(Business Lounge – Global News) Singapura, negara yang secara kasat mata dilihat kecil ini merupakan negara maju dengan penghasilan tertinggi ketiga di dunia. Namun negara ini juga sedang menghadapi masalah dengan angka kelahiran penduduknya. Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah berjaga-jaga agar tidak gagal dalam menyeimbangkan jumlah kelahiran dan imigrasi dikarenakan jumlah pekerja asing yang telah mencapai 1,3 juta orang. Angka kelahiran di Singapura sempat merosot hingga 1,16 di tahun 2010. Namun untuk tahun 2010 – 2014, tetap statis di 1,2. Singapura memang tetap waspada, sebab jika pertumbuhan penduduk Singapura terus menurun maka negara ini akan dipenuhi lansia dan akan berkurangnya masyarakat lokal sebagai inti perekonomian Singapura. Inilah mengapa Singapura sangat terbuka dengan kedatangan orang-orang dari semua penjuru dunia
Pemerintahan Singapura telah melakukan berbagai cara untuk menghentikan penurunan tingkat kelahiran namun tetap saja banyak penduduknya yang enggan untuk memiliki keturunan. Hingga pemerintahnya mengeluarkan slogan “Milikilah Tiga Anak Atau Jika Mampu Lebih Dari Itu”. Selain itu, pemerintah Singapura juga akan memberikan bonus bagi keluarga yang memiliki anak sebesar S$6.000 atau sekitar 59,2 juta rupiah untuk tiap anak pertama dan kedua dan S$8.000 atau sekitar 78,8 juta rupiah untuk anak ketiga, keempat dan seterusnya. Perdana Menteri Lee juga menegaskan bahwa ia tidak mau di generasi selanjutnya Singapura tidak memiliki penduduk asli mayoritas dan akan digantikan dengan penduduk migran. Namun apa yang membuat penduduk sana enggan untuk memiliki anak?
Masalah Keuangan
Kebanyakan penduduk Singapura hanya memiliki satu anak saja, bahkan ada beberapa pasangan suami-istri yang belum mau memiliki anak. Masalah keuangan menjadi alasan pertama penduduk Singapura karena memiliki anak berarti memiliki biaya yang harus ditanggung. Apalagi semuanya yang serba mahal termasuk tempat tinggal dan pendidikan di sana membuat penduduknya berpikir panjang untuk memiliki seorang anak. Penitipan anak yang bahkan sudah disubsidi oleh pemerintah juga mematok biaya yang tidak murah sekitar 7 juta perbulannya.
Pendidikan dan Karir
Tapi apakah hanya masalah keuangan yang membuat penduduk sana enggan memiliki anak? Ternyata orang Singapura memiliki dua alasan tersendiri yaitu pendidikan yang semakin tinggi dan peluang karir yang semakin luas. Alasan ini menjadi alasan terkuat kedua yang membelakangi orang-orang Singapura, kebanyakan penduduk disana lebih memilih untuk mengejar karir mereka di dunia kerja dibandingkan harus mengurus anak dan mengorbankan pendidikan yang telah mereka dapatkan dengan susah payah.
Gaya Hidup
Disamping itu, budaya penduduk Singapura adalah memberikan kesempurnaan dan segala yang terbaik bagi anaknya nanti, karena mereka ingin nantinya anak tersebut terjamin dapat meraih sukses. Hal tersebut tercermin dalam urusan pendidikan, rata-rata pengusaha di Singapura tergolong masih muda dan sudah sukses di usianya tersebut serta tidak jarang ditemukan anak-anak yang masih dini sudah mengikuti kursus-kursus seperti musik ataupun olahraga dan karena pendidikan di sana tergolong mahal, maka penduduknya tidak ingin menghabiskan seluruh uangnya hanya untuk pendidikan anak-anaknya nanti. Karena penduduk Singapura sangat memikirkan masa depan anak mereka dan penerus bangsa mereka, sehingga mereka berpikir bahwa pendidikan adalah hal yang paling utama. Maka dari itu, untuk memiliki seorang anak, penduduk sana masih berpikir keras dan memerlukan persiapan jangka panjang agar tidak mengambil keputusan yang nantinya akan mereka sesali.
Chintya Indah/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara