(Business Lounge – Global News) Saat ini, kota-kota besar di Tiongkok mengalami kemunduran untuk tren berbelanja online, akibat semakin sedikitnya pelanggan baru yang mendaftar untuk online shopping. Para perusahaan e-commerce raksasa di Tiongkok sedang menghadapi perlambatan dalam pertumbuhan pelanggan inti mereka. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka melalukan sebuah terobosan baru: pedesaan luas.
Alibaba dan JD.com mendorong ke wilayah pedesaan akibat tekanan dari para pemegang saham yang menuntut mereka untuk menemukan pertumbuhan baru. Investor khawatir bahwa perlambatan ekonomi dan gejolak pasar saham akan menjatuhkan belanjaan konsumen. Pendapatan Alibaba tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari tiga tahun.
Namun para perusahaan e-commerce melihat hal yang berbeda dari daerah pedesaan.
Melihat Pedesaan sebagai Daerah yang Berpotensi
Sekitar 600 juta warga pedesaan merasa pendapatan mereka naik lebih cepat daripada warga kota, meskipun mereka cenderung lebih miskin secara keseluruhan. Pada tahun 2013, pendapatan tahunan pedesaan per kapita adalah 8.896 yuan (sekitar USD 1.392) dibandingkan dengan 29.547 yuan di rumah tangga perkotaan.
Meskipun begitu, jumlah pelanggan e-commerce di pedesaan Tiongkok hampir sepertiga dari pelanggan di kota-kota dan jumlah mereka masih meningkat dengan cepat. Tahun lalu, 77 juta orang berbelanja secara online di pedesaan, peningkatan sebanyak 41% bila dibandingkan dengan pertumbuhan 17% di daerah perkotaan.
E-commerce Tidak Akan Melewatkan Peluang Ini
Berbeda dengan di kota-kota besar, pertumbuhan e-commerce di daerah pedesaan Tiongkok melampaui pertumbuhan di kota-kota besar. Alibaba memperkirakan potensi pasar di pedesaan bisa meningkat hingga USD 70 miliar pada tahun depan.
Hal ini menarik minat besar dari perusahaan e-commerce besar seperti Alibaba dan saingannya JD.com, dan keduanya telah mengidentifikasi pengembangan e-commerce di pedesaan sebagai kunci strategi.
Pada awal Juli, JD.com meluncurkan sebuah platform online yang bertujuan untuk membantu pemerintah desa mempromosikan dan menjual barang dan produk tradisional di seluruh Tiongkok. Platform online tersebut merupakan bagian dari strategi “go rural” JD.com, untuk membantu penduduk pedesaan membeli apa pun yang mereka butuhkan melalui platform e-commerce JD.com.
Sementara itu, pada awal Agustus lalu, Alibaba dan Unilever memulai kemitraan strategis dengan salah satu fokus area mereka adalah penetrasi pasar pedesaan Tiongkok. Kedua perusahaan berencana untuk memperluas saluran distribusi di seluruh negeri, terutama untuk konsumen di daerah pedesaan.
Data yang dikumpulkan oleh unit penelitian Alibaba─AliResearch, mengungkapkan tingkat permintaan di daerah pedesaan. Berbelanja melalui mobile e-commerce yang dilakukan oleh konsumen pedesaan Tiongkok di situs belanja milik Alibaba seperti Tmall.com, Taobao Marketplace, dan Juhuasuan, tahun lalu meningkat lebih dari 250% menjadi lebih dari RMB200 miliar (atau USD 32 miliar).
Cara Alibaba Mencapai Pelanggan di Pedesaan
Alibaba, sebagai perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok, menginvestasikan 10 milyar yuan untuk membangun 1.000 pusat distribusi di tingkat kabupaten dan 100.000 di tingkat desa selama tiga sampai lima tahun ke depan. Pada bulan Juni, perusahaan memiliki 63 pusat distribusi di tingkat kabupaten dan 1.803 pusat distribusi di tingkat pedesaan.
Alibaba melakukan sebagian besar penjualan melalui Taobao dan Tmall, situs yang mirip dengan eBay.com sehingga pengecer dan penjual dapat mendaftarkan barang dagangan mereka.
JD.com Memiliki Cara yang Berbeda
JD.com yang berbasis di Beijing, menjual sebagian barang secara langsung seperti Amazon.com Inc., memiliki strategi yang berbeda untuk pengiriman pedesaan. JD.com menjalankan jaringannya sendiri dari 166 gudang regional dan ribuan stasiun pengiriman lokal yang lebih kecil. Di daerah-daerah terpencil, JD.com bekerja sama dengan operator logistik pihak ketiga dan membayar “promotor merek” melalui kontrak, yang menerima paket dan menyerahkan mereka ke pelanggan.
Pencapaian Akhir dari Perencanaan Kedua E-commerce
Tantangan terbesar bagi kedua perusahaan adalah menyelesaikan “last mile,” istilah industri logistik untuk langkah terakhir dalam mencapai pelanggan. Investasi logistik Tingkok di masa lalu, sebagian besar pergi ke pengiriman pantai terbuka, seperti pelabuhan dan bandara untuk mempromosikan perdagangan, sementara jasa pengiriman domestik tetap menjadi pasar yang sangat tersegmentasi yang terdiri dari ribuan transportasi dan gudang operator kecil dan regional. Tanpa infrastruktur logistik dalam negeri untuk bekerja sama, perusahaan harus membangun infrastruktur logistik sendiri.
Bahkan jika Alibaba dan JD.com mencapai tujuan mereka, itu hanya akan menutupi sebagian kecil dari 600.000 desa yang tersebar di seluruh Tiongkok. Sama halnya dengan membangun infrastruktur agar e-commerce di perkotaan dapat tumbuh, Alibaba dan JD.com berharap rencana ekspansi mereka di pedesaan akan membuka jalan bagi pasar baru.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: alibaba