Beberapa hari ini di berbagai media global dibahas tentang Trans Pacific Partnership. Mengikuti perkembangan ekonomi global, tentu perlu untuk mengenal dan mengikuti perkembangan akan Trans-Pacific Partnership (TPP).
Trans-Pacific Partnership (TPP) adalah perjanjian perdagangan antara beberapa negara Pasifik mengenai berbagai hal kebijakan ekonomi. Antara lain, TPP akan berusaha untuk menurunkan hambatan perdagangan seperti tarif, membangun kerangka kerja umum untuk kekayaan intelektual, menegakkan standar untuk hukum perburuhan dan hukum lingkungan, dan membangun suatu mekanisme penyelesaian sengketa investor-negara.
Tujuan diadakan TPP ini adalah untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antara negara-negara mitra TPP, untuk mempromosikan inovasi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, dan untuk mendukung penciptaan dan retensi pekerjaan.
Secara historis, TPP merupakan perluasan dari Perjanjian Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TPSEP atau P4) yang ditandatangani oleh Brunei, Chili, Singapura, dan Selandia Baru pada tahun 2006. Awal tahun 2008, negara-negara lain bergabung untuk perjanjian yang lebih luas: Australia , Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Peru, Amerika Serikat, dan Vietnam, sehingga jumlah negara yang berpartisipasi menjadi dua belas negara.
TPP dianggap oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai perjanjian pendamping untuk TTIP (Perdagangan Trans atlantic dan Kemitraan Investasi), perjanjian yang mirip antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Pada pertemuan TPP pada Senin (05/10), kesepakatan telah ditetapkan, diantaranya membuka sebagian pasar pertanian di seluruh 12 negara. Juga memperkuat aturan kekayaan intelektual untuk manfaat perusahaan obat dan teknologi dan menetapkan blok ekonomi ketat untuk menghadapi pengaruh China di wilayah tersebut.
Trans-Pacific Partnership diharapkan menjadi keuntungan bagi eksportir pertanian Asia-Pasifik berbagai produk pertanian mulai dari karet hingga buah kiwi dan memberikan peluang baru bagi negara-negara kecil anggota TPP.
Kesepakatan yang terjadi datang pada saat yang kritis bagi komoditas pertanian Asia-Pasifik: Harga yang merosot secara luas karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan di Cina-sehingga timbul kekuatiran konsumen utama produk pertanian akan membeli lebih sedikit. Pakta mengurangi pajak impor ke berbagai negara sehingga lebih mudah dan lebih murah untuk komoditas pertanian mengalir masuk ke negara mereka sendiri.
Pengaruh Bagi AS
Presiden AS, Barack Obama memuji kesepakatan itu pada hari Senin (05/10), mengatakan akan membuka pasar baru untuk produk Amerika dan menetapkan standar yang tinggi untuk melindungi pekerja dan lingkungan.
AS, Jepang dan 10 negara lain di seluruh Pasifik mencapai kesepakatan bersejarah Senin untuk menurunkan hambatan perdagangan untuk barang dan jasa dan menetapkan aturan komersial jalan untuk dua-perlima dari ekonomi global.
Bagi AS, perjanjian Trans-Pacific Partnership membuka pasar pertanian di Jepang dan Kanada, memperkuat aturan kekayaan intelektual untuk manfaat perusahaan obat dan teknologi, dan membentuk blok ekonomi untuk menghadapi pengaruh Tiongkok di wilayah tersebut.
Presiden mengatakan Trans-Pacific Partnership akan memperkuat hubungan AS dengan mitra dan sekutu di wilayah kunci.
Bagi Obama, kesepakatan itu adalah kemenangan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan industri kompetitif dan mengikat hati negara-negara Pasifik menghadapi perkembangan Tiongkok.
Bagaimana Indonesia?
Indonesia sendiri tidak bergabung dengan TPP ini. Indonesia memiliki potensi pasar dalam negeri yang cukup besar, dengan demikian dapat mengoptimalkan pasar di dalam negeri, ketimbang mengandalkan pangsa pasar ekspor. Sedangkan negara ASEAN lainnya yang tergabung dalam TPP, seperti Malaysia atau Vietnam, bergabung dengan TPP merupakan keuntungan, karena negara-negara tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor.
Beberapa pihak baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti Amerika Serikat pernah mengajak Indonesia masuk dalam aliansi TPP ini sebagai anggota ke 13. Pelaku usaha tekstil Indonesia juga mengusulkan untuk Indonesia bergabung dalam TPP, karena akan meningkatkan perdagangan ekspor tekstil Indonesia.
Dodo/BLJ/VMN/Journalist
Editor : Ruth Berliana
image : wikipedia