(Business Lounge – Empower People) Apa yang Anda pikirkan apabila Anda dengan kinerja dan produktivitas yang tinggi setelah dibandingkan dengan seorang rekan dengan kinerja yang standar disertai target yang tidak tercapai ternyata menerima kompensasi yang secara nominal tidak jauh berbeda? Mungkinkah hal ini memicu Anda untuk berpikir apakah saya bekerja di kantor yang sudah tepat bagi saya? Apakah untuk selamanya saya akan terus bekerja di tempat ini? Apakah saya dapat memberikan yang maksimal bagi perusahaan ini?
Merosotnya motivasi, rasa tidak adil, pilih kasih, tidak ada pengembangan diri, tidak ada tantangan, merasa semakin lama semakin ‘bodoh’, adalah berbagai hal yang dapat kita rasakan ketika berada dalam situasi seperti di atas. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada juga sejumlah orang yang memang suka dengan kondisi seperti itu. Bahwa yang penting terima gaji, yang penting masih bisa kerja, atau mereka yang merasa sudah tidak berkembang lagi sehingga tidak mau belajar banyak hal. Kondisi ini secara langsung atau tidak langsung membawa kerugian bagi perusahaan.
Menghadapi fenomena ini, sejumlah perusahaan yang tidak ingin mengalami kerugian akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang arahnya adalah perubahan yang lebih baik. Perusahaan tentunya juga tidak rela, tiap bulan harus mengeluarkan dana untuk membayarkan gaji karyawan yang tidak produktif. Karyawan yang tidak produktif akan membawa pengaruh buruk pada karyawan yang produktivitasnya tinggi, bilamana perusahaan tidak segera membuat kebijakan bahwa perusahaan sangat menghargai karyawan dengan hasil kinerja. Kompensasi yang adil sesuai perjanjian kerja itulah yang sama-sama diinginkan baik oleh perusahaan dan karyawan tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, kita mendengar ramainya pemberitaan di media perihal penyesuaian gaji di kalangan pegawai negeri DKI Jakarta. Banyak pendapat pro dan kontra terkait kebijakan tersebut. Pada intinya, kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda DKI Jakarta tersebut bertujuan ingin memberikan kompensasi yang setimpal dengan hasil kontribusi pegawai sehingga dengan nilai kompensasi yang cukup tinggi tersebut, pegawai tidak berpikir untuk melakukan tindakan korupsi yang akan lebih merugikan Pemda DKI.
Dengan sistem gaji sesuai kinerja yang dievaluasi dalam kurun waktu tertentu, berapa nominal yang ingin dibawa pulang setiap bulan akan sangat tergantung pada kinerja pegawai itu sendiri. High productive – high compensation. Sebaliknya low productive – low compensation, alih-alih akan menerima penghasilan tinggi, pegawai jangan bermimpi akan membawa gaji besar apabila kinerjanya ‘memble’. Bahkan tidak mungkin, yang diterima malahan teguran, pemotongan tunjangan insentif, atau sanksi hingga pemecatan karena tidak achieve target.
Pilihan ada pada Anda sendiri. Zaman sekarang tidak ada perusahaan yang kita dapat anggap perusahaan milik kita sendiri dalam konteks kita bisa bekerja dengan seenaknya tanpa mengindahkan kinerja kita masing-masing. Jangan juga pernah menyalahkan perusahaan mengapa saya digaji kecil? Mengapa saya tidak terima bonus? Tidak salah apabila kita terlebih dahulu bertanya pada diri kita dahulu, apakah kita sudah memberikan sumbangsih yang sangat besar sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan?
Sekarang mana yang Anda inginkan? Bekerja dalam perusahaan yang memberikan kompensasi sesuai kinerja atau perusahaan yang menyamaratakan kompensasi sesuai masa kerja saja ?
Susan Kevin/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana