Relawan Medis Inggris Kritis Terpapar Ebola

(Business Lounge – News & Insight)  Perjuangan melawan wabah Ebola masih terus berlangsung. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh penduduk Sierra Leone, Guinea, atau Liberia yang telah cukup lama memerangi virus mematikan ini, tetapi perjuangan ini juga dialami oleh para relawan medis dari negara-negara lain yang ikut bertempur di garis depan. Mereka menyadari benar resiko terpapar saat mereka dengan sadar memilih menjadi relawan medis ke negara-negara terjangkit.

Seorang perawat berkebangsaan Inggris kini harus memperjuangkan hidupnya sendiri melawan Ebola setelah terpapar di Sierra Leone. Dalam sebuah pernyataan, Royal Free Hospital London tempat perawat Pauline Cafferkey sedang dirawat, mengatakan bagaimana kesehatan perawat yang sekarang terjangkit ini telah semakin memburuk dan memasuki masa krisis demikian dilansir oleh AFP. Cafferkey saat ini dirawat dengan obat antivirus percobaan di unit isolasi. Cafferkey diberikan pengobatan dengan menggunakan plasma darah dari korban Ebola yang mengandung virus-antibodi untuk melawan serta obat anti-virus eksperimental.

Perawat kesehatan masyarakat Skotlandia, yang bekerja di Blantyre Puskesmas di South Lanarkshire, adalah bagian dari tim 30 relawan medis yang dikerahkan ke Sierra Leone oleh Pemerintah Inggris pada bulan November dan telah bekerja sama dengan Save the Children di Ebola Pusat Pengobatan di Kerry Town.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kepada televisi setempat bagaimana Ebola tetap menjadi hal yang “paling penting” yang terus ada dalam pemikirannya menyusul berita kondisi Cafferkey. Cameron pun mengatakan bahwa ia juga memikirkan Cafferkey dan keluarganya. Seperti telah disiarkan bagaimana Ratu Elizabeth II dalam pidato natalnya, menyatakan apresiasinya bagi semua relawan yang ikut berjuang melawan Ebola di garis depan, begitu juga Cameron memberikan apresiasinya bagi Cafferkey.

Pauline Cafferkey

Cafferkey menjadi relawan di sebuah pusat perawatan yang dibangun Inggris di Kerry Town, tak jauh dari ibukota Freetown, Sierra Leone ketika ia tertular virus mematikan. Ia menyadarinya saat tiba Bandara Heathrow Minggu lalu oleh karena ia merasa suhu tubuhnya yang tidak normal. Tetapi kemudian ia tetap terbang ke Glasgow tempat ia tinggal. Keesokan harinya ia didiagnosis Ebola dan diisolasi di Rumah Sakit kampus Gartnavel di Glasgow sebelum kemudian diterbangkan ke Royal Free Hospital, yang merupakan satu-satunya rumah sakit di Inggris yang memiliki bangsal isolasi untuk pasien Ebola.

Ahli mikrobiologi Profesor Hugh Pennington mengatakan bahwa Cafferkey akan membutuhkan faktor keberuntungan untuk dapat bertahan hidup dari virus ini. “Plasma ini mungkin kesempatan yang terbaik untuk pengobatannya,” demikian dikatakan Pennington.

Korban Lainnya

Di Amerika Serikat, seorang pekerja kesehatan AS yang juga menghabiskan waktu di Sierra Leone, harus ditempatkan di bawah pengamatan di sebuah rumah sakit Nebraska setelah terpapar risiko tinggi terhadap virus Ebola, demikian dikata para pejabat kesehatan seperti dilansir oleh AFP.

Di Jerman, seorang pekerja medis Korea Selatan yang baru-baru ini bekerja di Sierra Leone dirawat di rumah sakit dan ditempatkan di unit isolasi. Menurut rumah sakit Charite Berlin, pasien itu menampilkan gejala yang sama.

Wabah Ebola

Wabah Ebola telah menewaskan lebih dari 7.900 orang dari lebih dari 20.300 kasus, menurut perhitungan terakhir WHO pada Jumat (2/1). Mayoritas kasus kematian terjadi di Sierra Leone, Liberia dan Guinea.

Sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan epidemi, Sierra Leone mengumumkan pada hari Minggu (4/1) isolasi Distrik Tonkolili Utara telah diperpanjang selama dua minggu. Selain itu juga akan diberlakukan langkah-langkah pemeriksaan tambahan di Bandara Internasional Freetown.

Kepala Komisi Tanggap Darurat Ebola yang Baru

Dalam pernyataannya, seorang kepala yang baru dari Misi PBB untuk Tanggap Darurat Ebola, Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan bahwa dunia tidak punya pilihan selain untuk memukul mundur infeksi ini.

“Ini adalah krisis global. Kita pasti memiliki waktu yang sulit di depan kita, tapi kita bisa mencapainya,” demikain dikatanya. “Kami tidak memiliki rencana B;. Kita harus menyingkirkan virus ini dan ini adalah dalam jangkauan kita. Tidak boleh puas, kita harus meneruskannya sampai ada kasus Ebola lagi. Karena satu kasus ebola saja pun terlalu banyak,” demikian dikatakannya.

Ahmed akan mengunjungi Liberia dan Sierra Leone pada minggu ini, kemudia melanjutkannya ke Guinea.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: getty images

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x