(Business Lounge – Global News) Bagi pecinta teknologi tentunya sudah tidak asing dengan nama Silicon Valley, sebutan untuk sebuah kawasan yang meliputi daerah San Fransisco, Bay Area, dan California serta dikenal sebagai rumah dari perusahaan teknologi informasi paling terkemuka di dunia. Sebut saja beberapa di antaranya yaitu Apple Inc., Google, Intel, Microsoft, Facebook, dan masih banyak sederet perusahaan besar lainnya. Namun apakah Anda pernah mendengar nama ‘Chilecon Valley’? Chilecon Valley adalah sebuah julukan yang diberikan oleh para ahli ekonomi untuk negara Chili yang sedang mengembangkan perusahaan-perusahaan teknologi di negaranya, demikianlah seperti dilansir oleh WSJ.
Pada tahun 2010, Chili meluncurkan program bernama ‘Start-up Chile’, sebuah program yang menawarkan entrepreneur dari berbagai negara untuk membangun perusahaannya sendiri di negara Chili dan pemerintah Chili akan menyediakan visa tinggal selama enam bulan, ruang kantor, akses internet, mentor, jaringan yang dibutuhkan, dan bahkan memberikan uang sejumlah US$40,000 untuk membangun usahanya tersebut. Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi ketergantungan negara pada komoditas dengan menjadi pusat teknologi di dunia dan berharap agar para entrepreneur asing bisa berinteraksi dengan entrepreneur lokal dan mempertimbangkan untuk tetap tinggal dan menjalankan perusahaannya di Chili. Program ini telah banyak menginspirasi pemerintahan di berbagai negara untuk membangun program serupa di antaranya Start-up America, Britain, Greece, Italy, Brazil, Jamaica, dan Peru. Sejak awal didirikan, program unik milik pemerintah ini sudah banyak dipuji dan diakui secara internasional dalam banyak media seperti Forbes, The Economist, BusinessWeek, TechCrunch, dan masih banyak lagi.
Kesuksesan yang Diraih Dalam Program Start-up Chile
Hingga saat ini, hampir 18.000 perusahaan start-up dari 130 negara yang telah mendaftarkan diri untuk mengikui program tersebut. Sekitar 1.050 perusahaan dari 77 negara yang 20%-nya adalah penduduk lokal Chili telah diterima untuk mengikuti program tersebut. Entrepreneur yang berhasil diterima, dipilih oleh para ahli dalam start-up dari Silicon Valley dan dewan inovasi Chili yang berfokus pada entrepreneur yang memiliki pola pikir global dan rencana bisnis mereka memiliki potensial di seluruh dunia. Namun, bertambahnya jumlah partisipan dalam program ini tidak sepenting dengan meningkatnya jumlah partisipan lokal yang ikut serta karena sejak awal pemerintahan Chili ingin membangun sistem dan budaya yang kuat bagi entrepreneur lokal. “Mentalitas warga Chili terhadap kewirausahaan tidak seterbuka negara-negara lain. Kami berharap dengan membawa entrepreneur dari negara lain dapat meningkatkan mentalitas warga lokal untuk melihat bahwa menjadi seorang entrepreneur adalah hal yang positif dan patut untuk dicoba”, kata Horacio Melo, Direktur Eksekutif Start-up Chile.
Santiago sekarang dikerumuni oleh para entrepreneur mahasiswa yang kebanyakan mencari cara untuk masuk kedalam start-up dibanding mengikuti perusahaan besar, orang-orang yang telah keluar dan menghasilkan merek inovasi mereka juga mendapat pengakuan dari berbagai kalangan di dunia. Beberapa di antaranya adalah Hugo Bernardo, pendiri Easy Vino, perusahaan ini memberikan saran untuk restoran bagaimana mengembangkan daftar minuman wine mereka dan menyediakan aplikasi di meja makan yang dapat digunakan kapan saja pelanggan mereka mau memesan wine sambil menikmati makanan mereka. Lebih dari 100 restoran sekarang menggunakan applikasi Easy Vino dan 60% di antaranya adalah negara Brazil. Contoh lainnya adalah Shagun Malhotra, pendiri SkyStem, sebuah software akuntansi yang sekarang digunakan oleh banyak perusahaan. Keberhasilan program Start-up Chile memberikan pelajaran untuk banyak negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan inovasi harus berfokus pada orang-orang lokal. Mereka perlu didukung, diberdayakan dan terhubung dengan kebutuhan mereka.
Chintya Indah/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: Start-up Chile