(Business Lounge – Tech & Gadget) Apple AS telah mengumumkan hendak memproduksi iPhone dengan layar yang lebih besar walaupun kemudian perusahaan mengumumkan akan menunda produksinya. (Baca: Apple Menunda Produksi iPad Layar Besarnya). Namun persiapan telah berjalan termasuk pemasok layar gadget popular ini.
Salah satunya pemasok layar dari Jepang yang telah mengatakan pada Jumat (6/3) akan menghabiskan ¥ 170 miliar (sekitar 18,3 triliun rupiah) untuk membangun sebuah pabrik layar smartphone dan tablet yang baru. Ini merupakan sebuah langkah yang memang dihubungkan dengan permintaan dari pembuat iPhone AS tersebut.
Pabrik, yang diharapkan akan menghasilkan 25.000 lembar liquid crystal display (LCD) per bulan ini, akan dibangun di kota Jepang tengah yaitu Hakusan, demikian dikatakan perusahaan itu seperti dilansir oleh Japantoday.
Pabrik, yang akan meningkatkan produksi layar display dari Jepang itu sebanyak 20%, diharapkan mulai beroperasi pada tahun depan “untuk memenuhi meningkatnya permintaan untuk terus meningkatkan tampilan gadget tersebut”, katanya dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman yang disampaikan oleh salah satu pembuat smartphone dan tablet layar terbesar di dunia ini disampaikan dua pekan setelah sebuah laporan media mengatakan sedang mempertimbangkan pembangunan pabrik yang didedikasikan untuk menyediakan layar smartphone Apple. Laporan itu juga mengatakan bahwa Apple akan memikul sebagian besar biaya konstruksinya.
Pemerintah sangat mendukung Jepang untuk meluncurkan display untuk Apple ini sejak bulan April 2012 dan berintegrasi dengan unit layar Sony, Toshiba dan Hitachi. Sementara penjualan Apple sangat cepat, tetapi pengiriman ke Sony dan Samsung Korea Selatan ini telah melambat karena kalah bersaing dengan Tiongkok. Display Jepang ini telah diperingatkan ketika perusahaan ini menderita kerugian bersih sebesar 12 miliar yen (1,2 triliun rupiah) pada tahun fiskal lalu hingga Maret. Hal ini berbalik dari perkiraan sebelumnya untuk memperoleh laba bersih sebesar 26,8 miliar yen.
Saham perusahaan mulai perdagangan di Tokyo tahun lalu setelah penawaran umum perdana $ 3,2 miliar.
uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana