Padahal, sampai kapan pun, HRD tidak akan pernah dapat terlepas dari fungsi-fungsi departemen lainnya, itulah yang sebenarnya terkandung dalam ke-4 fungsi HR di atas. Sampai kapan pun, keberadaan HRD memang untuk mengatur semua departemen yang ada secara berkesinambungan. Sehingga, ketika HRD lebih fokus kepada optimisasi secara internal, maka dapat dijamin bahwa transformasi HR yang dijalankan tidak akan mendatangkan keberhasilan.

Fokus kepada internal HRD menjadi barrier dan bagaimana mengikutsertakan departemen lainnya menjadi solusi untuk menyingkirkan barrier yang ada.

Keterlibatan Teknologi sebagai Salah Satu Solusi

Saya tahu benar bagaimana untuk dapat mensinergikan satu departemen dengan departemen lainnya maka sering kali HRD memberikan setumpuk form yang harus diisi. Bayangkan jika masih menggunakan kertas-kertas untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, tentu saja hal ini akan menjadi prioritas kesekian dari para pemimpin departemen, sebab akan menyita waktu mereka untuk mengisinya. Atau masalah kehadiran, dapat menjadi sebuah contoh sederhana. Jika kehadiran masih melibatkan kertas-kertas tiap-tiap hari yang kemudian dikumpulkan sesaat sebelum payday, betapa repotnya setiap pegawai. Namun sampai kapan pun masalah daftar hadir tetap tidak bisa diabaikan, sebab itu sangat mempengaruhi kinerja karyawan.

Semakin departemen-departemen enggan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan HRD, maka semakin besar barrier yang ada.

Seiring berjalannya waktu, maka kini teknologi juga mengambil bagian dalam mendukung keberhasilan HRD, seperti HCM yang berbasis cloud, Robotic Process Automation (RPA), HCM application, HRIS, ataupun LMS. Hal ini tentu saja akan membantu HRD untuk dapat berkordinasi dengan departemen-departemen lainnya.

Itulah sebabnya teknologi akan menjadi jalan keluar untuk menyederhanakan pencatatan kehadiran.

Teknologi telah menolong kesinambungan antar departemen dengan meniadakan kertas-kertas berkat bantuan teknologi. HRD pun dapat semakin fokus pada proyek-proyek strategis seperti pengembangan talen dan retensi.

Selain itu saya ingin kembali menggarisbawahi bahwa HRD jangan hanya menjadi pengumpul data, melainkan sebagai pengolah data yang dapat menjadi sumber berharga bagi bisnis demi menghasilkan keuntungan.

Otomatisasi bukan Mengganti HRD dengan Mesin

Ada sebuah pemahaman yang sering kali keliru, bahwa berbagai teknologi yang membantu tugas-tugas HRD bukanlah sebuah wacana untuk menggantikan personel HRD dengan mesin. Sehingga ada sebuah anggapan bahwa fungsi HR dapat dilakukan oleh mesin. Perlu disadari bahwa fungsi HR adalah sebuah fungsi yang tidak tergantikan sebab hanya manusialah yang dapat mengelola manusia lainnya serta hubungan antar manusia.

Namun sering kali bisnis beranggapan bahwa segala otomatisasi adalah sebuah penggantian SDM dengan mesin, sehingga tidak menyertakan sisi humanis dalam melakukan sebuah otomatisasi. Padahal sebenarnya otomatisai merupakan sebuah kesempatan untuk membebaskan karyawan untuk melakukan pekerjaan strategis yang lebih bermanfaat. Alih-alih menandatangani kolom-kolom daftar hadir dan mengumpulkannya untuk pembayaran gaji, maka teknologi kehadiran akan membantu secara otomatis.

Sekarang bagaimana untuk mensukseskan transformasi HRD? Penting untuk adanya kesadaran dari HRD sendiri serta semua departemen yang ada. Kesadaran yang timbal balik akan memberikan keberhasilan transformasi dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Ruth Berliana/VMN/BL/Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group