(Business Lounge Journal) Pernah mendengar social intelligence? Setelah IQ, EQ, SQ, juga ada social intelligence. Sebelum tes inteligensia diciptakan, manusia memang selalu berusaha untuk mengklasifikasikan kecerdasan dengan mengamati dan menilai prilaku dalam hidup sehari-hari. Definisi kecerdasan menjadi beragam dan berbeda-beda tergantung dari sudut mana kita menilainya.
Para ahli percaya bahwa kepemimpinan masa kini harus memiliki yang namanya “Social Intelligence”. Seorang pemimpin harus mampu bersosialisasi secara kompleks. Bukan hanya bisa berbicara, bisa bersosialisasi dengan orang terdekatnya atau lingkungan internalnya melainkan kepada banyak orang, beragam komunitas, beragam situasi dan kondisi tetap dapat bersosialisasi.
Nicholas Humphrey seorang psikolog di Inggris mengatakan bahwa social intelligence inilah yang benar-benar menjadikan manusia sebagai “seorang manusia sejati”. Ada banyak orang pintar namun tidak mampu bersosialisasi dan takkan pernah menikmati hidupnya yang sudah ditakdirkan menjadi mahluk sosial. Anak-anak autis misalnya, banyak di antara mereka yang cerdas namun tidak dapat berinteraksi dengan yang lain.
Social intelligence adalah leadership intelligence. Karena seorang pemimpin dituntut untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Menurut Babu M. Sameer pada bukunya tahun 2013, definisi social intelligence adalah “the ability to deal efficiently and thoughtfully, keeping one’s own identity, employing apposite social inputs with a wider understanding of social environment; considering empathetic co-operation as a base of social acquaintance.” (“kemampuan untuk menangani secara efisien dan serius, menjaga identitas diri sendiri, menggunakan input sosial yang tepat dengan pemahaman yang lebih luas dari lingkungan sosial;. mempertimbangkan kerjasama yang empatik sebagai dasar dari pertemanan sosial”)
Social intelligence sebenarnya adalah emotional intelligence yang menjadi bagian dari intrapersonal intelligence dalam teori multiple intelligence Howard Gardner.
Dengan kecerdasan mengontrol diri, mengatur diri, menguasai emosi adalah suatu bentuk kecerdasan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kecerdasan intrapersonal ini tinggi maka pastilah orang tidak akan ada masalah saat ia bersosialisasi.
Bisakah membayangkan apabila seorang yang pemarah dan seringkali tidak bisa menguasai dirinya bila marah masuk ke dalam sebuah komunitas? Tentulah akan sangat mengganggu komunitas tersebut. Apalagi kalau orang seperti ini menjadi pemimpin! Wah, pastilah seluruh anak buahnya akan stress dibawah kepemimpinannya dan hidup dalam ketakutan.
Hal inilah yang membuat para ahli termasuk Robin Dunbar menyelidiki otak yang terkait dengan social intelligence. Social Brain itu memang ada pada otak kita khususnya di bagian neocortex. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan fungsi kognitif pada otak, yaitu semua kemampuan mental dan proses yang terkait dengan pengetahuan, perhatian, memori dan memori kerja, penilaian dan evaluasi, penalaran dan “perhitungan”, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, pemahaman dan bahasa yang tepat dan lain-lain.
Seorang pemimpin sangat perlu untuk terus mengasah social intelligence-nya agar semakin berkembang dari sehari ke sehari dan memang merupakan sesuatu mutlak untuk melakukan tugas sebagai seorang pemimpin. Jika saat ini Anda sebagai pemimpin merasa kurang dalam social intelligence, tidak ada salahnya kita kembangkan dengan cara lebih banyak menaruh perhatian pada orang lain, belajar mengingat siapa saja orang yang berada di lingkungan Anda, menyelesaikan masalah tidak dengan emosional dan banyak lagi.
Pemimpin yang cerdas, akan mengasah dirinya senantiasa melalui lingkungannya sendiri, dimana dia ada.
Vera Herlina/VMN/BL/CEO of Management and Soft Skill Academies Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group